Dalam ajaran Islam, Rasul utusan Allah dikenali dengan sifat-sifat wajibnya yakni shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fatanah (cerdas). Adapun sifat mustahil yakni sifat yang jelas tidak dimiliki oleh Rasul adalah kebalikan dari sifat-sifat wajib.
Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh Rasul dalam melaksanakan perintah Allah yakni menyiarkan agama Islam sesuai dengan syariat. Sama halnya dengan Rasulullah SAW yang identik dengan sifat amanah dalam menyampaikan ajaran Islam pada umatnya.
Dalam hadits Riwayat Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
مَا خَطَبَنَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلاَّ قَالَ: لاَ إِيْـمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَـةَ لَهُ، وَلاَ دِيْـنَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَـهُ
Artinya: "Tidaklah Nabiyullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami, melainkan beliau bersabda: "Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya." (HR. Imam Ahmad)
Pengertian Amanah
Amanah menurut bahasa adalah janji atau titipan, yakni sesuatu yang dipercayakan seseorang. Adapun secara etimologis dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari amina-amanatan yang berarti jujur atau dapat dipercaya.
Amanah berkaitan erat dengan tanggung jawab, kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah), dan kejujuran. Dalam kehidupan sehari-hari, amanah dapat berupa benda, pekerjaan, maupun perkataan.
Amanah sebagai sifat dan akhlak utama Rasulullah SAW dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 58,
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Merupakan Sifat yang Mulia
Allah SWT telah menggambarkan betapa mulianya seseorang yang memelihara sifat amanah. Dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'minun ayat 8 Allah berfirman,
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ
Artinya: (Sungguh beruntung pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka.
Dijelaskan di ayat berikutnya bahwa manusia yang menjaga amanah dari Allah, yakni dengan senantiasa menjaga sholatnya (sebagai kewajiban seorang muslim) dan kewajiban-kewajiban lainnya, maka mereka termasuk ke dalam golongan yang beruntung.
Sementara itu, dalam konteks pengertian sifat tersebut, amanah merupakan sifat yang mulia. Lawan kata amanah adalah khianat. Khianat yakni sifat tercela yang mengundang rasa kecewa dan perasaan buruk lainnya.
Larangan berkhianat tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Anfal ayat 27,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمَٰنَٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
Dalam hal ini, seorang muslim harus berpegang teguh pada perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan beribadah dengan ikhlas selama sisa hidupnya. Dengan hal tersebut, maka muslim tersebut telah melaksanakan amanah dari Allah sebagai khalifah di muka bumi.
Amanah dalam Kehidupan Sehari-Hari
Seseorang dapat disebut sebagai orang yang amanah apabila dia dapat menjaga kepercayaan, baik berupa titipan orang lain maupun sebuah rahasia. Begitu pula dengan memenuhi janji.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa amanah termasuk akhlak terpuji yang menjadi bagian dari sifat wajib Rasul. Dalam menjaga hubungan antarmanusia di dunia, seorang muslim harus memenuhi semua tanggung jawabnya, termasuk bersikap amanah.
Rasulullah bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA:
لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ.
Artinya: "Tidak sempurna keimanan bagi orang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang bagi yang tidak memenuhi janji." (HR Ahmad).
Begitu pula ketika melakukan perbuatan maksiat, hal tersebut sama saja tidak amanah yang artinya sama saja dengan berkhianat kepada Allah.
Dikutip dari buku Dalil-Dalil Agama Gus Dur: Dalil-Dalil Kunci Pergumulan Islam Indonesia oleh Nur Khalik Ridwan Abu Hurairah RA menuturkan, 'Rasulullah bersabda, "Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saatnya (kiamat)".
Sahabatnya bertanya, "Bagaimana amanah itu disia-siakan, ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda, "Apabila sebuah persoalan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saatnya (kiamat)."'
Berdasarkan hadits tersebut dapat kita jumpai dalam kehidupan manusia tentang jabatan, wewenang, perdagangan, hingga aktivitas jual beli. Apabila amanah tidak diamalkan, terlebih apabila terjadi penyelewengan terhadap sesuatu, maka hal tersebut bisa berakibat fatal dan menimbulkan kerugian.
Sebagai umat Rasulullah SAW, sudah seyogiyanya kita semua meneladani sifat amanah yang dimiliki oleh beliau. Selain membawa manfaat, membiasakan diri bersikap amanah juga akan membantu kita untuk menjadi muslim yang baik dan taat.
(dvs/dvs)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah