Doa Meminta Rezeki Jelang Hari Raya yang Dipanjatkan Nabi Isa

#RamadanJadiMudah by BSI

Doa Meminta Rezeki Jelang Hari Raya yang Dipanjatkan Nabi Isa

Lusiana Mustinda - detikHikmah
Jumat, 28 Mar 2025 09:00 WIB
Ilustrasi berdoa
Berdoa. Foto: Freepik
Jakarta -

Hari Raya Idul Fitri 2025 tinggal beberapa hari. Menjelang datangnya hari kemenangan ini, umat Islam dapat memanjatkan doa agar rezeki yang diberikan Allah SWT lancar. Doa ini pernah dibaca Nabi Isa agar mendapat rezeki berlimpah.

Doa adalah salah satu bagian paling penting dalam proses menjalani kehidupan. Nasrudin Abd. Rohim dalam bukunya Jangan Lelah Berdoa mengatakan bahwa di dalam doa tersimpan kekuatan. Doa menjadi permintaan seorang hamba kepada Tuhannya, sekaligus sebagai bukti kerinduan kepada-Nya yang tak ada ujungnya.

Dengan berdoa kita juga bisa mengubah takdir. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi SAW bahwa takdir yang Allah tentukan tidak bisa berubah selain dengan doa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُ

ADVERTISEMENT

Artinya: "Tidak ada yang dapat menolak takdir (ketentuan) Allah Ta'ala selain doa. Dan, tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik." (HR. Tirmidzi: 2065)

Dalam Al-Qur'an surah Gafir ayat 60, Allah SWT berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ ٦٠

Artinya: Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina."

Rezeki manusia memang sudah diatur Allah SWT. Akan tetapi kita tetap harus memanjatkan doa meminta rezeki kepada-Nya, salah satunya di momen jelang hari raya ini.

Melansir buku berjudul Mengetuk Pintu Rezeki yang ditulis Irwan Kurniawan dijelaskan bahwa rezeki itu tidak datang sendiri melainkan harus dijemput. Ada doa yang dipanjatkan Nabi Isa untuk meminta rezeki.

Doa Memohon Rezeki Jelang Idul Fitri


قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ ٱلسَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِّنكَ ۖ وَٱرْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

Qāla 'īsabnu maryamallāhumma rabbanā anzil 'alainā mā`idatam minas-samā`i takụnu lanā 'īdal li`awwalinā wa ākhirinā wa āyatam mingka warzuqnā wa anta khairur-rāziqīn

Artinya: Isa putra Maryam berdoa, "Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu. Berilah kami rezeki. Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki." (QS. Al-Maidah: 114)

Dalam Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) RI, Nabi Isa AS memanjatkan doa tersebut agar Allah menurunkan hidangan dari langit untuk ia dan kaum Hawariyyun.

Menurut Quraish Shihab dalam buku Doa dalam Al-Qur'an dan Sunnah, surah Ali Imran ayat 114 menguraikan bahwa pengikut-pengikut Nabi Isa berucap kepada Nabi Isa: "Bisakah (yakni berkenankah) Tuhanmu menurunkan buat kami hidangan dari langit?" Menanggapi permintaan itu Nabi Isa menasihati mereka agar bertakwa, yakni antara lain: jangan meminta hal-hal yang tidak wajar.

Namun mereka bersikeras sambil beralasan: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami." Dan saat itulah Nabi Isa memohon kepada Allah SWT.

Permintaan ini muncul karena penderitaan akibat kemiskinan yang menekan. Selain itu, mereka juga berharap agar keimanan mereka semakin kuat. Nabi Isa memenuhi permintaan tersebut dengan berdoa, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa malaikat kemudian turun dari langit membawa hidangan yang berisi tujuh jenis ikan dan tujuh jenis roti. Hidangan itu diletakkan di hadapan mereka, dan setiap orang yang memakannya, baik yang pertama maupun yang terakhir, merasakan hal yang sama.

Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa hidangan tersebut tidak benar-benar diturunkan. Sementara itu, Ibnu Jarir lebih cenderung kepada pendapat bahwa hidangan tersebut benar-benar diturunkan. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 115 :

قَالَ ٱللَّهُ إِنِّى مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۖ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّىٓ أُعَذِّبُهُۥ عَذَابًا لَّآ أُعَذِّبُهُۥٓ أَحَدًا مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia".




(lus/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads