Kepala Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah Khalilurrahman mengatakan smart card tidak boleh hilang.
"Prinsipnya itu hak jemaah. Akan diberikan secepat mungkin meski waktu wukuf di Arafah masih lama. Untuk keamanan dan mitigasi risiko hilang, ketua kloter, ketua rombongan dan ketua regu untuk benar-benar menjaga dengan sebaiknya," katanya.
Smart card itu berupa kartu di mana ada foto dan barcode. "Nanti akan kelihatan nama, nomor visa, dll," jelasnya.
Bagaimana kalau hilang? Menurut Khalil, Kementerian Haji Saudi akan menggantinya tetapi dibatasi maksimal 10 persen dari jumlah kuota haji Indonesia.
"Kalau hilang harus ke kasektor, kami akan mengurusnya. Ini hal yang baru pertama kali dalam sejarah ibadah haji. Ini satu sisi membantu tapi untuk lansia ada kerepotan. Tapi ini dalam rangka untuk melaksanakan peraturan di Arab Saudi," kata Khalil.
Smart card, kata Khalil, akan dipakai saat wukuf di Arafah. "Pemeriksaan itu akan dilakukan di padang Arafah. Secara random sampling. Itu kan untung-untungan. Kalau nanti ada yang hilang kartunya, tetap kloter sampaikan ke sektor ke maktab. Pokoknya jemaah haji yang resmi tidak usah khawatir, tapi jangan sampai hilang," pesan Khalil.
Khalil mengatakan mengenai smart card ini akan terus disosialisasikan di berbagai forum di setiap sektor saat bimbingan haji.
"Di masing-masing kloter ada ketua rombongan dan regu. Ada KBIH juga. Tahun lalu 70 persen lebih gabung KBIH itu yang akan kita berdayakan untuk sosialisasi," tutupnya.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana