Epidemi dalam Kisah Talut dan Jalut

Keajaiban Al-Qur'an (14)

Epidemi dalam Kisah Talut dan Jalut

Nasaruddin Umar - detikHikmah
Jumat, 14 Mar 2025 05:15 WIB
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menggelar rapat kerja dengan Komisi VIII DPR. Rapat membahas persiapan pelaksanaan ibadah haji tahun 2025.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Bentuk epidemi lain di dalam Al-Qur'an terungkap di dalam kisah tentara Israil melawan Jalut sebagaimana diuraikan dalam surat Q. S. al-Baqarah/2:249 : "Maka tatkala Talut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kami dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyebarangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata;" Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. 2: 249)

Prajurit yang kehausan menemukan air sungai banyak yang melupakan pengarahan pimpinannya agar berhati-hati mengambil air di sungai itu, karena di sana terdapat sejenis virus yang membahayakan. Di tengah perjalanan, ketika pasukan tiba di tepi sungai itu, betul banyak rombongan tidak mengindahkan nasihat pimpinannya, mereka mengambil air tidak dengan cidukan tangan tetapi melalui bejana atau timba. Akhirnya mereka terserang virus yang gejala awalnya mereka merasakan fisiknya menjadi lemah. Bersamaan dengan itu bibir mereka menjadi hitam dan dahaganya tidak bisa berhenti.


Sebenarnya menurut analisis Dr. Opitz, seorang ahli sejarah penyakit, air dalam sungai itu cukup steril jika diambil dengan cedukan tangan. Di bagian permukaan air cukup aman dan tidak akan mendatangkan bahaya, tetapi bila diambil dengan bejana atau timba dalam jumlah lebih banyak maka air itu tidak steril lagi karena berbagai kotoran yang mengandung micro-organismus yang berbahaya. Orang-orang yang minum air dengan sedukan tangan akan aman sedangkan yang menggunakan bejana atau timba sangat riskan. Karena mereka banyak minum air dengan menggunakan bejana maka mereka menderita penyakit perut sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan ke medan perang.


Menurut Ahmad Ramali, perintah supaya meminum air sungai itu hanya diizinkan dengan cedukan tangan, berarti suatu prophylaxis terhadap lintah yang karena diciduk akan kelihatan ditelapak tangan, sehingga bisa disingkirkan, tetapi mereka yang meminum dengan bejana, maka air itu akan langsung masuk ke dalam mulut, kemudian lintah-lintah melekat pada kulit selaput mulut dan pharynx (hulu kerangkongan) sehingga mengakibatkan pendarahan terus menerus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lintah pembawa epidemi ini sejenis limnatis nilotika, di musim panas dan musim semi memang sering ditemukan di sekitar Palestina Utara, sehingga banyak kuda dan himar di daerah ini moncongnya sering berdarah.

Kasus yang sering melanda penduduk Palestina ini sudah cenderung menjadi semacam endemi, karena sudah menjadi ancaman rutin bagi masyrakat di wilayah itu. Kisah ini menginformasikan kepada kita bahwa sejumlah virus yang selama ini membahayakan binatang sudah ikut membahayakan juga bagi manusia.





(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads