Khutbah Jumat merupakan bagian dari rangkaian sholat Jumat. Para ulama sepakat bahwa khutbah Jumat termasuk syarat sahnya sholat Jumat. Yang mana bila sholat Jumat tidak didahului dengan dua khutbah, maka sholatnya tidak sah.
Buku Panduan Khutbah Jumat untuk Pemula oleh Irfan Maulana menguraikan bahwa khutbah Jumat berasal dari bahasa Arab yang artinya berpidato, nasihat yang disampaikan khatib di masjid sebelum sholat Jumat. Adapun pesan dalam khutbah tidak lain merupakan ajakan khatib kepada jamaahnya untuk menjadi orang yang bertakwa.
Pelaksanaan khutbah Jumat tak lepas dari sejumlah rukunnya. Yakni hal apa saja yang harus disebutkan khatib dalam khutbahnya dan tidak boleh ditinggalkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rukun Khutbah Jumat Menurut Madzhab Syafi'i
Dijelaskan dalam Kitab Shalat Empat Madzhab oleh Syeikh Abdurrahman Al-Jaziri, ulama Syafi'iah berpendapat bahwa rukun khutbah Jumat terdiri dari lima.
1. Pujian kepada Allah
Mengikuti apa yang sudah dikerjakan oleh Nabi SAW, beliau selalu berdzikir kepada Allah SWT dengan pujian. Memuji Allah harus dilakukan pada masing-masing khutbah pertama dan kedua.
Disebutkan bahwa redaksi pujian ini ditandai dengan kata 'hamdun' dan lafaz yang turunan darinya, misal 'alhamdu', 'ahmadu', 'nahmadu'. Juga dengan kata Allah mencakup lafal jalalah.
Sehingga bacaan pujian kepada Allah yang sesuai, seperti 'alhamdu lillah', 'nahmadu lillah', dan 'lillahi alhamdu'.
Berupa bacaan pujian yang mencakup lafal jalalah (Allah). Boleh seperti; Alhamdulillah atau mengucapkan: atau mengucapkan:
2. Membaca shalawat atas Nabi SAW
Pembacaan shalawat harus dilakukan pada kedua khutbah. Seorang khatib (orang yang berkhutbah) harus menggunakan lafal shalawat. Kata 'ash-shalatu' juga lafaz yang satu akar kata dengannya.
Sementara untuk nama Nabi Muhammad, tidak harus menggunakan kata 'Muhammad', boleh dengan lafal seperti 'ar-Rasul', 'Ahmad', 'an- Nabi'.
3. Berwasiat supaya bertakwa kepada Allah
Berwasiat di sini disebutkan dalam kedua khutbah. Tidak sekadar mengajak agar berhati-hati dalam menjalankan hidup di dunia, tanpa mengimbau untuk berbuat taat.
Maka dari itu khatib bisa membaca lafal; athii'ullaha yang artinya 'taatlah kamu sekalian kepada Allah' atau ittaqullaha, artinya 'bertakwalah kalian kepada Allah'.
4. Membaca ayat Al-Qur'an pada salah satu dari dua khutbah
Membacanya pada khutbah pertama lebih utama. Hendaknya khatib membaca ayat tersebut dengan sempurna atau sebagian dari ayat yang panjang. Khatib juga perlu paham makna dari ayat itu.
Ayat Al-Qur'an yang dibaca harus memiliki makna yang jelas, seperti mengenai janji baik Allah, hukum syariat, kisah-kisah para nabi, ayat perumpamaan, juga berita yang tercantum dalam firman Allah.
5. Berdoa untuk orang mukmin
Mendoakan kaum mukminin dan mukminat diharuskan dalam khutbah, khususnya pada khutbah kedua. Khatib hendaknya berdoa untuk urusan keakhiratan, seperti doa permohonan ampun bila hafal bacaannya.
Jika tidak hafal, ia cukup berdoa yang menyangkut urusan dunia. Dan khatib harus memaksudkan doanya untuk umat muslim yang menjadi jemaah khutbahnya.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri