Demi Wujudkan Haji Ramah Lansia, Ini 9 Upaya Kemenag

Haji 2023

Demi Wujudkan Haji Ramah Lansia, Ini 9 Upaya Kemenag

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Sabtu, 17 Jun 2023 10:00 WIB
Petugas Haji 2023 menggendong dan membantu jemaah haji Lansia
Ilustrasi jemaah haji lansia dan petugas haji (Foto: Dokumentasi Media Center Haji PPIH Arab Saudi 2023)
Jakarta -

Jumlah jemaah haji Indonesia kategori lanjut usia (lansia) mencapai 67.000 atau sama dengan 30% dari total 229.000 kuota haji 1444 H/ 2023 M. Karenanya, tahun ini Kementerian Agama (Kemenag RI) mencanangkan tagline Haji Ramah Lansia.

Sejumlah ikhtiar dilakukan untuk mengoptimalisasi layanan kepada jemaah haji, termasuk mereka yang tergolong lansia. World Health Organization (WHO) menetapkan kategori lansia mencakup orang yang berumur 60 tahun ke atas, namun menurut Kemenag sendiri jemaah yang termasuk lansia berusia 65 tahun ke atas.

"Kami sejak awal perencanaan, telah melibatkan ahli geriatri dari Universitas Indonesia untuk merumuskan konsep layanan, prosedur operasional, sekaligus melakukan pemantauan dan pengawasan kesehatan jamaah haji lansia saat operasional," kata Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Subhan Cholid dalam keterangan yang diterima oleh detikHikmah pada Jumat (16/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pedoman dari ahli geriatri turut dijadikan materi dalam proses manasik. Selain itu, Kemenag juga menyusun buku pedoman Manasik Haji Ramah Lansia. Penguatan layanan ramah haji lansia telah disosialisasikan sejak dari proses manasik haji, baik di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan atau Kantor Kemenag Kabupaten/Kota.

Adapun, proses manasik bagi jemaah haji yang berada di Pulau Jawa, dilakukan 8 kali. Sementara di luar Pulau Jawa dilakukan 10 kali. Cakupannya 2 kali dilakukan di Kankemenag Kabupaten/Kota, selebihnya di KUA.

ADVERTISEMENT

Upaya ketiga yang dilakukan dalam mewujudkan haji ramah lansia adalah menyiapkan sarana transportasi, seperti Bus Shalawat yang mengantar jemaah haji dari hotel ke Masjidil Haram untuk perjalanan pergi dan pulang. PPIH menyebut, sebanyak 450 armada layanan Bus Shalawat telah dikerahkan.

Ada 3 terminal pemberhentian, yaitu Ajyad, Mahbas Jin, dan Syib Amir. Terminal Mahbas Jin dikelola oleh otoritas Arab Saudi dan berlaku untuk semua negara. Sementara pada terminal Mahbas Jin dan Syib Amir, PPIH dapat menyiapkan sekaligus mengelola sendiri armadanya. Karena itu, disiapkan juga bus ramah lansia pada rute terminal Ajyad (Misfalah) dan Syib Amir (Jarwal, Raudhah, dan Syisah).

"Alhamdulillah, semua rute di Syib Amir dan Ajyad sudah tersedia bus ramah lansia. Adapun rute terminal Mahbas Jin, ini merupakan jalur internasional. Bus pada jalur ini digunakan juga secara bersama-sama oleh jemaah dari berbagai negara," jelas Subhan.

Sekitar 200 personel, lanjut Subhan, telah ditugaskan untuk memberikan layanan kepada jemaah di 3 terminal dan halte-halte terdekat hotel mereka.

Kemudian, upaya keempat yang dilakukan Kemenag yaitu menyediakan ruang tunggu khusus dan menyusun skema penempatan jemaah lansia di hotel. PPIH telah menyusun prosedur pelayanan di hotel jemaah, seperti menyiapkan lobby dan lift prioritas lansia, lalu sejumlah stiker yang berisi informasi seputar lansia telah ditempatkan pada banyak titik di hotel jemaah.

Kelima, dalam mewujudkan haji ramah lansia Kemenag mengurangi kegiatan seremonial di embarkasi. Hal ini penting agar jemaah tidak kelelahan oleh kegiatan yang semata bersifat seremonial.

"Tiap embarkasi sejak awal kita imbau untuk tidak terlalu banyak dan lama menggelar seremonial untuk jemaah, misalnya saat pelepasan dan lainnya. Jika pun diadakan, maka kami minta jemaah lansia untuk tidak dilibatkan agar mereka dapat istirahat di kamar masing-masing," urai Subhan.

Upaya keenam, Kemenag menggelar bimbingan teknis bagi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dengan penekanan pada semangat Haji Ramah Lansia. Bimtek petugas adalah aktivitas yang rutin dilakukan sebagai bagian dari tahapan persiapan.

Tetapi, khusus Bimtek tahun ini dikemas sedikit berbeda. Selain penanaman nilai, Bimtek juga diisi pelatihan praktis penanganan jemaah lansia dan risiko tinggi (risti), baik dari aspek kesehatan, perlindungan, dan lainnya.

Menurut Subhan, selain penguatan Bimtek, tahun ini juga dilakukan penambahan petugas yang disiapkan secara khusus untuk melayani lansia. Ada Bidang Layanan Lansia dalam struktur PPIH. Selain itu, petugas pada sektor khusus Masjid Nabawi dan Masjidil Haram ditambah.


"Demikian juga dengan tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah atau PKP3JH," ungkapnya.

Yang ketujuh, mengedukasi jemaah lansia agar tidak memaksakan diri dan memberi pemahaman tentang alternatif kemudahan dalam ibadah haji. Aspek pertama dilakukan baik secara langsung dalam beragam giat bimbingan ibadah di hotel yang dilakukan konsultan, maupun tidak langsung melalui berbagai konten media sosial. Besar harapan, pihak keluarga jemaah bisa mendapatkan informasi dan ikut mengedukasi orang tuanya yang berhaji.

Aspek kedua, Kemenag telah menyusun buku manasik haji bagi lansia. Selain itu, dibuat juga beragam poster dan konten informasi terkait dengan beragam kemudahan dalam manasik haji bagi jemaah lansia. Konten informasi ini dibuat dalam beragam bentuk agar mudah diakses dan dipahami oleh jemaah dan juga keluarganya.

"Menjelang puncak haji, seluruh perhatian para konsultan dan petugas bimbingan ibadah, bersama dengan petugas Daker Makkah adalah merumuskan skema pergerakan jemaah haji pada fase puncak haji. Skema pergerakan lansia dari hotel di Makkah ke Arafah, lalu Muzdalifah, lalu Mina, terus dibahas agar mendapatkan terobosan kebijakan yang sesuai dengan syariah sekaligus tidak memberatkan lansia dalam proses pelaksanaannya," papar Subhan.

Lebih lanjut ia menerangkan, hal tersebut masih terus dibahas secara intensif. Apabila rumusan telah disepakati maka akan segera disosialisasikan ke jemaah dan disiapkan teknis implementasinya di lapangan.

Upaya kedelapan, melibatkan jemaah haji lainnya untuk meningkatkan kepedulian terhadap jemaah lansia. Kepedulian antar jemaah menjadi kunci, karena sesama jemaah lebih sering bersinggungan langsung dengan lansia dalam kesehariannya.

Oleh sebab itu, kepedulian turut disebut sebagai kunci. Nilai ini juga diinternalisasi dalam serangkaian kegiatan manasik di Tanah Air dan bimbingan ibadah di Tanah Suci.

Kesembilan, menjalin sinergi lintas pihak dalam penyediaan kursi roda. Kursi roda menjadi sarana penting bagi lansia. Sebab, salah satu tantangan utama lansia ada pada mobilitas. Tidak jarang, para petugas harus menggendong mereka untuk sekedar berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya.

"Alhamdulillah, kali pertama kita bersinergi dengan pengurus Masjid Nabawi dan mendapat bantuan 15 kursi roda. Rencananya akan ditambah hingga 50 kursi roda," kata Subhan.

Kemudian, Subhan juga menuturkan bahwa Kemenag bekerja sama dengan Baznas dan Bank Syariah Indonesia hingga memperoleh bantuan sebanyak 200 kursi roda. Hal ini sangat membantu para jemaah haji, khususnya yang lansia.




(aeb/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads