Akhlak

Kolom Hikmah

Akhlak

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 10 Feb 2023 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Keteladanan akhlak Rasulullah Saw. merupakan contoh paripurna yang menjadi acuan bagi setiap muslim. Firman Allah Swt. telah menjelaskan seperti yang ada pada surah al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

Dilanjutkan dengan surah al-Qalam ayat 4 yang berbunyi, "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur."
Berbudi pekerti yang luhur itu adalah agama. Sementara itu, dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlak Rasulullah Saw, ia menjawab, "Akhlak beliau Al Quran." (HR. Ahmad ).

Agama Islam khususnya menempatkan akhlak pada kedudukan yang tinggi dan mulia. Hal ini terbukti atas firman-Nya di atas surah al-Qalam ayat 4. Oleh sebab itu Rasulullah Saw. telah menyimpulkan tugas risalahya adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, sebagaimana dalam sabda beliau, " Sesungguhnya aku diutus oleh Allah Swt. semata-mata untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." ( H.R. Bukhari, Halim dan Baihaqi ).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Maka akhlak manusia menjadi sangat printing dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Tatkala terjadi kemerosotan akhlak dalam suatu negeri, pastilah persoalan-persoalan akan muncul dengan sekala makin meningkat. Kehidupan yang bebas tanpa ada batasan yang membuat efek kerusakan di masyarakat. Narkoba, kebebasan melampiaskan nafsu syahwat, kecemasan dan bunuh diri. Kerusakan yang ditimbulkan dengan merosotnya akhlak ini akan berakibat runtuhnya tata nilai bermasyarakat dan sampai pada rusaknya tata nilai berbangsa.

Maka sangatlah penting kedudukan akhlak dalam beragama dan pergaulan hidup. Dalam agama, akhlak menjadi tiang yang teguh dan dalam masyarakat menjadi sendi yang kuat. Maka simaklah sabda Rasulullah Saw. sebagai berikut :
1. " Kebaikan ialah akhlak yang terpuji." ( H.R. Muslim ).
2. " Orang yang paling baik imannya adalah yang paling baik akhlaknya." ( H.R. Tirmizi ).
3. " Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang beriman di hari kiamat kelak, yang melebihi akhlak yang baik." ( H.R. Tirmizi ).
Dari ketiga hadis ini makin jelas bahwa kedudukan akhlak sangatlah mulia. Dalam bermasyarakat tentu seorang muslim akan menampilkan akhlak yang terpuji, karena itu akan menjadi pemberat dalam timbangan saat dilakukan hisab.

ADVERTISEMENT

Agama dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat. Satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Disini agama menjadi jiwa bagi akhlak seseorang. Peran agama laksana memberi makanan bagi akhlak, menumbuhkan dan menyuburkannya.


Akhlak seseorang akan menjadi pedoman hidupnya. Mencintai kesenangan dunia tidak ada batas atau berlomba mengejar kesenangan dunia tanpa pedoman dan bimbingan, jelas ini merupakan pangkal bencana dan kehancuran. Beberapa kenyataan dalam memburu harta kekayaan, seseorang bisa menghabisi sumber penghidupan orang lain, berkhianat terhadap amanah dan tanggung jawabnya. Ingkar janji menjadi kebiasaan, mengelak dari kewajiban menjadi kegemaran dan merampas hak orang lain menjadi kebanggaan. Oleh karena itu agamalah kekuatan satu-satunya yang dapat menolong setiap orang dalam menyelesaikan beragam problem kehidupan yang terkait dengan akhlak.

Marilah kita simak beberapa sikap mulia Rasulullah Saw. sebagai berikut :
1. Tidak sombong. Beliau selalu rendah hati kepada siapapun dan tidak pernah menyombongkan diri bahkan atas kehormatan dan keistimewaannya. Ini dijelaskan dalam sabdanya. Dari Umar bin Khattab ra. dia berkata: "Rasulullah Saw. bersabda, "Jangan goda aku (juga) karena orang-orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka sebutlah (kamu) hamba Allah dan Rasul-Nya." (H.R. Bukhari).
2. Lemah lembut. Rasulullah Saw. tidak pernah membalas perbuatan buruk yang menimpanya kepada siapapun. Bahkan, dia mendoakan orang yang menyakitinya dengan hal-hal yang baik.
3. Toleran. Sikap ini termaktub dalam Piagam Madinah, dimana saat itu umat Islam yang berjumlah 1.500 dan sisanya 8.500 orang adalah kaum Yahudi dan penyembah berhala. Mereka ini tetap diperbolehkan untuk menjalankan atas keyakinannya.
4. Jujur. Nabi Muhammad Saw. memiliki sifat shidiq (jujur). Kejujuran beliau sudah diasah sejak kecil, saat ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Kejujuran adalah salah satu bukti keimanan seseorang. Kejujuran akan mengantarkan hidup menuju ketenangan.
5. Amanah, adalah akhlak Rasulullah Saw. yang paling menonjol. Beliau dikenal sebagai sosok yang jujur dan amanah (terpercaya), baik sebelum diutus menjadi rasul maupun setelahnya. Hal itulah yang menjadikan masyarakat Arab memilih beliau untuk menjaga barang titipan mereka. Sikap ini yang diperlukan bagi seorang pemimpin.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, negeri ini akan memilih para pemimpin daerah maupun pemimpin negeri serta para wakil rakyat. Maka hati-hati dalam menentukan pilihan, ingatlah bahwa keagungan akhlak Rasulullah Saw. bisa menjadi patokan. Semoga kita semua dapat memilih pemimpin yang bisa membawa kemakmuran.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Hide Ads