Monarki Absolut

Kolom Hikmah

Monarki Absolut

Aunur Rofiq, Penulis Kolom - detikHikmah
Jumat, 12 Sep 2025 08:01 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Sistem monarki merupakan sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang penguasa tunggal yang disebut raja atau ratu. Kekuasaan ini umumnya diwariskan secara turun-temurun melalui garis keturunan. Sistem kerajaan monarki memiliki kelebihan, seperti stabilitas politik yang lebih terjamin karena kekuasaan diwariskan turun-temurun, yang mengurangi ketidakpastian akibat pergantian kepemimpinan; konsistensi kebijakan karena pemimpin tidak berganti secara berkala; serta simbolik pemersatu rakyat dalam bentuk sosok raja atau sultan.

Namun, monarki juga memiliki kekurangan, termasuk potensi penyalahgunaan kekuasaan karena kontrol terhadap penguasa cenderung lemah, sulitnya menjamin bahwa pewaris takhta memiliki kapabilitas dan kepemimpinan yang baik, serta terbatasnya partisipasi rakyat dalam memilih pemimpin. Sistem ini juga rawan menghadapi ketidakpuasan rakyat apabila terjadi kesenjangan antara kepentingan keluarga kerajaan dan kepentingan publik.

Pemerintahan kerajaan selalu mencontoh perubahan peradaban dan berbagai komponen yang mengikutinya dari pemerintahan sebelumnya. Kondisi ini terjadi saat bangsa Arab berhasil menaklukkan Persia dan Romawi. Mereka menguasai kedua bangsa tersebut dengan memanfaatkan putera-puteri mereka untuk bekerja. Saat itu mereka belum mengenal peradaban. Ketika mereka menerima hadiah berupa lempeng roti yang tipis, namun mereka mengira itu adalah alat untuk tambalan. Maka terjadilah transformasi peradaban. Dalam hal ini penulis fokus pada memanfaatkan putera-puteri mereka dan nantinya mewariskan kekuasaan kepadanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Monarki absolut atau kerajaan mutlak adalah bentuk pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu orang raja. Dalam monarki absolut, raja atau ratu mempunyai kekuasaan absolut dan sama sekali tidak terbatas. Seringkali monarki seperti itu bersifat turun-temurun. Adapun prinsip kesetaraan dalam Islam yang mengajarkan semua manusia setara di hadapan Allah SWT. bertentangan dengan konsep monarki absolut di mana kekuasaan terpusat pada satu individu. Prinsip syura atau musyawarah dalam Islam juga menuntut keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam pengambilan keputusan, yang jelas bertentangan dengan sistem pemerintahan yang otoriter. Selain itu, sejarah telah membuktikan bahwa kekuasaan mutlak seringkali disalahgunakan. Oleh karena itu, banyak ulama yang berpendapat bahwa sistem monarki yang terlalu terpusat pada satu orang bertentangan dengan nilai-nilai dasar Islam.

Allah SWT. berfirman di dalam surah al-Hujurat ayat 13 yang artinya, "Wahai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha melihat."

ADVERTISEMENT

Makna ayat tersebut menjelaskan tentang persamaan umum manusia. Allah SWT. menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan diantara sekalian manusia. Meskipun Dia telah menciptakan manusia dalam beragam bangsa dan suku, namun hal itu bukanlah menjadi ukuran kelebihan atau keistimewaan seseorang. Keragaman itu tidak lebih dari sebuah realita agar masing-masing manusia dapat saling kenal dan bekerja sama dalam mengelola alam semesta ini. Tapi ingatlah yang membedakan seseorang dihadapan-Nya adalah ketakwaan bukan jabatan, kekayaan maupun keturunan.

Ketahuilah pada zaman jahiliyah merupakan pentas kekuasaan zalim dan penindas. Sistem politik ditegakkan atas dasar monarki absolut ( kekuasaan mutlak di tangan seseorang ). Kadang ditegakkan atas dasar pemujaan keluarga ( dinasti ) terjadi di Persia. Kondisi ini menjadikan seseorang/raja menjadi lalai hingga nafsunya yang mengendalikan. Ingatlah bahwa nafsu selalu membawa keburukan yang berakibat kebinasaan. Jika pada zaman modern ini dan apa pun model pemerintahannya yang menerapkan dengan tabiat jahiliyah maka pemerintahannya jauh dari adil dan bisa diperkirakan akan mengalami keruntuhan.

Bersikap adil merupakan perintah-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surah an-Nahl ayat 90 yang terjemahannya, "Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat."

Maksud ayat di atas adalah Allah SWT. memerintahkan kaum Muslimin untuk berbuat adil dalam semua aspek kehidupan serta melaksanakan perintah Al-Qur'an, dan berbuat ihsan (keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban. Hak asasi tidak boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban. Juga disebutkan tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah itu ialah berlaku adil, berbuat kebajikan (ihsan), dan berbuat baik kepada kerabat. Sedangkan tiga larangan itu ialah berbuat keji, mungkar, dan permusuhan. Kezaliman lawan dari keadilan, sehingga wajib dijauhi.

Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah : Monarki Absolut hendaknya dihindari karena Islam mengajarkan persamaan hak, tidak membedakan karena kekayaan maupun kedudukan.


Semoga Allah SWT. memberikan bimbingan kepada kita semua khususnya para pemimpin untuk menaati perintah-Nya dalam bersikap adil dan hindari perilaku jahiliyah.

Aunur Rofiq

Penulis adalah Pendiri Himpunan Pengusaha Santri Indonesia

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads