Amul huzni artinya tahun kesedihan, yaitu salah satu periode penting dalam sejarah Islam yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pengajaran Nabi Muhammad SAW. Amul huzni atau tahun kesedihan tersebut terjadi di tahun kesepuluh dari kenabian yang menjadi tahun duka cita bagi Rasulullah SAW.
Lalu, apa yang membuat Rasulullah SAW berduka dan bersedih?
Kisah di balik Amul Huzni (Tahun Kesedihan)
Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah karya H. Abu Achmadi dan Sungarso, dikisahkan bahwa sekitar tahun 619 M lalu, Nabi Muhammad SAW merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Di tahun tersebut, beliau kehilangan dua sosok pelindung yang menjadi orang terdekatnya, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib karena meninggal dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Meninggalnya Abu Thalib
Abu Thalib sebelumnya adalah sosok layaknya perisai yang melindungi dan memelihara Nabi Muhammad SAW dengan segala kekuatan dan ketabahan hatinya. Namun, Abu Thalib kemudian ditimpa oleh penyakit keras yang menjalar ke seluruh tubuhnya sehingga ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur.
Tidak lama kemudian setelah sakit, Abu Thalib mengalami sakaratul maut. Pada saat itu, Rasulullah SAW berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau mengucap kalimat "laa ilaha illallah" sebelum kematiannya.
Akan tetapi, teman-teman musyriknya turut berada di sisi Abu Thalib ketika sakaratul maut. Di antara mereka, Abu Jahal terus membujuk dan mencegahnya dengan berkata, "Jangan tinggalkan agama leluhurmu."
Akhirnya, Abu Thalib pun meninggal dalam keadaan musyrik. Kesedihan Rasulullah SAW semakin berlipat sebab beliau telah ditinggalkan pamannya sebelum memeluk Islam.
2. Meninggalnya Siti Khadijah
Selang lima minggu setelah wafatnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri Nabi juga meninggal dunia. Selama 25 tahun menjadi pendamping Rasulullah SAW, Khadijah selalu mendukung misi dakwah Nabi sehingga beliau semakin merasakan kesedihan yang mendalam.
Kemudian cobaan Rasulullah SAW juga semakin bertambah setelah kematian Abu Thalib dan Siti Khadijah. Kaum Quraisy pada saat itu semakin gencar menekan dan menghalangi dakwah Rasulullah SAW dengan menyakitinya secara fisik, menghina, dan melecehkan beliau.
Di antara banyaknya peristiwa menyedihkan yang dialami Nabi Muhammad SAW adalah pengusiran yang dilakukan oleh kabilah Tsaqif terhadap Rasulullah SAW saat datang ke Thaif. Beliau sempat diolok-olok, dilempari bebatuan, dan diusir dari Thaif.
Tidak ada lagi pilihan lain bagi Rasulullah SAW selain pulang kembali ke Makkah dan memohon kepada Allah agar kabilah Tsaqif diberikan petunjuk dan ampunan.
Oleh sebab itu, tahun tersebut dalam sejarah kemudian dikenal dengan sebutan "Amul Huzni" yang artinya tahun kesedihan.
Rasulullah SAW Mengalami Isra' Mi'raj Saat Amul Huzni (Tahun Kesedihan)
M. Nurroziqi dalam buku Merajut Indahnya Hidup mengisahkan saat Rasulullah SAW menghadapi berbagai kesedihan di tahun tersebut, Allah SWT kemudian menghiburnya dengan memberikan perintah untuk menjalani Isra' Mi'raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu naik ke langit ketujuh, dan sampailah beliau ke Sidratul Muntaha.
Dari peristiwa Isra' Mi'raj tersebut, Rasulullah SAW mendapatkan perintah sholat wajib lima waktu.
Apabila Rasulullah SAW terhibur sebab perjumpaan agung dengan Sang Pemilik Hidup melalui peristiwa Isra' Mi'raj, maka umat beliau kemudian diberi pesan bahwa sholat menjadi sarana untuk bermi'raj yang secara tidak langsung memberi penyadaran bahwa sholat merupakan hiburan bagi setiap mukmin.
Bagi siapapun yang mendirikan sholat, sejatinya orang tersebut sedang menempuh jalan sebagaimana yang pernah dialami oleh Rasulullah SAW. Maka dari itu, hingga kini sholat dapat menjadi jalan keluar dari kesedihan dan kesulitan yang dialami umat muslim.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan