Ketika Surat Ali Imran ayat 190 diwahyukan kepada Rasul SAW, riwayat mengatakan bahwa saat itu beliau menangis dalam sholat dan sujudnya. Sementara ayat ini berbunyi:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ - 190
Latin: Inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri la'āyātil li'ulil-albāb(i).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 2 menyebut peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Surat Ali Imran ayat 190, yaitu sebuah hadits riwayat Ibnu Mardawaih melalui Atha.
Dikatakan, "Suatu ketika dia (Atha) bersama beberapa rekannya mengunjungi istri Nabi SAW, Aisyah, untuk bertanya mengenai peristiwa apa yang paling mengesankannya dan Rasulullah SAW. Kemudian Aisyah menangis sambil berkata, "Semua yang beliau lakukan mengesankan."
Lanjut Aisyah, "(Kalau harus menyebut satu, maka) satu malam, yakni di malam giliranku beliau tidur berdampingan denganku, kulitnya menyentuh kulitku, lalu beliau bersabda, 'Wahai Aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Tuhanku.'
"Aku berkata (jawab Aisyah), 'Demi Allah, aku senang berada di sampingmu, tetapi aku senang juga engkau beribadah kepada Tuhanmu.'
Maka beliau pergi berwudhu, tidak banyak air yang beliau gunakan, lalu berdiri melaksanakan sholat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau, lalu sujud dan menangis hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu Bilal datang untuk adzan sholat Subuh."
Kata Aisyah lebih lanjut, "Bilal bertanya kepada Rasul SAW, apa yang menjadikan beliau menangis sedang Allah SWT telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?"
Rasulullah SAW menjawab: "Aduhai Bilal, apa yang dapat membendung tangisku, padahal semalam Allah SWT telah menurunkan kepadaku ayat: "Inna fī khalqis-samāwāti ... (QS Ali Imran: 190)", sungguh celaka siapa yang membaca tapi tidak memikirkannya."
Pada sejumlah hadits juga dinyatakan bahwa Nabi SAW kerap membaca ayat ini dan ayat berikutnya di saat beliau terbangun di malam hari untuk mendirikan sholat Tahajud. Melalui Ibnu Abbas, ia berkata:
"Suatu malam aku tidur di rumah bibiku Maimunah. Rasulullah SAW berbincang dengan keluarga beliau beberapa saat, kemudian pada sepertiga malam terakhir, beliau bangkit dari pembaringan dan duduk memandang ke langit sambil membaca ayat ini. Lalu beliau berwudhu dan sholat sebelas rakaat. Kemudian Bilal mengumandangkan azdan Subuh, maka beliau sholat dua rakaat, lalu menuju ke masjid untuk mengimami jamaah sholat Subuh."
Kriteria Ulul Albab dalam Surat Ali Imran Ayat 190
Dalam Surat Ali Imran ayat 190, ternyata Allah SWT nyatakan satu sifat yang dimiliki orang berakal (ulul albab), yakni senang merenungkan berbagai ciptaan-Nya, baik yang ada di langit maupun bumi.
Makna yang terkandung dalam ayat inilah yang mungkin membuat Nabi SAW menangis dalam sholatnya di sepertiga malam terakhir.
Adapun ulul albab merupakan satu istilah yang dikenal dalam Islam, dan para ulama pun mendefinisikan term tersebut. Seperti Sayyid Quthb dalam Tafsir fi Zhilalil Qur'an, mengemukakan ulul albab sebagai orang yang selalu ingat dan tidak lupa, orang yang selalu sadar dan tidak lengah, dan orang yang dapat mengambil pelajaran sehingga tidak masuk ke dalam kesesatan.
Amir Maliki Abitolkha & Muhammad Basyrul Muvid dalam buku Islam Sufistik turut memaknai ulul albab, yakni golongan manusia yang menggunakan akal pikiran dan ketundukan hatinya. Ulul albab disebut juga dengan insan nathiq, yakni insan yang berpikir.
Melalui makna ulul albab di atas bisa diketahui bahwa ulul albab merupakan hamba Allah SWT yang bertafakur atas segala ciptaan-Nya dan membuat orang itu berada pada jalan yang lurus.
Di mana ia memikirkan bagaimana mungkin langit dan bumi diciptakan, hingga pergantian malam dan siang, dan ia mencapai kesimpulan bahwa semua itu pastilah hanya tuhan Maha Kuasa yang mampu mengaturnya.
Bila dilirik kembali, masih banyak manusia yang belum merenungkan penciptaan seluruh makhluk di langit dan bumi. Sehingga para hamba yang mencapai level ulul albab, bisa dibilang cukup sulit.
Meski demikian, Allah SWT menyiapkan ganjaran bagi hamba-Nya yang mampu berpikir maupun senang merenungkan ciptaan-Nya itu. Sebagaimana yang Yusuf Qaradhawi cantumkan dalam buku Fatwa-Fatwa Kontemporer 2, posisi ulul albab adalah golongan ahli surga sesuai Surat Ali Imran ayat 190-195:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, ....
.... pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai pahala dari Allah. Di sisi Allah lah ada pahala yang baik."
Tertera dalam Surat Ar-Ra'd ayat 22-23, surga Adn merupakan balasan bagi ulul albab yang telah disiapkan oleh Allah SWT.
".... orang-orang itulah yang mendapatkan tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga-surga 'Adn. Mereka memasukinya bersama orang saleh dari leluhur, pasangan-pasangan, dan keturunan-keturunan mereka, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu." (QS Ar-Ra'd: 22-23)
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!