Cuaca di Arab Saudi selama musim haji kali ini diperkirakan mirip dengan tahun lalu dengan suhu berkisar antara 45-50 derajat celsius. Tingginya suhu tersebut, menurut dr Tronny Astri, biasanya akan memicu sejumlah kendala bagi para Jemaah dalam proses ibadah, seperti lemas, mengantuk, pusing, bibir kering dan pecah-pecah, hingga mimisan.
"Bahkan yang lebih serius juga bisa membuat Jemaah demam dan hilang kesadaran," kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makassar itu di hadapan peserta Bimbingan dan Manasik Haji yang di Wisma Maktour, Jakarta, Minggu (28/4/2024).
Selain Tronny, ada dua dokter lagi yang disiapkan Maktour untuk mendampingi para Jemaah selama menunaikan ibadah haji. Keduanya adalah dr Lucky Savitry Widyakusuma, Sp.OG yang sehari-hari bertugas di RS Persahabatan, dan Dr Dharma Irawan, SpAn.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum Tronny menyarankan para Jemaah berlatih menjaga ketahanan dan kebugaran tubuh dengan jalan cepat, berenang, dan melakukan peregangan. Juga membawa sejumlah perlindungan diri seperti topi dan payung, masker, krim tabir surya, serta spray untuk mencegah kekeringan. "Kalau ada yang mengenakan kaca mata hitam juga boleh," ujar Tronny yang meraih master bidang Antiaging & Aestetic Medicine dari Universitas Padjajaran, Bandung.
Selama menjalani prosesi haji, menurut dokter kelahiran Makassar itu sebaiknya para Jemaah menjaga waktu istirahat dengan baik, yakni antara 6-8 jam sehari. Untuk menghindari dehidrasi, sebaiknya rutin minum air putih atau zam-zam minimal satu gelas tiap jam, memperbanyak makan sayur, buah-buahan, susu, multivitamin, serta mengurangi konsumsi makanan pedas.
"Makan buah pear dan semangka itu bagus karena bisa menahan air di tubuh," ujarnya.
Agar terhindar dari potensi radang tenggorokan, Tronny menyarankan agar Jemaah menghindari minum es. Pada kondisi suhu sangat panas tentu akan terasa nikmat mengkonsumsi minuman dingin, tapi itu berisiko karena bisa memicu radang tenggorokan. "Jadi sebaiknya diimbangi dengan mengkonsumsi buah-buahan saja," kata Tronny.
Ia memahami kebanyakan masyarakat kita makan akan terasa hambar bila tanpa sambal. "Tapi kalau sampai diare kan yang rugi diri sendiri," imbuhnya.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana