Pasien Demensia Naik Haji, Pendamping Juga Perlu Diedukasi

Kabar Haji dari Saudi

Pasien Demensia Naik Haji, Pendamping Juga Perlu Diedukasi

Meliyanti Setyorini - detikHikmah
Minggu, 04 Jun 2023 20:45 WIB
KKIH Mekkah
Kepala bangsal kejiwaan KKHI Mekkah, dr Erih Williasari. Foto: Meliyanti Setyorini
Saudi Arabia -

Panjangnya daftar tunggu naik haji di tanah air membuat banyak warga RI yang naik haji ketika usianya sudah tidak muda lagi. Salah satu kondisi kesehatan yang akhirnya menyertai adalah demensia. Bagaimana mengantisipasi kondisi ini?

Ketika rombongan jurnalis menyambangi bangsal kejiwaan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Sabtu (3/6/2023), seorang jemaah tampak sedang menerima perawatan. Jemaah perempuan ini masuk bangsal kejiwaan setelah tiba-tiba mengamuk.

Menurut kepala bangsal kejiwaan KKHI Mekkah, dr Erih Williasari d, sp. Kj, pasien dengan diagnosis demensia bisa sewaktu-waktu mengamuk jika mendapati dirinya pada kondisi tidak nyaman. Ketidaknyamanan bisa dipicu oleh banyak hal mulai dari perubahan situasi di sekitarnya, "kehilangan" orang yang sehari-hari ditemuinya ataupun perubahan kondisi yang cepat lainnya. Pemicu penyakit ini juga bisa karena penyakit, misalnya, hipertensi atau gula.


"Katanya dia itu terpisah dari suaminya. Nah, sedangkan pasien ingin berdua terus dengan suaminya. Jadi pemicunya karena dia tidak nyaman tidak ditunggu suaminya. Kan terpisah laki laki perempuan kalau di hotel. Pasien demensia itu butuh dikasih gambaran terus, ibu sekarang sedang berada di hotel. Hotel ini nanti ibu tidurnya sama ini ya, tutur dr Erih.

Ritual ibadah haji sangat memungkinkan pasien demensia kehilangan kenyamanan yang sehari-hari dialaminya, sehingga sebelum berangkat haji seorang pasien harus terus-menerus diberikan gambaran kondisi yang akan dialaminya di tanah suci.

"Sekarang sudah lebih tenang. Nanti tentunya psikoterapi supportif ada hambatan bahasa karena saya nggak bisa bahasa Jawa. Nanti bagaimana edukasi pasien saya sudah kasih gambarannya," tambah dr Erih.

Lalu bagaimana mengantisipasi kondisi ini? Karena demensia bukan penyakit yang selesai dengan obat-obatan, sehingga perlu adanya "perawatan" yang terus-menerus.

"Masukan untuk manasik haji dikasih gambaran apa yang terjadi di sana. mengundang psikiater di daerahnya. Kalau psikiater kan sudah biasa melakukan psiko terapi supportif memberi gambaran."

"(pasiennya) harus diajak ngomong, jangan sendiri, nanti mikir ke mana-mana kalau sendirian. Support bisa dari keluarga (pendamping), ketua kloter, bahasa harus baik suara pelan, tutupnya.




(lus/lus)

Hide Ads