Khutbah Idul Adha 2025 termasuk rangkaian sholat Idul Adha 1446 H. Khatib akan menyampaikan materi khutbah selepas sholat.
Materi khutbah Idul Adha umumnya seputar pelaksanaan kurban, mulai dari sejarah hingga keutamaannya. Selain itu, hikmah dan pelaksanaan ibadah haji juga kerap menjadi materi khutbah Idul Adha.
Berikut sejumlah naskah khutbah Idul Adha 2025 dari Kemenag RI, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah seperti dikutip dari situs resmi masing-masing, Rabu (4/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khutbah Idul Adha 2025 Resmi Kemenag
Ø§ÙØ³ÙÙÙÙØ§Ù
٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ±ÙØÙÙ
ÙØ©Ù اÙÙÙÙ ÙÙØšÙرÙÙÙØ§ØªÙÙÙ
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ.
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙØšÙÙØ±Ùا ÙÙØ§ÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙØ±Ùا ÙÙØ³ÙØšÙØÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØšÙÙÙØ±Ùة٠ÙÙØ£ÙصÙÙÙÙØ§Ù Ø ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙ٠ذÙ٠اÙÙØ¬ÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ÙØ¥ÙÙÙØ±ÙÙ
٠اÙÙÙØ°ÙÙ ÙÙØ¯ÙاÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ Ø§ÙØ¥ÙÙÙÙ
ÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ÙØ¥ÙØ³ÙÙØ§Ù
Ù ÙÙØ£ÙÙÙØ±ÙÙ
ÙÙÙØ§ ØšÙØŽÙرÙÙØ¹Ùة٠ÙÙØ³ÙÙ٠اÙÙØÙØ¬Ù Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙØšÙÙÙØªÙ اÙÙØÙØ±ÙاÙ
ÙØ Ø£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ ØŽÙØ±ÙÙÙÙ ÙÙÙ٠إÙÙÙØ±ÙØ§Ø±ÙØ§ ØšÙØ±ÙØšÙÙÙ ØšÙÙÙÙØªÙÙÙ ÙÙØ¬ÙÙÙØ§ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØšÙÙÙÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØšÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ
ÙØµÙØ·ÙÙÙÙ Ù
ÙÙÙ Ø³ÙØ§ØšÙر٠خÙÙÙÙÙÙÙØ Ø£ÙÙÙÙÙÙÙÙ
Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØšÙارÙÙÙ ÙÙÙÙØ±ÙÙ
٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§ØšÙÙÙ ÙÙÙ
ÙÙÙ ØªÙØšÙعÙÙÙ Ù
ÙÙ٠جÙÙ
ÙÙØ¹Ù Ø£ÙÙ
ÙÙØªÙÙÙ
Ø£ÙÙ
ÙÙØ§ ØšÙØ¹Ùد٠ÙÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙØ§Ø³Ù Ø¥ÙØªÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ Ù
ÙØ£ÙÙ
ÙØ±Ù Ø±ÙØ§ØªÙÙÙ ÙÙØ§ØªÙرÙÙÙÙØ§ Ù
ÙÙÙÙÙÙÙÙØ§ØªÙÙÙ Ø£ÙØ±ÙصÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙÙÙÙÙØ³ÙÙ ØšÙØªÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ·ÙØ§Ø¹ÙØªÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ
٠تÙÙÙÙÙØÙÙÙÙ. اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù.
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah,
Tiada ungkapan lain yang harus kita ucapkan selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin atas anugerah nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita semua. Di antara nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu ini adalah kasih sayang Allah pada kita berupa umur panjang dan kesehatan sehingga kita masih bisa bertemu dengan Hari Raya Idul Adha. Banyak saudara-saudara kita yang telah mendahului kita menghadap Allah SWT dan juga mereka yang saat ini terbaring dalam kondisi sakit sehingga tidak bisa bersama-sama dengan kita beribadah di tempat yang mulia ini.
Selain bersyukur, mari kita maksimalkan nikmat-nikmat ini untuk menjalankan misi utama kita diciptakan di dunia ini yakni beribadah, menyembah Allah SWT. Langkah ini juga merupakan wujud syukur dalam tindakan yang akan menjadikan nikmat-nikmat ini akan tetap kita nikmati dan lebih dari itu, akan ditambah oleh Allah SWT. semoga kita bisa menjadi jiwa-jiwa yang pandai bersyukur berupa syukur dalam ucapan, hati, dan tindakan kita atas semua nikmat ini.
Selain rasa syukur, wasiat takwa juga menjadi kewajiban untuk senantiasa khatib sampaikan kepada jamaah, wabil khusus kepada diri khatib pribadi, agar kehidupan kita di dunia ini menjadi semakin terarah. Mari kita tingkatkan dan kuatkan takwa kita dalam wujud menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kehidupan kita akan terarah karena takwa merupakan bekal yang paling penting dalam mengarungi kehidupan di dunia sehingga
akan menjadikan kita sukses dalam kehidupan akhirat yang kekal dan abadi nanti.
Allah berfirman:
ÙÙØªÙزÙÙÙÙØ¯ÙÙØ§ ÙÙØ¥ÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ²ÙÙØ§Ø¯Ù Ø§ÙØªÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ØªÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙÙÙØšÙاؚÙ
Artinya: "Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Al-Baqarah: 197).
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah,
Pada setiap Hari Raya Idul Adha, kita tidak akan bisa terlepas dari tiga ibadah yang mampu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. ibadah tersebut adalah sholat Id, Kurban, dan Ibadah Haji. Selain memupuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT, tiga ibadah ini mengandung banyak nilai-nilai dan hikmah yang mampu menjadikan kita pribadi yang baik dan semakin dicintai oleh Allah. di antara nilai tersebut adalah kepasrahan diri atau tawakal secara totalitas kepada Allah SWT.
Tawakal adalah memasrahkan setiap perkara kepada Allah. Pasrah kepada Allah bermakna memilih menjadikan Allah sebagai Dzat yang memutuskan hasil dari setiap perkara yang dihadapi seorang hamba. Kepasrahan ini menjadi sebab dicintainya kita oleh Allah sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an surah Al Imran, ayat 159:
ÙÙØ¥ÙØ°ÙØ§ Ø¹ÙØ²ÙÙ ÙØªÙ ÙÙØªÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠إÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØÙØšÙ٠اÙÙÙ ÙØªÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ
Artinya: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."
Pada kesempatan ini, mari kita resapi nilai-nilai kepasrahan diri atau tawakal kepada Allah dari tiga ibadah yang identik dengan Hari Raya Idul Adha.
Pertama adalah sholat Id. Ibadah sunnah ini serasa harus dan wajib dilakukan oleh umat Islam pada momentum Idul Adha. Jamaah, mulai dari tua, muda, anak-anak, berbondong-bondong menuju masjid dan tanah lapang untuk melaksanakan sholat dua rakaat ini. Sejak awal melaksanakannya, kita sudah memasang komitmen kepasrahan diri serta menegaskan bahwa sholat yang kita lakukan semuanya hanya karena dan untuk Allah SWT. Dalam sholat kita fokus dan menyerahkan sholat, hidup, dan mati kita hanya kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an disebutkan:
ÙÙÙ٠إÙÙÙ٠صÙÙÙØ§ØªÙÙ ÙÙÙÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙØÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙ ÙÙ ÙØ§ØªÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ø±ÙØšÙ٠اÙÙØ¹ÙÙÙÙ ÙÙÙÙ
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Al-An'am: 162).
Nilai-nilai kepasrahan ini juga yang harus kita teruskan di luar sholat dan dalam setiap aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Tentunya kepasrahan ini juga harus tetap diiringi dengan ikhtiar atau usaha. Bukan hanya pasrah begitu saja. Jika kita sudah berusaha dan pasrah pada Allah SWT maka yakinlah Allah akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ath-Thlaaq ayat 3:
ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØªÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙ ØÙØ³ÙØšÙÙÙ
Artinya: "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya."
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah, Kedua, adalah ibadah kurban. Kurban merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah sebagai pengingat bahwa kita sudah diberikan nikmat yang banyak dalam kehidupan ini. Hal ini tertuang dalam surat Al-Kautsar ayat 1-2:
Ø¥ÙÙÙÙØ§ Ø£ÙØ¹ÙØ·ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙØ«ÙرÙ
1. Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak.
ÙÙØµÙÙÙÙ ÙÙØ±ÙØšÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØÙØ±Ù
2. Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!
Selain memiliki dimensi vertikal yakni semakin mendekatkan diri kepada Allah, kurban juga memiliki dimensi sosial yakni berbagi rezeki dengan orang lain. Dalam ibadah ini, kita harus mengeluarkan uang untuk membeli hewan kurban dan dibagi-bagikan kepada orang lain. Tentu tidak semua orang mau mengeluarkan hartanya untuk melakukan hal ini. Masih banyak orang yang tidak rela dan perhitungan dengan hartanya sehingga tidak mau berkurban di Hari Raya Idul Adha.
Padahal perhitungan seperti ini yang seharusnya kita kikis. Kita harus yakin bahwa dengan kepasrahan harta yang kita gunakan untuk berkurban di jalan Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih banyak lagi. Allah berfirman:
Ù ÙØ«ÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ٠أÙÙ ÙÙÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø³ÙØšÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙØ«ÙÙÙ ØÙØšÙÙØ©Ù Ø§Ø«ÙØšÙØªÙØªÙ Ø³ÙØšÙع٠سÙÙÙØ§ØšÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙ٠سÙÙÙØšÙÙÙØ©Ù Ù ÙØ§ØŠÙة٠ØÙØšÙÙØ©Ù ÙÙØ§ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¶ÙعÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØŽÙاء٠ÙÙØ§ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø³Ùع٠عÙÙÙÙÙ Ù
Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah: 261)
Terlebih infak untuk ibadah kurban yang memiliki banyak keutamaan sebagaimana telah ditegaskan oleh Rasulullah dalam haditsnya:
Ù
ÙØ§ عÙÙ
ÙÙ٠آدÙÙ
ÙÙÙÙ Ù
ÙÙ٠عÙÙ
ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
٠اÙÙÙÙØÙØ±Ù Ø£ÙØÙØšÙ٠إÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ Ù
ÙÙ٠إÙÙÙØ±ÙاÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙ
٠إÙÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØªÙØ£ÙØªÙÙ ÙÙÙÙÙ
٠اÙÙÙÙÙÙØ§Ù
ÙØ©Ù ØšÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØ£ÙØŽÙØ¹ÙارÙÙÙØ§ ÙÙØ£ÙØ®ÙÙÙØ§ÙÙÙÙØ§ ÙÙØ£ÙÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙ
Ù ÙÙÙÙÙÙØ¹Ù Ù
ÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ØšÙÙ
ÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙØšÙÙ٠أÙÙÙ ÙÙÙÙØ¹Ù Ù
ÙÙ٠اÙÙØ£ÙØ±ÙØ¶Ù ÙÙØ·ÙÙØšÙÙØ§ ØšÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØ³Ùا
Artinya: "Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya." (HR Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah).
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah,
Ketiga, adalah Ibadah Haji. Dalam ibadah yang menjadi rukun Islam kelima ini, kita juga diajarkan nilai-nilai kepasrahan kepada Allah. Bagaimana tidak? Saat menjalankan ibadah haji, kita harus jauh-jauh pergi ke tanah Suci Makkah meninggalkan orang-orang yang kita cintai dan memasrahkan semuanya kepada Allah. Selain itu, kita juga harus merelakan diri untuk mengeluarkan banyak harta agar bisa pergi ke Baitullah menyempurnakan keislaman kita dengan berhaji.
Bukan hanya dari sisi materi, saat ini kita juga mengetahui bersama, betapa panjangnya waktu antrean sampai dengan puluhan tahun agar kita bisa berangkat haji. Ini mengandung hikmah bahwa kita harus tetap berusaha untuk bisa berangkat ke tanah suci dengan upaya mendaftarkan diri lalu setelah itu kita pasrahkan semuanya kepada Allah SWT.
Senada dengan kepasrahan untuk mengeluarkan harta dan lamanya waktu tunggu ini, Allah mengawali perintah haji dengan kata-kata "Lillah" (untuk Allah). hal ini termaktub dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97:
ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ§Ø³Ù ØÙجÙ٠اÙÙØšÙÙÙØªÙ Ù ÙÙÙ Ø§Ø³ÙØªÙØ·ÙØ§Ø¹Ù Ø¥ÙÙÙÙÙÙÙ Ø³ÙØšÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠غÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙØ¹ÙÙÙÙ ÙÙÙÙ
Artinya: "(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat, jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah, Demikianlah nilai-nilai kepasrahan diri kepada Allah yang terkandung dalam tiga ibadah di hari Raya Idul Adha. Semoga kita senantiasa bisa mempraktikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.
Ø£ÙØ¹ÙÙÙØ°Ù ØšÙØ§ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØŽÙÙÙÙØ·ÙاÙÙ Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙÙ Ù ØšÙØ³Ù٠٠اÙÙÙÙ Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙ ÙÙÙ Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙ٠٠إÙÙÙÙØ§ Ø£ÙØ¹ÙØ·ÙÙÙÙÙØ§Ù٠اÙÙÙÙÙÙØ«Ùر٠. ÙÙØµÙÙÙÙ ÙÙØ±ÙØšÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØÙØ±Ù. Ø¥ÙÙÙÙ ØŽÙØ§ÙÙØŠÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙØšÙØªÙØ±Ù ØšÙØ§Ø±ÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØšÙØ§ÙÙÙÙØ±ÙØ¢Ù٠اÙÙØ¹ÙØžÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙØ¹ÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙÙØ§ÙÙÙ Ù ØšÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ¢ÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙذÙÙÙÙØ±Ù اÙÙØÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØªÙÙÙØšÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠٠تÙÙÙØ§ÙÙØªÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø§ÙØ³ÙÙÙ ÙÙØ¹Ù اÙÙØ¹ÙÙÙÙ٠٠أÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا Ø£ÙØ³ÙØªÙØºÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙØžÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ³ÙØ§ØšÙØ±Ù اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ€ÙÙ ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ€ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§Ø³ÙØªÙØºÙÙÙØ±ÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙØºÙÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙÙ Ù.
Khutbah II
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ.
اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙØšÙÙØ±Ùا ÙÙØ§ÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙØ±Ùا ÙÙØ³ÙØšÙØÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØšÙÙÙØ±Ùة٠ÙÙØ£ÙصÙÙÙÙØ§Ù . ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù.
اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ
ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙØ°Ù٠آÙ
ÙØ±ÙÙÙØ§ ØšÙØ§ÙØ¥ÙØªÙÙØÙØ§Ø¯Ù ÙÙØ§ÙÙØ¥ÙØ¹ÙØªÙØµÙØ§Ù
Ù ØšÙØÙØšÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ
ÙØªÙÙÙÙÙ. Ø£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ ØŽÙØ±ÙÙÙÙ ÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ¹ÙØšÙØ¯Ù ر٠إÙÙÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ³ÙØªÙØ¹ÙÙÙÙÙ. ÙÙØ£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙØ§ ÙÙÙÙØšÙÙÙÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØšÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ
ÙØšÙعÙÙÙØ«Ù Ø±ÙØÙÙ
ÙØ©Ù ÙÙÙÙØ¹ÙاÙÙÙ
ÙÙÙÙ. Ø£ÙÙÙÙÙÙÙÙ
Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØšÙارÙÙÙ ÙÙÙÙØ±ÙÙ
٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØµÙØÙØšÙÙÙ Ø£ÙØ¬ÙÙ
ÙØ¹ÙÙÙÙ.
Ø£ÙÙ
ÙÙØ§ ØšÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙØ§Ø³Ù اتÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ
ÙÙØ§ ÙÙØ§ Ø¥ÙØ®ÙÙÙØ§ÙÙÙ Ø±ÙØÙÙ
ÙÙÙÙ
٠اÙÙÙÙÙÙØ Ø£ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
ÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ°Ùا ÙÙÙÙÙ
Ù Ø¹ÙØžÙÙÙ
ÙØ ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ
ÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙ Ø³ÙØšÙØÙاÙÙÙÙ ÙÙØªÙØ¹ÙØ§ÙÙÙ ÙÙØ¯Ù Ø¬ÙØ¹ÙÙ٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙÙÙ Ø¥ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙ
٠إÙÙ
ÙØ§Ù
ÙØ§ ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØ®ÙاÙÙØµÙ اÙÙØ£ÙÙ
ÙÙÙØ±ÙØ ÙÙÙ
ÙØ€ÙذÙ٠اÙÙÙÙØ¬ÙÙÙØ±ÙØ ÙÙÙ
ÙØ¯ÙرÙÙØ³Ù Ù
ÙÙÙØ§Ø³ÙÙ٠اÙÙØÙØ¬Ù اÙÙÙ
ÙØšÙرÙÙÙØ±Ù.
ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ
ÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ Ø³ÙØšÙØÙاÙÙÙÙ ÙÙØªÙØ¹ÙØ§ÙÙ٠صÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙØšÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¯ÙÙÙ
ÙØ§ ÙÙÙÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ Ø³ÙØšÙØÙاÙÙÙÙ ÙÙØªÙØ¹ÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØªÙاؚÙÙÙ : Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ
ÙÙÙØ§ØŠÙÙÙØªÙÙÙ ÙÙØµÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙØšÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آÙ
ÙÙÙÙØ§ صÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ
ÙÙØ§ ØªÙØ³ÙÙÙÙÙ
اÙ.
اÙÙÙÙÙÙÙ
Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØšÙارÙÙÙ ÙÙÙÙØ±ÙÙ
٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù
ÙØÙÙ
ÙÙØ¯Ù سÙÙÙÙØ¯Ù اÙÙÙ
ÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§ØšÙÙÙ ÙÙÙÙØ±ÙØ§ØšÙØªÙÙÙ ÙÙØ£ÙزÙÙÙØ§Ø¬ÙÙÙ ÙÙØ°ÙرÙÙÙÙÙØ§ØªÙÙÙ Ø£ÙØ¬ÙÙ
ÙØ¹ÙÙÙÙ. ÙÙØ§Ø±ÙضÙ٠اÙÙÙÙÙÙÙ
Ù٠عÙÙÙÙ Ø£ÙØ±ÙØšÙØ¹Ùة٠اÙÙØ®ÙÙÙÙÙØ§Ø¡Ù Ø§ÙØ±ÙÙØ§ØŽÙدÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ø£ÙØšÙÙ ØšÙÙÙØ±Ù ÙÙØ¹ÙÙ
ÙØ±Ù ÙÙØ¹ÙØ«ÙÙ
ÙØ§ÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙ ØšÙÙÙÙÙÙØ©Ù Ø§ÙØµÙÙØÙØ§ØšÙØ©Ù Ø£ÙØ¬ÙÙ
ÙØ¹ÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙتÙÙØ§ØšÙعÙÙÙÙ ÙÙØªÙØ§ØšÙØ¹ÙÙ Ø§ÙØªÙÙØ§ØšÙعÙÙÙÙ ÙÙÙ
ÙÙÙ ØªÙØšÙعÙÙÙÙ
Ù ØšÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§Ù٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙØ§ Ù
ÙØ¹ÙÙÙÙ
Ù ØšÙØ±ÙØÙÙ
ÙØªÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙØ±ÙØÙÙ
Ù Ø§ÙØ±ÙÙØ§ØÙÙ
ÙÙÙÙ
اÙÙÙÙÙÙÙ
Ù٠اÙÙØµÙر٠Ù
ÙÙÙ ÙÙØµÙØ±Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø®ÙذÙÙÙ Ù
ÙÙÙ Ø®ÙØ°ÙÙ٠اÙÙÙ
ÙØ³ÙÙÙÙ
ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙØ±Ùة٠ÙÙØ§ÙÙÙ
ÙØŽÙرÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙعÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
ÙØªÙÙ٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙ.
اÙÙÙÙÙÙÙ
Ù٠اغÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙ
ÙØ³ÙÙÙÙ
ÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ
ÙØ³ÙÙÙÙ
ÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙÙÙ
ÙØ€ÙÙ
ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ
ÙØ€ÙÙ
ÙÙÙØ§ØªÙ اÙÙØ£ÙØÙÙÙØ§Ø¡Ù Ù
ÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ§ÙØ£ÙÙ
ÙÙÙØ§ØªÙ Ø¥ÙÙÙÙÙ٠سÙÙ
ÙÙØ¹Ù ÙÙØ±ÙÙØšÙ Ù
ÙØ¬ÙÙÙØšÙ Ø§ÙØ¯ÙÙØ¹ÙÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ ÙÙØ§Ø¶ÙÙ٠اÙÙØÙØ§Ø¬ÙاتÙ
Ø±ÙØšÙÙÙÙØ§ اÙÙØªÙØÙ ØšÙÙÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØšÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
ÙÙÙØ§ ØšÙØ§ÙÙØÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙØªÙ Ø®ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙØ§ØªÙØÙÙÙÙ. Ø±ÙØšÙÙÙÙØ§ آتÙÙÙØ§ ÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙØ§ ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ¢Ø®ÙØ±ÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙØ§ Ø¹ÙØ°Ùاؚ٠اÙÙÙÙØ§Ø±Ù. Ø¹ÙØšÙاد٠اÙÙÙ Ø Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ
ÙØ±Ù ØšÙØ§ÙØ¹ÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ÙØ¥ÙØÙØ³ÙاÙÙ ÙÙØ¥ÙÙØªÙاء٠ذÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙØšÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØŽÙاء٠ÙÙØ§ÙÙÙ
ÙÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙØšÙØºÙÙÙ ÙÙØ¹ÙØžÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ
Ù ØªÙØ°ÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ§Ø°ÙÙÙØ±ÙÙØ§ اÙÙÙÙ Ø§ÙØ¹ÙØžÙÙÙ
Ù ÙÙØ°ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ§ØŽÙÙÙØ±ÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙ
ÙÙÙ ÙÙØ²ÙدÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ§Ø³ÙتÙÙÙÙÙÙ Ù
ÙÙÙ ÙÙØ¶ÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙØ·ÙÙÙÙ
Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ ÙÙØ§ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙÙ
Ù Ù
ÙØ§ ØªÙØµÙÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ.
ÙÙØ§ÙسÙÙÙÙØ§Ù
٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ
Ù ÙÙØ±ÙØÙÙ
ÙØ©Ù اÙÙÙÙ ÙÙØšÙرÙÙÙØ§ØªÙÙÙ
Naskah khutbah Idul Adha 2025 tersebut disusun oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Sumsel Syafitri Irwan.
Khutbah Idul Adha 2025 NU
اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ. اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ. اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù. اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙØšÙÙØ±ÙØ§Ø ÙÙØ§ÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°ÙÙ ÙÙØ«ÙÙØ±ÙØ§Ø ÙÙØ³ÙØšÙØÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØšÙÙÙØ±Ùة٠ÙÙØ£ÙصÙÙÙÙØ§Ø ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ØµÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ¹ÙدÙÙÙ ÙÙÙÙØµÙØ±Ù Ø¹ÙØšÙدÙÙÙ ÙÙÙÙØ²Ù٠٠اÙÙØ£ÙØÙØ²ÙØ§ØšÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ. ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ ÙÙØ¹ÙØšÙØ¯Ù Ø¥ÙÙÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙØ§ÙÙ Ù ÙØ®ÙÙÙØµÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ±ÙÙ٠اÙÙÙÙØ§ÙÙØ±ÙÙÙÙ٠اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙÙØ°ÙÙ Ø¬ÙØ¹ÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙÙØ£ÙØ¶ÙØÙ٠عÙÙØ¯Ùا ÙÙÙ ÙÙÙØ³ÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙØ®ÙÙÙØ±Ùات٠ÙÙØ§ÙØ·ÙÙØ§Ø¹ÙØ§ØªÙØ ÙÙØªÙÙÙÙÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ°ÙÙÙÙÙÙØšÙ ÙÙØ§ÙرÙÙÙÙØ¹ÙاتÙ. Ø£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ ØŽÙØ±ÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ØŽÙÙÙØ§Ø¯Ùة٠ÙÙØ±ÙجÙÙ ØšÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙØ²Ù ÙÙÙÙ٠٠اÙÙÙ ÙÙÙØ§Ù ÙØ§ØªÙ. ÙÙØ£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØšÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙØ Ø®ÙØ§ØªÙ٠٠اÙÙÙÙØšÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙ ÙØ§Ù ٠اÙÙÙ ÙØªÙÙÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØšÙارÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§ØšÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ ØªÙØšÙعÙÙÙÙ Ù ØšÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§Ù٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙ. Ø£ÙÙ ÙÙØ§ ØšÙØ¹ÙØ¯ÙØ ÙÙÙÙØ§ Ø¹ÙØšÙاد٠اÙÙÙÙØ Ø¥ÙÙÙÙ٠أÙÙÙØµÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙÙÙÙØ§ ØšÙØªÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ اÙÙÙÙØ§ØŠÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙØ¢Ù٠اÙÙØ¹ÙØžÙÙÙÙ Ù: ÙÙØ§ Ø£ÙØšÙت٠اÙÙØ¹ÙÙÙ Ù ÙØ§ ØªÙØ€ÙÙ ÙØ±Ù Ø³ÙØªÙØ¬ÙØ¯ÙÙÙ٠إÙÙÙ ØŽÙØ§Ø¡Ù اÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙØ§ØšÙرÙÙÙÙ
Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Idul Adha rahimakumulah
Di awal khutbah Hari Raya Idul Adha ini, marilah kita tundukkan hati dan lafalkan syukur kepada Allah SWT, yang dengan rahmat-Nya, masih memberikan kita kesehatan dan umur panjang untuk bisa hadir kembali melaksanakan sholat sunah Idul Adha, di hari yang penuh sejarah, penuh teladan, dan penuh pengorbanan ini. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita dikumpulkan bersamanya di akhirat, dalam surga yang penuh rahmat dan nikmat. Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, di hari yang mulia ini, saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada seluruh jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT. Takwa yang tumbuh dari hati, jiwa, dan amal saleh yang ikhlas. Takwa sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, yang siap meninggalkan apa pun demi menjalankan perintah Tuhannya. Hingga apa yang ia lakukan tidak hanya menjadi sekadar cerita saat ini, tetapi menjadi panggilan untuk ditanamkan dalam laku hidup kita semua.
Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Idul Adha rahimakumullah
Hari Raya Idul Adha tidak sekadar hari raya biasa. Ia merupakan peringatan tentang kesabaran paling tinggi, ketika taat pada perintah Allah harus rela mengorbankan anak sendiri. Dalam kisahnya, tepat pada hari ini, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail. Disembelih oleh tangannya sendiri, di hadapan matanya, dan dengan kesadaran penuh sebagai bentuk patuh pada perintah-Nya.
Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai salah satu kisah kesabaran yang sangat luar biasa untuk kita teladani bersama. Allah SWT berfirman:
ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ ØšÙÙÙØºÙ Ù ÙØ¹ÙÙÙ Ø§ÙØ³ÙÙØ¹ÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ ØšÙÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙ Ø£ÙØ±ÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØ§Ù ٠أÙÙÙÙÙ Ø£ÙØ°ÙØšÙØÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØžÙØ±Ù Ù ÙØ§Ø°Ùا ØªÙØ±ÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙØšÙت٠اÙÙØ¹ÙÙÙ Ù ÙØ§ ØªÙØ€ÙÙ ÙØ±Ù Ø³ÙØªÙØ¬ÙØ¯ÙÙÙ٠إÙÙÙ ØŽÙØ§Ø¡Ù اÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙØ§ØšÙرÙÙÙÙ
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.'" (QS Ash-Shaffat, [37]: 102).
Dalam potongan kisah tersebut, kita menyaksikan dua sosok luar biasa, (1) ayah yang berserah penuh kepada Allah dengan mengorbankan putranya, dan (2) anak yang menerima takdir dengan sabar dan ikhlas. Nabi Ibrahim tidak hanya menunjukkan ketaatan sebagai seorang hamba, tapi juga keberanian sebagai seorang ayah yang sanggup menundukkan rasa cintanya kepada sang anak demi patuh kepada Tuhannya. Begitu juga Ismail, keteguhan hatinya memperlihatkan bahwa jiwanya tidak goyah sekalipun diperintah untuk menyerahkan nyawanya.
Namun juga perlu kita ketahui, bahwa apa yang dilakukan keduanya tidak sekadar hubungan antara ayah dan anak biasa. Keduanya adalah manusia pilihan yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Maka keteladanan ini bukanlah ajakan agar orang tua bisa meminta apa pun pada anaknya, atau agar anak selalu menuruti tanpa berpikir. Karena pelajaran besarnya adalah tentang kesungguhan iman ketika perintah dari Allah datang dengan jelas, dan pengorbanan terhadap ego pribadi ketika kebenaran sudah nyata.
Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Idul Adha yang dirahmati Allah
Ketika Nabi Ibrahim telah membaringkan putranya, dan pisau telah siap di tangannya, serta Nabi Ismail telah ridha dan pasrah pada perintah Allah. Pada saat itulah, datang seruan dari Allah SWT, bahwa semua itu hanyalah ujian keimanan, dan tidak benar-benar akan mengambil nyawa sang anak. Kemudian Allah menggantikan Ismail dengan seekor hewan sembelihan yang agung. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
ÙÙØ¯Ù ØµÙØ¯ÙÙÙÙØªÙ Ø§ÙØ±ÙÙØ€ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙØ§ ÙÙØ°ÙÙÙÙÙ ÙÙØ¬ÙزÙ٠اÙÙÙ ÙØÙØ³ÙÙÙÙÙÙ (105) Ø¥ÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙÙÙÙ٠اÙÙØšÙÙØ§Ø¡Ù اÙÙÙ ÙØšÙÙÙÙ (106) ÙÙÙÙØ¯ÙÙÙÙÙØ§ÙÙ ØšÙØ°ÙØšÙØÙ Ø¹ÙØžÙÙÙ Ù (107)
Artinya: "Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar." (QS Ash-Shaffat, [37]: 105-107).
Inilah ruh dari Idul Adha, yaitu tunduk patuh dan menerima pada apa yang Allah tetapkan sebagaimana yang tercermin dalam diri Nabi Ibrahim, serta ikhlas dan sabar sebagaimana dalam diri Nabi Ismail. Ibrahim tidak hanya semata menyembelih, tapi melepas rasa kepemilikan yang berlebihan, menyembelih ego, menyembelih rasa takut yang menghalanginya dari total patuh kepada Allah.
Lantas, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini? Pelajarannya adalah menerima terhadap semua takdir dan ketentuan Allah dengan ikhlas dan percaya, bahwa semua itu benar-benar yang terbaik bagi kita semua, tanpa mengeluh, tanpa marah, dan tanpa memberontak. Karena ketika Ibrahim dan Ismail pasrah dan menerima semuanya, apa yang terjadi? Allah memberikan ganti dari ujian tersebut dan tidak menjadikan Ismail sebagai kurban.
Pelajaran dan penjelasan ini sebagaimana disampaikan oleh Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi, dalam kitab Tafsir wa Khawathirul Umam, jilid IV, halaman 417, ia mengatakan:
ÙÙØªÙعÙÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ ÙÙØ°ÙÙ٠اÙÙÙÙØ§ÙÙØ¹Ùة٠أÙÙÙÙÙÙ Ø¥ÙØ°Ùا Ù ÙØ§ Ø¬ÙØ§Ø¡Ù ÙÙÙÙ ÙÙØ¶Ùاء٠٠ÙÙ٠اÙÙÙ٠إÙÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙ ØªÙØ¬ÙØ²ÙØ¹ÙØ Ø¥ÙÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙ ØªÙØ³ÙØ®ÙØ·ÙØ Ø¥ÙÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙ ØªÙØºÙØ¶ÙØšÙØ Ø¥ÙÙÙÙØ§Ù٠أÙÙÙ ØªÙØªÙÙ ÙØ±ÙÙØ¯ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙ ØšÙØ°ÙÙÙÙÙ ØªÙØ·ÙÙÙÙ٠أÙÙ ÙØ¯Ù اÙÙÙÙØ¶Ùاء٠عÙÙÙÙÙÙÙØ ÙÙÙÙÙÙÙ٠سÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ¶Ùاء٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ±ÙÙÙØ¹ ÙÙØ°Ùا اÙÙÙÙØ¶ÙØ§Ø¡ÙØ ÙÙØ£ÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ¶ÙØ§Ø¡Ù ÙØ§Ù ÙÙØ±ÙÙÙØ¹Ù ØÙتÙÙÙ ÙÙØ±ÙضÙÙ ØšÙÙÙ
Artiny: "Peristiwa ini mengajarkan kepada kita, bahwa jika datang suatu ketetapan dari Allah kepadamu, maka janganlah engkau gelisah, jangan marah, jangan murka, dan jangan memberontak. Karena jika engkau melakukan itu, itu hanya akan memperpanjang masa ketetapan itu atas dirimu. Akan tetapi, berserah dirilah pada ketetapan Allah, niscaya ketetapan itu akan diangkat. Sebab, suatu ketetapan tidak akan diangkat hingga diridhai oleh yang menerimanya."
Ma'asyiral Muslimin jamaah sholat Idul Adha yang dirahmati Allah
Dengan demikian, maka Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita arti sejati dari cinta yang tidak melampaui cinta kepada Allah. Nabi Ismail mengajarkan kepada kita makna kesabaran, keikhlasan, dan ridha dalam menerima takdir. Inilah keteladanan yang kita cari dalam diri manusia, yaitu menjadi hamba yang patuh tanpa syarat, dan menjadi manusia yang teguh saat diuji dengan pengorbanan. Mari kita pulang dari sholat Idul Adha ini dengan membawa semangat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ke dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita sembelih ego kita yang sombong, kita tebas rasa tamak dan dengki, dan kita gantikan dengan ketundukan, keikhlasan, dan ketakwaan yang sejati. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa berserah diri kepada-Nya dalam segala keadaan, dan semoga ibadah kita diterima sebagaimana Allah menerima pengorbanan Ibrahim dan Ismail.
ØšÙØ§Ø±ÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙØ ÙÙÙÙÙÙØ¹ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙØ§ÙÙÙ Ù ØšÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙØ¢ÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙذÙÙÙÙØ±Ù اÙÙØÙÙÙÙÙÙ ÙØ ÙÙØªÙÙÙØšÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠٠جÙÙ ÙÙÙØ¹Ù Ø£ÙØ¹ÙÙ ÙØ§ÙÙÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙØÙÙÙÙÙ٠٠اÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙ Ù. Ø£ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ°Ùا ÙÙØ£ÙØ³ÙØªÙغÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø³ÙØªÙØºÙÙÙØ±ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙÙØºÙÙÙÙÙØ±Ù Ø§ÙØ±ÙÙØÙÙÙÙ Ù
Khutbah II
اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ. اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙØšÙÙØ±ÙØ§Ø ÙÙØ§ÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙ°ÙÙ ÙÙØ«ÙÙØ±ÙØ§Ø ÙÙØ³ÙØšÙØÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØšÙÙÙØ±Ùة٠ÙÙØ£ÙصÙÙÙÙØ§Ø ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙ Ø§ÙØ³ÙÙÙ ÙØ§ÙÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙÙØ£ÙØ±ÙØ¶Ù ÙÙØ¹ÙØŽÙÙÙØ§Ù ÙÙØÙÙÙÙ ØªÙØžÙÙÙØ±ÙÙÙÙ. اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù Ù±ÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙ ØŽÙØ±Ùع٠ÙÙØ¹ÙØšÙØ§Ø¯ÙÙÙ Ù±ÙÙØ£ÙØ¶ÙØÙÙÙØ©Ù ØªÙØ°ÙÙÙØ±Ùة٠ؚÙÙÙØ¯Ùاء٠خÙÙÙÙÙÙÙÙØ ÙÙØ¬ÙعÙÙ٠أÙÙÙÙØ§Ù Ù Ù±ÙÙÙÙØÙØ±Ù Ù ÙÙÙØ§Ø³ÙÙ Ù ÙÙØ±ÙØšÙØ§ØªÙ ÙÙØ±ÙÙÙØ¹Ùات٠ÙÙÙ Ø³ÙØšÙÙÙÙÙÙØ ÙÙØÙÙ ÙØ¯ÙÙÙ Ø³ÙØšÙØÙاÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ³ÙØªÙØ¹ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ³ÙØªÙØºÙÙÙØ±ÙÙÙØ ÙÙÙÙØ¹ÙÙØ°Ù ØšÙÙÙ Ù ÙÙÙ ØŽÙØ±ÙÙØ±Ù Ø£ÙÙÙÙÙØ³ÙÙÙØ§ ÙÙØ³ÙÙÙÙØŠÙØ§ØªÙ Ø£ÙØ¹ÙÙ ÙØ§ÙÙÙÙØ§. Ø£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙÙØ§Ø§ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ ØŽÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØšÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØÙØšÙÙÙØšÙÙÙ ÙÙØ®ÙÙÙÙÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØšÙارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØµÙØÙØšÙÙÙØ ÙÙÙ ÙÙÙ Ø³ÙØ§Ø±Ù عÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ¬ÙÙÙØ ÙÙØ¯ÙØ¹ÙØ§ ØšÙØ¯ÙعÙÙÙØªÙÙÙØ ÙÙØªÙØ£ÙØ³ÙÙÙ ØšÙØ³ÙÙÙÙØªÙÙ٠أÙÙ ÙÙØ§ ØšÙØ¹ÙدÙ: ÙÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙØÙØ§Ø¶ÙرÙÙÙÙ٠اتÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ØÙÙÙ٠تÙÙÙØ§ØªÙÙÙ ÙÙØ°ÙرÙÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙØ§ØÙØŽÙ Ù ÙØ§ ØžÙÙÙØ±Ù Ù ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙØ§ ØšÙØ·ÙÙÙ. ÙÙØ§ÙÙØžÙرÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙ Ø£ÙØ¹ÙØžÙ٠٠اÙÙÙÙØ±ÙØšÙØ§ØªÙ ÙÙÙ ÙÙØ°ÙÙ٠اÙÙØ£ÙÙÙÙØ§Ù Ù Ù ÙØ§ ÙÙØ¯ÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙ٠دÙÙ Ù ÙÙØšÙØªÙØºÙÙ ØšÙÙÙ ÙÙØ¬ÙÙÙÙÙØ ÙÙÙ ÙØ§ Ø·ÙØ§ØšÙ ÙÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ ÙÙÙÙØ³Ù ØªÙØ±ÙÙØ¯Ù Ø±ÙØ¶ÙاÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙØ±ÙÙ ÙÙØ§ ÙÙØ°ÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØ§Ø³ÙÙ ÙØ ÙÙØ¥ÙÙÙÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙØ§Ù Ù Ø±ÙØÙÙ ÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙØÙØ§ØªÙ ÙÙØªÙجÙÙÙÙÙÙØ§ØªÙ Ù ÙÙ٠عÙÙÙØ¯ÙÙÙ. ÙÙØ§Ø¹ÙÙÙÙ ÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠أÙÙ ÙØ±ÙÙÙÙ Ù ØšÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù ØšÙØ¯ÙØ£Ù ØšÙÙÙÙÙØ³ÙÙÙ. ÙÙØ«ÙÙÙÙÙ ØšÙÙ ÙÙÙØ§ØŠÙÙÙØ©Ù اÙÙÙ ÙØ³ÙØšÙÙØÙØ©Ù ØšÙÙÙØ¯ÙسÙÙÙ. Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ§ØŠÙÙÙØªÙÙÙ ÙÙØµÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙØšÙÙÙÙ ÙÙØ§ Ø£ÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙØ§ صÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ ØªÙØ³ÙÙÙÙ٠ا٠اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙÙ ÙØ§ صÙÙÙÙÙÙØªÙ عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ø§ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ø§ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØšÙارÙÙ٠عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙÙ ÙØ§ ØšÙØ§Ø±ÙÙÙØªÙ عÙÙÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ø§ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙ٠سÙÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ Ø§ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙ Ø§ÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ØÙÙ ÙÙÙØ¯Ù Ù ÙØ¬ÙÙÙØ¯Ù. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙØ§ØªÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ€ÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ€ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ اÙÙÙØ£ÙØÙÙÙØ§Ø¡Ù Ù ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ§ÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ. اÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠ادÙÙÙØ¹Ù عÙÙÙÙØ§ اÙÙØšÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙØ§ÙÙØºÙÙÙØ§Ø¡Ù ÙÙØ§ÙÙÙÙØšÙاء٠ÙÙØ§ÙÙÙÙØÙØŽÙاء٠ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØšÙغÙÙÙ ÙÙØ§ÙسÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ®ÙتÙÙÙÙÙØ©Ù ÙÙØ§ÙØŽÙÙØ¯ÙØ§ØŠÙØ¯Ù ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØÙÙÙØ Ù ÙØ§ ØžÙÙÙØ±Ù Ù ÙÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙØ§ ØšÙØ·ÙÙÙØ Ù ÙÙÙ ØšÙÙÙØ¯ÙÙÙØ§ ÙÙØ°Ùا Ø®ÙØ§ØµÙة٠ÙÙÙ ÙÙÙ ØšÙÙÙØ¯ÙاÙ٠اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ø¹ÙØ§Ù ÙØ©ÙØ Ø§ÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ØŽÙÙÙØ¡Ù ÙÙØ¯ÙÙÙØ±Ù Ø¹ÙØšÙاد٠اÙÙÙÙØ اÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙ ÙØ±Ù ØšÙØ§ÙÙØ¹ÙدÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ§ÙØÙØ³ÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙØªÙاء٠ذÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙØšÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙÙØÙØŽÙاء٠ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙÙÙÙØ±Ù ÙÙØ§ÙÙØšÙغÙÙÙØ ÙÙØ¹ÙØžÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ØªÙØ°ÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙÙ. ÙÙØ§Ø°ÙÙÙØ±ÙÙÙØ§ اÙÙÙ٠اÙÙØ¹ÙØžÙÙÙÙ Ù ÙÙØ°ÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ°ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ
Khutbah Idul Adha 2025 NU ini disusun oleh Ustaz Sunnatulah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Khutbah Idul Adha 2025 Muhammadiyah
اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙÙØ°Ù٠أÙÙÙØ²ÙÙ٠اÙÙÙÙØªÙØ§ØšÙ ØªÙØšÙÙÙØ§ÙÙØ§ ÙÙÙÙÙÙÙ ØŽÙÙÙØ¡Ù ÙÙÙÙØ¯ÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ±Ùا ÙÙØšÙØŽÙØ±ÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. Ø£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙ ÙØ§Ù٠إÙÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØÙØ¯ÙÙÙ ÙÙØ§ ØŽÙØ±ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ ÙÙØ£ÙØŽÙÙÙØ¯Ù Ø£ÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ùا Ø¹ÙØšÙدÙÙÙ ÙÙØ±ÙسÙÙÙÙÙÙÙØ Ø£ÙÙÙÙÙ°ÙÙÙ Ù٠صÙÙÙÙ ÙÙØ³ÙÙÙÙ٠٠عÙÙÙÙ ÙÙØšÙÙÙÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙØµÙØÙØ§ØšÙÙÙ Ø£ÙØ¬ÙÙ ÙØ¹ÙÙÙÙÙ.
Ø£ÙÙ ÙÙØ§ ØšÙØ¹ÙدÙ:
ÙÙÙÙØ§ Ø¹ÙØšÙاد٠اÙÙÙÙØ Ø£ÙÙÙØµÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¥ÙÙÙÙØ§ÙÙ ØšÙØªÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ¯Ù ÙÙØ§Ø²Ù اÙÙÙ ÙØªÙÙÙÙÙÙÙÙ.
ÙÙØ§Ù٠اÙÙÙÙ ØªÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØªÙاؚÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù:
Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØÙØšÙÙ Ø§ÙØªÙÙÙÙÙØ§ØšÙÙÙÙ ÙÙÙÙØÙØšÙ٠اÙÙÙ ÙØªÙØ·ÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù.
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙØšÙÙÙØ±ÙØ§Ø ÙÙØ§ÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ«ÙÙÙØ±ÙØ§Ø ÙÙØ³ÙØšÙØÙØ§Ù٠اÙÙÙÙÙÙ ØšÙÙÙØ±Ùة٠ÙÙØ£ÙصÙÙÙÙÙØ§.
ÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙ°Ù٠إÙÙÙÙØ§ اÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙر٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita di pagi yang indah ini bisa berkumpul bersama menikmati hangatnya sinar mentari, dan segarnya udara di pagi sambil mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil sebagai ekspresi mengagungkan Ilahi Robbi. Dan melaksanakan sholat sunah dua rakaat Idul Adha sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ
Jamaah sholat Idul Adha yang dirahmati Allah
Idul Adha adalah momen penting dimana kita diingatkan kembali atas kisah pengorbanan Nabi Ibrahim 'alaihi salam bersama putranya, Nabi Ismail 'alaihi salam. Sebuah kisah yang begitu luar biasa, yang menyentuh kalbu dan jiwa, peristiwa yang jarang bisa dilaksanakan oleh manusia biasa. Ayah dan anak keduanya kompak menunjukkan ketundukan yang sempurna kepada Allah Rabb al-'Alamin. Nabi Ibrahim menunjukkan keberanian luar biasa untuk melaksanakan perintah Allah, meskipun itu berarti harus mengorbankan sesuatu yang paling dicintai yaitu anak kesayangannya. Dan di sisi lain, kita juga kagum kepada Nabi Ismail as yang juga menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada ayah dan kepada Tuhannya walaupun harus mengorbankan dirinya.
Kisah tersebut diabadikan Allah dalam Al-Qur'an surat as-Shaffat ayat 102:
ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ ØšÙÙÙØºÙ Ù ÙØ¹ÙÙÙ Ø§ÙØ³ÙÙØ¹ÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙ°ØšÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ±Ù°Ù ÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØ§Ù ٠اÙÙÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ°ÙØšÙØÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØžÙØ±Ù Ù ÙØ§Ø°Ùا ØªÙØ±Ù°ÙÛ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙ°ÙØ§ÙØšÙØªÙ اÙÙØ¹ÙÙÙ Ù ÙØ§ ØªÙØ€ÙÙ ÙØ±ÙÛ Ø³ÙØªÙØ¬ÙØ¯ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ØŽÙØ§Û€Ø¡Ù اÙÙÙÙ°ÙÙ Ù ÙÙÙ Ø§ÙØµÙÙ°ØšÙØ±ÙÙÙÙÙ
"Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."
Nabi Ibrahim adalah figure bapak yang taat kepada Tuhan tetapi menghormati pendapat orang lain. Beliau berjiwa demokratis mengajak bermusyarah dengan putranya untuk minta pendapatnya. Begitu pula sang anak sama sama punya keimanan yang tinggi menyatakan kesediannya, sehingga terjadi harmoni dalam melaksanakan perintah Tuhan. Tidak ada paksaan dalam beragama.
Kisah tersebut di atas sangat menarik untuk diambil pelajaran penting dalam keberagamaan kita di masa kini. Keberagamaan harus bertumpu pada kesadaran penuh akan nilai-nilai spiritual. Nabi Ibrahim adalah teladan keberagamaan yang tidak hanya menitikberatkan ibadah ritual, tetapi juga keberanian moral, keikhlasan, dan kepatuhan yang teguh kepada perintah Tuhan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini, khatib akan mengemukakan beberapa poin yang dapat kita ambil sebagai ibrah dari kisah nabi Ibrahim dan Ismail. Dimana keberagamaan keduanya bisa dijadikan sebagai model keberagamaan Islam Berkemajuan.
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ
Yang pertama adalah keikhlasan dalam beribadah: Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa segala bentuk ibadah kita harus dilandasi oleh keikhlasan. Tidak ada pamrih dalam beribadah, hanya semata-mata mencari ridha Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah surat al-Bayyinah
ÙÙÙ ÙØ§Ù Ø£ÙÙ ÙØ±ÙÙÙØ§Ù Ø¥ÙÙÙÙØ§ ÙÙÙÙØ¹Û¡ØšÙدÙÙØ§Ù Ù±ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙØ®Û¡ÙÙØµÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ù±ÙØ¯ÙÙÙÙÙ ØÙÙÙÙÙØ§Ùء٠ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ù Ù±ÙØµÙÙÙÙÙٰة٠ÙÙÙÙØ€Û¡ØªÙÙØ§Ù Ù±ÙØ²ÙÙÙÙÙٰةÙÛ ÙÙØ°ÙÙ°ÙÙÙ٠دÙÙÙÙ Ù±ÙÛ¡ÙÙÙÙÙÙ ÙØ©Ù
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS al-Bayyinah ayat 5)
Ibrah yang kedua adalah keberanian menghadapi tantangan. Islam mengajarkan umatnya untuk terus bergerak maju, menghadapi segala tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati. Nabi Ibrahim adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang tidak gentar menjalani ujian Allah.
ÙÙÙ ÙÙÛ¡ Ø£ÙØÛ¡Ø³ÙÙ٠دÙÙÙÙØ§ Ù ÙÙÙ ÙÙÙÛ¡ Ø£ÙØ³Û¡ÙÙÙ Ù ÙÙØ¬Û¡ÙÙÙÙÛ¥ ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙØÛ¡Ø³ÙÙÙ ÙÙٱتÙÙØšÙع٠٠ÙÙÙÙØ©Ù Ø¥ÙØšÛ¡Ø±ÙÙ°ÙÙÙÙ Ù ØÙÙÙÙÙÙØ§Û ÙÙٱتÙÙØ®Ùذ٠ٱÙÙÙÙÙÙ Ø¥ÙØšÛ¡Ø±ÙÙ°ÙÙÙÙ Ù Ø®ÙÙÙÙÙÙØ§
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (QS an-Nisa' ayat 125)
Dan Ibrah yang ketiga adalah semangat pembaruan (Tajdid). Keberagamaan yang diajarkan Nabi Ibrahim bukanlah yang stagnan. Beliau selalu mencari kebenaran dan berupaya mendekatkan diri pada Allah. Ini adalah semangat yang harus dihidupkan umat Islam untuk terus berkarya dan memberi manfaat kepada lingkungan.
ÛÙÙØ¥Ùذ٠ٱؚۡتÙÙÙÙÙ°Ù Ø¥ÙØšÛ¡Ø±ÙÙ°ÙÙÛ§Ù Ù Ø±ÙØšÙÙÙÙÛ¥ ØšÙÙÙÙÙÙ Ùٰت٠ÙÙØ£ÙتÙÙ ÙÙÙÙÙÙÙÛ ÙÙØ§Ù٠إÙÙÙÙÙ Ø¬ÙØ§Ø¹ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ§Ø³Ù Ø¥ÙÙ ÙØ§Ù ÙØ§Û ÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙ ÙÙ Ø°ÙØ±ÙÙÙÙÙØªÙÙÛ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ§ ÙÙÙÙØ§Ù٠عÙÙۡدÙÙ Ù±ÙØžÙÙÙ°ÙÙÙ ÙÙÙÙ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". (QS al-Baqarah ayat 124)
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ
Jamaah yang dirahmati Allah
Di era modern sekarang ini, semangat keberagamaan Nabi Ibrahim bisa menjadi panduan untuk kita dalam melaksanakan Islam berkemajuan. Dalam menghadapi berbagai tantangan, umat Islam harus tetap memprioritaskan nilai-nilai ketaatan kepada Allah, memperkuat ukhuwah, dan memberi kontribusi positif kepada masyarakat.
ÙÙÙÙØ¯Û¡ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙÙÙ Û¡ ÙÙÙÙÙÙ Û¡ Ø£ÙØ³Û¡ÙÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙ ÙÙ ÙÙØ§ÙÙ ÙÙØ±Û¡Ø¬ÙÙØ§Ù Ù±ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙ±ÙÛ¡ÙÙÙÛ¡Ù Ù Ù±ÙÛ¡Ø£ÙØ®ÙرÙÛ ÙÙÙ ÙÙ ÙÙØªÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¥ÙÙÙÙ Ù±ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ù±ÙۡغÙÙÙÙÙÙ Ù±ÙÛ¡ØÙÙ ÙÙØ¯Ù
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (QS al-Mumtahanah ayat 6).
Kisah nabi Ibrahim tidak hanya mencerminkan kerelaan pengorbanan beliau tetapi juga menjadikannya sebagai model iman, kesabaran, dan pengabdian. Tindakannya beresonansi dalam praktik dan kepercayaan Islam, menginspirasi orang percaya untuk menegakkan iman mereka dengan ketulusan dan keberanian.
Para sarjana telah mengeksplorasi kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dari berbagai perspektif, menekankan signifikansi teologis, moral, dan spiritualnya. Banyak sarjana menyoroti bahwa kesediaan Ibrahim untuk mengorbankan putranya menunjukkan penyerahan tertinggi kepada Allah. Tindakan ini dipandang sebagai contoh mendalam dari keyakinan dan ketauhidan (keesaan Tuhan) dan kepercayaan penuh dan patuh pada kebijaksanaan ilahi.
Pengorbanan nabi Ibrahim sering ditafsirkan sebagai pelajaran dalam memprioritaskan pengabdian kepada Allah daripada keterikatan duniawi. Para sarjana seperti Ibn al-'Arabi telah membahas narasi sebagai panggilan untuk melepaskan berhala pribadi atau apa pun yang mengalihkan perhatian dari Allah.
Beberapa sarjana merefleksikan tantangan etika yang dihadapi Ibrahim, menekankan perjuangan internal dan keyakinannya yang tak tergoyahkan. Aspek ini dipandang sebagai pengingat bagi orang-orang percaya untuk menghadapi dilema moral mereka sendiri dengan keberanian dan kepercayaan kepada Allah. Dan Tindakan Ibrahim dipandang sebagai landasan ajaran Islam, ritual yang menginspirasi seperti pengorbanan Idul Adha. Tindakan tersebut melambangkan rasa syukur, kerendahan hati, dan kesiapan orang percaya untuk membuat pengorbanan pribadi demi kebaikan yang lebih besar.
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙرÙ
Akhirnya saya mengajak hadirin untuk mencontoh, keimanan, ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sehingga melahirkan jiwa berani berkorban, tidak egois dan mendahulukan musyawarah. Marilah kita memanfaatkan kesempatan yang ada untuk selalu berbuat baik. Mumpung masih diberi kesempatan hidup oleh Allah yang entah sampai kapan sisa umur ini masih ada. Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga menjadi umur yang dipenuhi kasih sayang Allah, umur yang dipenuhi barakah Allah. Harta yang kita punyai, mari kita gunakan untuk kepentingan kebaikan, kita gunakan untuk meraih kesenangan di akhirat yang abadi. Jangan sampai kita menyesal berkepanjangan ketika kelak kita berada di alam keabadian.
Untuk menguatkan keimanan kita agar menjadi iman aktif marilah kita memanjatkan doa kehadirat Allah SWT. Dan kita yakin doa ini akan diamini para malaikat juga akan dikabulkan Allah SWT.
اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ اÙÙÙ٠أÙÙÙØšÙØ±ÙØ ÙÙÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù
اÙÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙÙÙÙÙ Ø±ÙØšÙ٠اÙÙØ¹ÙاÙÙÙ ÙÙÙÙÙ. ØÙÙ ÙØ¯Ùا ÙÙÙÙØ§ÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ§ÙÙØŠÙ Ù ÙØ²ÙÙÙØ¯ÙÙÙ
ÙÙØ§ Ø±ÙØšÙÙÙÙØ§ ÙÙÙ٠اÙÙØÙÙ ÙØ¯Ù ÙÙÙ ÙØ§ ÙÙÙÙØšÙغÙÙÙ ÙÙØ¬ÙÙØ§ÙÙÙ ÙÙØ¬ÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙØ±ÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙØžÙÙÙ٠٠سÙÙÙØ·ÙاÙÙÙÙ
. اÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠صÙÙÙ٠عÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙÙ ÙØ§ صÙÙÙÙÙÙØªÙ عÙÙÙÙ Ø¥ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙ Ø¥ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ ÙØ Ø¥ÙÙÙÙÙÙ ØÙÙ ÙÙÙØ¯Ù Ù ÙØ¬ÙÙÙØ¯Ù. ÙÙØšÙارÙÙ٠عÙÙÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙÙ ÙØ§ ØšÙØ§Ø±ÙÙÙØªÙ عÙÙÙÙ Ø¥ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙ Ø¥ÙØšÙØ±ÙØ§ÙÙÙÙÙ ÙØ Ø¥ÙÙÙÙÙÙ ØÙÙ ÙÙÙØ¯Ù Ù ÙØ¬ÙÙÙØ¯Ù.
اÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠اغÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙØ§ØªÙØ Ø§ÙÙØ£ÙØÙÙÙØ§Ø¡Ù Ù ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ§ÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙØ§ØªÙ. Ø±ÙØšÙÙÙÙØ§ اغÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙØ§ ÙÙÙØ¥ÙØ®ÙÙÙØ§ÙÙÙÙØ§ اÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ø³ÙØšÙÙÙÙÙÙÙØ§ ØšÙØ§ÙÙØ¥ÙÙÙÙ ÙØ§ÙÙ ÙÙÙØ§Ù ØªÙØ¬ÙعÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØšÙÙÙØ§ غÙÙØ§ÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ Ø¡ÙØ§Ù ÙÙÙÙÙØ§ Ø±ÙØšÙÙÙÙØ§ Ø¥ÙÙÙÙÙÙ Ø±ÙØ¡ÙÙÙÙ٠رÙÙØÙÙÙÙ Ù. اÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠اÙÙØªÙØÙ ØšÙÙÙÙÙÙÙØ§ ÙÙØšÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØ§ ØšÙØ§ÙÙØÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙØªÙ Ø®ÙÙÙØ±Ù اÙÙÙÙØ§ØªÙØÙÙÙÙÙ. اÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù٠إÙÙÙÙØ§ ÙÙØ³ÙØ£ÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙØ§ ÙÙØ§ÙÙØ¹Ùا ÙÙØ±ÙزÙÙÙØ§ Ø·ÙÙÙÙØšÙا ÙÙØ¹ÙÙ ÙÙØ§Ù Ù ÙØªÙÙÙØšÙÙÙØ§Ù. Ø±ÙØšÙÙÙÙØ§ آتÙÙÙØ§ ÙÙÙ Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙØ§ ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØ¢Ø®ÙØ±ÙØ©Ù ØÙسÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙØ§ Ø¹ÙØ°Ùاؚ٠اÙÙÙÙØ§Ø±Ù. ÙÙØµÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙ ÙÙØšÙÙÙÙÙÙØ§ Ù ÙØÙÙ ÙÙØ¯Ù ÙÙØ¹ÙÙÙ٠آÙÙÙÙ ÙÙØµÙØÙØšÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙ ØªÙØšÙعÙÙÙÙ Ù ØšÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§Ù٠إÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ø§ÙØ¯ÙÙÙÙÙÙ.
Khutbah Idul Adha 2025 Muhammadiyah di atas ditulis oleh Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad.
(kri/erd)












































Komentar Terbanyak
Wamenag Romo Syafi'i Menikah Hari Ini, Habib Rizieq Jadi Saksi
Rieke Diah Pitaloka Geram, Teriak ke Purbaya Gegara Ponpes Ditagih PBB
Pemerintah RI Legalkan Umrah Mandiri, Pengusaha Travel Umrah Syok