Masalah kesehatan atau istitha'ah kesehatan jadi top isu dalam penyelenggaraan haji. BP Haji berencana membereskan masalah ini pada 2026.
Wakil Kepala BP Haji Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan angka kematian jemaah haji Indonesia menjadi salah satu isu utama yang mendapat sorotan dari otoritas haji Arab Saudi. Pada 2025, angka kematian jemaah haji RI menyumbang 50 persen dari total jemaah wafat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat kematian jemaah haji kita tinggi sekali, persentasenya itu pun tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Dahnil di acara Evaluasi Nasional Kesehatan Haji Bersama Perdokhi & BPH - 2025, di Kantor Kemenag Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).
Yang menarik, lanjut Dahnil, angka kematian ini tidak selalu berkorelasi dengan usia. Banyak jemaah yang meninggal justru bukan dari kelompok lanjut usia, melainkan mereka yang memiliki riwayat komorbid. Hal ini mengindikasikan masalah kesehatan haji berasal dari hulu, yaitu proses pemeriksaan kesehatan awal.
Dahnil menilai, praktik moral hazard sering terjadi di tingkat puskesmas atau fasilitas kesehatan, di mana jemaah yang tidak sehat bisa mendapatkan dokumen kesehatan yang menyatakan mereka layak berangkat. Kondisi ini menjadi dilema, karena di satu sisi jemaah sudah mengantre puluhan tahun, tapi di sisi lain, mereka berisiko tinggi saat di Tanah Suci.
"Banyak orang yang sejatinya sakit dan tidak pantas berangkat, itu bisa berangkat karena dokumennya bilang dia sehat," ungkap Dahnil.
Untuk mengatasi dilema ini, BP Haji mengusulkan adanya otoritas tunggal yang mengendalikan manajemen kesehatan haji. BP Haji juga akan melibatkan Perdokhi (Perhimpunan Dokter Haji Indonesia) untuk menyusun kurikulum "manasik kesehatan".
"Manasik kesehatan ini tujuannya agar jemaah yang sudah terdaftar didampingi sejak satu tahun sebelum keberangkatan. Jadi, kalau mereka punya komorbid seperti diabetes, darah tinggi, atau jantung, sudah ada treatment khusus agar kondisinya tidak memburuk saat berangkat," tutur Dahnil.
Dahnil ingin penyelenggaraan ibadah haji 2026 bisa jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Karena menurutnya, kesuksesan haji dan pengelolaan haji itu ditentukan oleh masalah kesehatan.
"Kenapa? Begini, yang selalu jadi masalah, yang selalu diprotes pemerintah Arab Saudi salah satunya adalah tingkat kesehatan. Yang disalahkan itu bukan Kementerian Kesehatan, yang disalahkan itu adalah kami," ujarnya.
"Misalnya kalau para dokter tidak efektif melakukan tugas-tugasnya yang bertugas jadi kesehatan di sana, yang disalahkan itu bukan Kementerian Kesehatan. Padahal yang merekrut itu adalah Kementerian Kesehatan. Tapi yang salah itu nanti adalah otoritas hajinya. Makanya kami mau sejak awal para dokter ini atau melalui Perdokhi itu mau kami ikat bareng-bareng kerja samanya," beber Dahnil.
Karena menurut data, jemaah haji yang meninggal itu sering kali bukan masalah usia tapi masalah kesehatan.
"Jadi jangan sampai nanti, karena Arab Saudi itu ada rencana akan membatasi usia maksimal itu 70 misalnya. Jangan salah, yang umur 80 itu kadang-kadang lebih kuat dibandingkan yang umur 50-60," tukasnya.
(hnh/kri)
Komentar Terbanyak
13 Asosiasi Haji-Umrah Serahkan DIM ke PKS, Tolak Legalisasi Umrah Mandiri
Respons Menag Nasaruddin Usai Kantor Kemenag Digeledah KPK
Dugaan Korupsi Kuota Haji, Pihak Eks Menag Yaqut Minta KPK Fokus pada Kerugian