Surat An-Nahl ayat 125: Arab, Latin, Arti, dan Tafsirnya

Surat An-Nahl ayat 125: Arab, Latin, Arti, dan Tafsirnya

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Kamis, 02 Feb 2023 12:15 WIB
holy book quran black background
Ilustrasi surat An-Nahl ayat 125. Foto: Getty Images/iStockphoto/mgstudyo
Jakarta -

Berkaca pada dakwah Nabi SAW, menyiarkan ajaran agama Islam tentu tak mudah. Untuk itu, seseorang hendaklah menggunakan cara yang baik agar dapat diterima. Adapun Allah SWT mengabarkan metode yang bisa digunakan untuk berdakwah dalam Al-Qur'an. Pada surat dan ayat berapa?


Surat An-Nahl ayat 125: Arab, Latin, dan Arti


اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Arab Latin: Ud'u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau'iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan, inna rabbaka huwa a'lamu biman ḍalla 'an sabīlihī wa huwa a'lamu bil-muhtadīn

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.


Tafsir Surat Surat An-Nahl ayat 125


Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 5 menerangkan bila Allah SWT melalui ayat ini coba memberikan pedoman kepada Nabi SAW untuk menyeru umat manusia kepada syariat dan ajaran Islam.

ADVERTISEMENT

Di mana Surat An-Nahl ayat 125 ini mengandung tiga metode yang bisa dipakai berdakwah:

Hikmah, yakni berdakwah dengan ilmu pengetahuan, dan caranya disesuaikan dengan situasi serta kondisi umat agar dipahami.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menyatakan bila strategi hikmah cocok digunakan untuk mengajak terhadap para ilmuwan atau cendekiawan yang punya pengetahuan tinggi. Di mana perlu diajak berdiskusi atau beridalog dengan pembicaraan yang sesuai tingkat kepandaian mereka.

Pengajaran yang baik (mau'izah hasanah). Yang mana dalam meyeru manusia hendaklah seorang pendakwah menggunakan bahasa yang lembut, sopan santun, juga menyejukkan, sehingga orang yang mendengarnya senang.

Tidak dianjurkan untuk berdakwah dengan kata-kata kasar, penuh cacian, serta ancaman supaya tidak memunculkan kekhawatiran dan ketakutan dalam pikiran dan jiwa pendengarnya.

Metode mau'izah dapat ditujukan kepada masyarakat awam dengan memberikan nasihat, kisah berisi teladan serta analogi yang menyentuh pikiran dan jiwa sesuai dengan pengetahuan mereka yang sederhana.

Berdebat atau berdiskusi. Perdebatan yang disarankan juga mesti dengan argumen, dalil-dalil dan ilmu yang berdasar, juga tidak memakai bahasa kasar atau hujatan sehingga bisa terhindar dari perselisihan.

Cara ini bisa digunakan untuk berdakwah kepada pemuka atau penganut agama lain menurut M. Quraish Shihab, dengan pemikiran dan bahasa penyampaian yang santun, dan tanpa kekerasan.

Pada akhir ayat, Tafsir Kemenag juga menjelaskan bila para pendakwah telah berusaha sekuat tenaga dalam menyebarkan ajaran Islam kepada umat manusia, hendaklah mereka mengembalikannya lagi kepada Allah SWT.

Maksudnya, Dialah yang membolak balikan hati seseorang, juga Dia yang menganugerahkan nikmat berupa keimanan. Orang yang berdakwah, hanya bisa mengajarkan dan mengingatkan, tidak boleh memaksa. Sementara Allah lah yang mengizinkan hati manusia, siapa saja yang bisa menerima hidayah, dan siapa saja yang tidak.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads