Kemunduran

Kolom Hikmah

Kemunduran

Penulis Kolom, Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 01 Agu 2025 08:01 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Dalam sejarah Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode, yang dimulai dari Periode Klasik (650-1250 M), Abad Pertengahan (1250-1800 M) dan Periode Modern (1800 M-sekarang). Periode Abad Pertengahan Islam dimulai saat Bani Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 hingga timbul kebangkitan kembali pada sekitar abad ke-19 M.

Pada Abad Pertengahan, berbagai krisis yang sangat kompleks menerpa dunia Islam hingga mengakibatkan kemunduran. Beberapa faktor yang menjadikan kemunduran sebagai berikut :

1. Transformasi kepemimpinan, sebelumnya dipimpin sosok yang cakap dan mampu kemudian beralih pada kaum yang tidak mampu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umat Islam mengalami nasib buruk karena kedudukan yang sangat penting dipegang oleh mereka yang tidak memiliki kesanggupan dan tidak pula memiliki syarat-syarat yang diperlukan. Adapun syarat menjadi pemimpin harusnya mengikuti model kepemimpinan Rasulullah SAW. yaitu :


(a). Shidq, kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong.

ADVERTISEMENT

(b). Amanah, kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah SWT. Lawannya adalah khianat.

(c) Fathonah, kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh.

(d). Tabligh, penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).

Tatkala kepemimpinan dipegang sosok yang tidak fathonah maka kehancuran akan mendatanginya. Pada saat kemunduran, kepemimpinan tidak mempunyai persiapan dan perbekalan, pendidikan akhlak, dan keagamaan seperti para pemimpin terdahulu yaitu para Khalifah Ar-Raasyiduun. Pada saat akhir Bani Abbasiyah, para pemimpin mereka tidak mempunyai semangat juang demi kepentingan Islam dan kesanggupan berijtihad untuk menanggulangi masalah-masalah keduniaan dan keagamaan.

2. Pemisahan Agama dan Politik. Dalam kondisi seperti ini, mereka tidak sepenuhnya bergantung kepada para ulama.

Mereka bertindak semaunya dalam menjalankan hukum dan politik. Bila mereka ada kepentingan minta bantuan para ahli fiqih dan ahli agama yang khusus diangkat sebagai penasihat. Mereka ( penasihat ) dipergunakan untuk melindungi kepentingannya, bahkan mereka ( penasihat ) di peras tenaga dan pikirannya.

Dengan sikap demikian maka politik menjadi bebas dari pengawasan agama. Kekuasaan yang ada di tangan penguasa berubah menjadi semacam kekaisaran yang sewenang-wenang. Kondisi ini menjadikan politik laksana unta liar yang bisa dikendalikan oleh pengendaranya. Agama menjadi lumpuh, laksana burung patah sayapnya, terbelenggu, sedangkan politik menjadi bebas bergerak secara mutlak menurut pemegang kekuasaan. Saat itulah pemegang kekuasaan telah dikuasai tanpa bisa mengendalikan nafsu.

Larangan ikuti nafsu sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Kahf ayat 28 yang terjemahannya, "Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas."

3. Tabiat Jahiliyah. Tokoh-tokoh pemerintah/penguasa tidak lagi menjadi teladan di bidang agama dan akhlak, dan banyak diantara mereka masih mempunyai sisa-sisa sifat kejahiliyahan.

Kecenderungan perilaku negatif tidak hanya terbatas pada mereka ( penguasa ), tetapi jiwa dan semangat mereka telah menjalar dalam kehidupan masyarakat. Akhlak, adat istiadat, kesukaan mereka telah ditiru oleh masyarakat luas. Maka pahala menjadi jauh dari kehidupan dan pengawasan agama dan akhlak menjadi lenyap. Gerakan amar ma'ruf nahi munkar menjadi tidak efektif karena tidak bersandar pada kekuatan dan tidak dilindungi oleh penguasa.

Oleh karena itu, kejahiliyahan dapat bernafas kembali di negeri-negeri Islam. Ini telah mendorong orang banyak untuk meneruskan cara hidup serba mewah dan serba lezat. Ia mengajak orang bergelimang dalam berbagai kesenangan dan permainan, tenggelam dalam selera dan nafsu syahwat, kedurhakaan dan kemaksiatan.

Dengan kemerosotan akhlak seperti ini, kaum muslimin tidak akan dapat menunaikan tugas risalah Islam. Mereka tidak dapat menduduki tempat di dunia ini sebagai pengikut ajaran para Nabi, tidak mampu mengingatkan umat kepada Allah SWT. dan hari akhir, tidak berhasil menganjurkan ketakwaan kepada-Nya dan kesetiaan pada agama, serta tidak dapat memberi contoh tentang budi pekerti yang baik.

Oleh sebab itu, mari kita simak pemikiran M. Natsir saat-saat runtuhnya ustmani Turki :
Suatu negeri yang pemerintahannya tidak memedulikan kepentingan rakyat, membiarkan rakyat bodoh dan dungu, tidak mencukupkan sarana yang perlu untuk kemajuan supaya jangan tercecer dari negeri-negeri lain, dan yang kepala-kepalanya ( prmimpinnya ) menindas rakyat dengan memakai Islam sebagai tameng atau memakai ibadah-ibadah sebagai kedok, sedangkan kepala-kepala pemerintahannya itu sendiri penuh dengan segala macam maksiat, serta membiarkan takhayul, khurafat, merajalela sebagaimana keadaan Pemerintahan Turki pada zaman sultan-sultannya akhir, pemerintahan yang semacam itu bukanlah pemerintahan Islam.

Islam tidak menyuruh dan tidak membiarkan orang menyerahkan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya. Malah, Islam mengancam akan datang kerusakan dan bala ( bencana ) bila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya. Ingatlah sabda Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Bukhari, "Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat kerusakannya."

Semoga Allah SWT. memberikan hidayah bagi para pemimpin muslim agar terhindar dari ketiga faktor penyebab kemunduran tersebut.

Aunur Rofiq

Penulis adalah Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads