Arti Surat Ali Imran Ayat 26, Dikutip Gus Miftah Saat Mundur dari Utusan Khusus

Arti Surat Ali Imran Ayat 26, Dikutip Gus Miftah Saat Mundur dari Utusan Khusus

Tim detikJogja - detikJogja
Jumat, 06 Des 2024 14:35 WIB
Ilustrasi orang sedang memegang Al-Quran
Ilustrasi Al-Quran Surat Ali Imran ayat 26. (Foto: Unsplash/Bimbingan Islam)
Jogja -

Gus Miftah resmi mengundurkan diri jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Sarana Keagamaan. Dalam pidato pengunduran diri tersebut, ia mengutip Surat Ali Imran Ayat 26.

"Izinkan saya mengawali ini dengan mengutip ayat 26 dalam Surat Ali Imran 'Katakanlah Nabi Muhammad, wahai Allah pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang engkau kehendaki. Engkau muliakan siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu," ucapnya dalam jumpa pers yang dihadiri awak media, Jumat (6/12/2024).

Setelah mengutip arti Surat Ali Imran Ayat 26 tersebut, Gus Miftah kemudian menyampaikan pidato pengunduran dirinya dengan terbata-bata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hari ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan dan dengan penuh kesadaran, saya ingin sampaikan sebuah keputusan yang telah saya renungkan dengan sangat mendalam. Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan," ujar Gus Miftah.

Lantas, bagaimana bunyi Surat Ali Imran ayat 26 tersebut? Berikut tulisan Arab, Latin, dan artinya.

ADVERTISEMENT

Surat Ali Imran Ayat 26 Menjelaskan tentang Apa?

Dikutip dari Quran NU Online, berikut ini bacaan Surat Ali Imran Ayat 26:

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ۝٢٦

qulillâhumma mâlikal-mulki tu'til-mulka man tasyâ'u wa tanzi'ul-mulka mim man tasyâ'u wa tu'izzu man tasyâ'u wa tudzillu man tasyâ', biyadikal-khaîr, innaka 'alâ kulli syai'ing qadîr

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), "Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 26

Lebih lanjut mengenai tafsirnya, laman quran.nu.or.id menjelaskan tafsir Surat Ali Imran ayat 26 dalam dua tafsir yang berbeda yaitu tafsir wajiz dan tafsir tahlili. Berikut ini informasinya:

1. Tafsir Wajiz

Pada ayat-ayat sebelumnya, telah dijelaskan tentang ketidakmampuan seseorang untuk menghindar dari keniscayaan hari akhir sebagai hari pembalasan, hari tersingkapnya rahasia, dan hari terkuaknya segala kebohongan. Pada ayat 26 ini, menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah yang lain di dunia.

Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu,"

Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin Allah. Serta tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya.

2. Tafsir Tahlili

Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyatakan bahwa Allah yang maha suci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan maha bijaksana dengan tindakan-Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang undang di alam ini, maka Allah yang memberikan urusan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.

Ada masanya Allah memberikan kekuasaan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan kekuasaan memerintah saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan mengatur kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Allah juga yang mencabut kekuasaan dari orang-orang yang dikehendaki-Nya, disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, yaitu jalan yang dapat memelihara kekuasaan karena meninggalkan keadilan dan berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israil dan bangsa lain disebabkan kezaliman dan kerusakan budi mereka.

Allah juga memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya, mempengaruhi jiwa manusia dengan wibawa dan ilmunya, mempunyai keluasan rezeki dan berbuat baik kepada segenap manusia. Adapun orang yang mendapat kehinaan, ialah orang yang rendah akhlaknya, merasa lemah semangat membela kehormatan, tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak mampu mempersatukan pengikutnya. Padahal tidak ada satu kemuliaan pun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan kebenaran dan menentang kezaliman.

Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut ketentuan Allah, berarti mereka telah menyiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya jumlah suatu umat tidaklah menjamin untuk dapat mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan.

Orang musyrik Mekah, orang Yahudi dan orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut Rasulullah SAW, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikit pun. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran Surat Al-Munafiqun:

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ ٨

Artinya: Mereka berkata, "Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (al-Munāfiqūn/63: 8)

Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan. Lihatlah bangsa-bangsa timur, mereka berjumlah banyak namun dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa barat yang berjumlah lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan merajalelanya kebodohan dan permusuhan, atau perpecahan yang terjadi di antara sesama mereka.

Dalam ayat ini, diterangkan pula bahwa segala kebajikan terletak di tangan Allah, baik kenabian, kekuasaan atau pun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan-Nya. Tidak ada seorang pun yang memiliki kebajikan selain Allah.

Meskipun dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan saja, sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari pernyataan Allah bahwa Dia maha kuasa atas segala sesuatu.

Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad SAW karena kemiskinan beliau, kelemahan pengikut-pengikutnya, serta kecilnya bilangan mereka. Oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi untuk berlindung kepada yang memiliki segala kerajaan, yang di tangan-Nya segala kekuasaan dan kemuliaan.

Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada di tangan-Nya. Maka tidak ada yang dapat menghalangi apabila Allah memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi-Nya atau kepada orang-orang mukmin yang dikehendaki-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Qasas.

وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَ ۙ ٥

Artinya: Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (al-Qaṣaṣ/28: 5)

Demikian uraian singkat tentang arti bacaan Surat Ali Imran ayat 26 yang dikutip Gus Miftah saat mundur dari Utusan Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Sarana Keagamaan. Semoga informasi ini membantu!




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads