Surat Ali Imran ayat 159 berisi anjuran untuk bersikap lemah lembut pada sesama. Ayat ini juga menegaskan pentingnya musyawarah.
Surat Ali Imran merupakan surat ke-3 dalam Al-Qur'an. Surat ini diturunkan di Kota Madinah sehingga tergolong ke dalam surat Madaniyah.
Nama surat Ali Imran (آل عمران ) diterjemahkan sebagai keluarga Imran. Surat Ali Imran terdiri dari 200 ayat. Pada ayat 159, terdapat anjuran untuk senantiasa berkata baik dan bersikap lemah lembut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr. KH. Fuad Thohari, M.A. dalam bukunya Islam Perspektif Mu'amalah dan Akhlaq menyebutkan bahwa secara garis besar surat Ali Imran ayat 159 berisi kewajiban mengedepankan akhlak terpuji dan perintah bermusyawarah. Hal ini dikhususkan dalam urusan peperangan dan umumnya dalam hal-hal yang sifatnya duniawi, misalnya urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan, dan lain sebagainya.
Bacaan dan Arti Surat Ali Imran ayat 159
Bunyi surat Ali Imran ayat 159 adalah sebagai berikut:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Arab-latin: fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa'fu 'an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā 'azamta fa tawakkal 'alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn
Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."
Isi Kandungan Surat Ali Imran ayat 159
Dirangkum dari tafsir Kemenag, tafsir Ibnu Katsir, dan tafsir Al Ahzar, berikut kandungan surat Ali Imran ayat 159:
1. Rasulullah SAW tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah kepada sebagian kaum Muslimin yang melakukan pelanggaran dalam keadaan genting Perang Uhud. Bahkan beliau memaafkannya dan memohonkan ampun untuk mereka. Dalam tafsir Ibnu Katsir, sikap lemah lembut yang ditunjukkan Nabi SAW adalah salah satu rahmat Allah kepada makhluk-Nya. Perilaku tersebut patut diteladani umat Islam pada saat ini.
2. Sikap lemah lembut, rasa rahmat, belas kasihan, dan cinta kasih yang ditanamkan Allah SWT kepada Rasulullah ini mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin. Sikap tersebut mempengaruhi cara kepemimpinan seseorang.
3. Rasulullah SAW selalu bermusyawarah dalam segala hal, terlebih dalam urusan peperangan. Hal ini merupakan anjuran bagi umat Islam, untuk senantiasa bermusyawarah atau berdiskusi dalam segala hal sebelum mengambil keputusan.
4. Musyawarah merupakan salah satu cara untuk mengambil kesepakatan bersama. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Abu Bakar dan Umar: "Seandainya kamu berdua berkumpul dalam suatu musyawarah, aku tidak akan berbeda denganmu."
5. Anjuran untuk patuh terhadap kesepakatan dari hasil musyawarah yang telah dilakukan.
6. Bertawakal sepenuhnya kepada Allah karena Dia adalah pemberi pertolongan dan pembela bagi hamba-Nya
Anjuran Bersikap Lemah Lembut dan Mengutamakan Musyawarah
Senada dengan tafsir di atas, dilansir dari arsip DetikNews (15/03/2023) tafsir dari Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu bermusyawarah dengan mereka apabila menghadapi suatu masalah.
Di antaranya musyawarah dalam urusan peperangan, di antaranya adalah musyawarah mengenai poisisi Rasulullah dalam perang. Hingga akhirnya Al-Munzir ibnu Amr mengusulkan agar Rasulullah berada di hadapan pasukan kaum muslim.
Pasukan Nabi Muhammad mengalami kekalahan ketika menghadapi pasukan Quraisy pada tahun ke-3 Hijriyah di bukit Uhud. Menurut catatan sejarah, kekalahan itu diakibatkan oleh ketidakpatuhan pasukan pemanah yang dipercaya untuk menjaga bukit.
Mereka justru turun di tengah peperangan untuk memperebutkan ghanimah (harta rampasan perang). Akibat kelalaian tersebut, pos-pos yang ditinggalkan dengan segera dapat dikuasai oleh pasukan musuh. Mereka berhasil melakukan serangan balik untuk pasukan Islam.
Alih-alih marah, Rasulullah justru menjaga emosinya dengan bersikap sabar dan juga lemah lembut terhadap pasukannya. Beliau tidak terbawa kemurkaan sesaat yang menyesatkan. Oleh karenanya, Allah memuji sikap Rasulullah dalam surat Ali Imran ayat 159.
Dalam surat tersebut terdapat tiga sifat yang harus ada sebelum musyawarah dapat berlangsung yakni lemah lembut, tidak berlaku kasar, dan tidak berhati keras. Pada dasarnya musyawarah memiliki lingkaran yang terdiri dari peserta dan orang yang berpendapat.
Dr. Hj. Wisnarni, M.PdI dan Dr. Pristian Hadi Putra, M.Pd menjelaskan dalam buku Wawasan Al-Qur'an dan Hadits Tentang Karakter, memberi maaf kepada orang lain harus disiapkan dalam bermusyawarah karena di dalam musyawarah umumnya akan terjadi perbedaan pendapat dan perkataan yang dapat menyinggung hati orang lain. Apabila tidak saling memaafkan maka akan terjadi pertengkaran dan musyawarah jadi tidak efektif.
Sebagai agama yang membawa kedamaian, Islam jelas mengajarkan penganutnya untuk senantiasa bersikap lemah lembut dan juga bersabar. Keduanya pasti mendatangkan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam hal ini, menjaga emosi agar tidak marah (sebagaimana perilaku syaitan) adalah perilaku yang terpuji.
Sejatinya, Islam selalu menanamkan hal-hal baik sebagai pedoman hidup umat manusia. Oleh karenanya, sebagai umat muslim kita semua wajib mencontoh sikap terpuji Rasulullah SAW.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi