Seorang pemimpin atau penguasa hendaknya hidup dengan sederhana, dan dapat mengendalikan dorongan hawa nafsu, seperti memakai pakaian mewah dan makan dengan berbagai masakan yang lezat dan enak-enak. Pemimpin hendaknya bersifat qanaah ( menerima apa adanya ) dalam semua hal. Ingatlah tiada keadilan tanpa sifat qanaah.
Dikisahkan bahwa Umar bin Khattab bertanya kepada sebagian orang saleh, "Apakah anda melihat sesuatu dari sikapku yang kurang anda sukai?"
Maka dijawab, "Aku mendengar Anda menjelaskan bahwa di meja makan Anda hanya ada dua pitong roti. Dikatakan pula bahwa Anda hanya memiliki dua potong baju, sepotong dikenakan untuk malam hari dan sepotong untuk siang hari."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Adakah selain dua potong baju itu?" Tanya orang itu lagi. Maka Umar menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya dua potong baju itu tidak akan kekal."
Hidup sederhana merupakan akhlak terpuji yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hidup sederhana artinya menerima apa adanya yang telah diberikan Allah SWT. dan menjauhkan diri dari sikap tidak puas serta menjauhkan sikap suka berlebihan. Ajaran Islam tidak menganjurkan seorang muslim untuk hidup dalam keadaan yang bermewah-mewah dan berlebihan. Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk hidup dalam kesederhanaan sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya.
Dalam hal berpakaian, hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, Rasulullah SAW. bersabda, "Barangsiapa yang meninggalkan pakaian yang bagus disebabkan tawadu (merendahkan diri) di hadapan Allah SWT. sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah SWT. memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan."
Sedangkan dalam hal makan-makanan juga langsung diperintahkan oleh Allah SWT, dalam firmannya surah al-A'raf ayat 31 yang artinya, "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan".
Ayat ini jelas melarang umat Islam berlaku berlebihan dalam hal makan maupun berpakaian. Hal yang sama sederhana dalam penampilan, tempat tinggal dan berprilaku.
Orang yang sederhana khususnya pemimpin itu menjadikan ia tidak banyak berkebutuhan. Artinya jika seseorang penguasa sudah mencapai maqam ini maka ia telah mengendalikan hawa nafsunya. Kisah dibawah ini masih tentang Amirul Mukminin. Kisahnya sebagai berikut : Kaisar Romawi mengirim delegasi ke Amirul Mukminin untuk menyelidiki perilakunya. Setiba di kota delegasi itu bertanya, "Dimanakah raja kalian?"
Jawab mereka, "Kami tidak punya raja, hanya seorang amir, yang sedang bertugas ke luar kota." Lalu utusan itu mencari dan menemukan 'Umar tidur di pelataran tanpa alas, di bawah terik matahari, dan hanya berbantal durrat. Keringatnya bercucuran. Utusan itu kagum melihatnya dan seraya berkata, "Seorang ( pemimpin ) yang tak tertandingi, ternyata hidup sangat sederhana. Karena berbuat adil, maka Umar bisa tidur dengan tenang dan pulas. Sedangkan raja kami culas, tentu tidak dapat tidur karena diliputi rasa was-was. Maka aku bersaksi bahwa Anda ( Umar bin Khattab ) benar. Bila aku datang bukan sebagai utusan, tentu aku sudah masuk Islam. Aku akan kembali setelah tugas ini dan akan masuk Islam."
Makna kisah diatas adalah :
1. Sikap Amirul Mukminin yang sangat sederhana dan lebih mementingkan tugasnya sebagai pemimpin umat daripada kenikmatan fasilitas.
2. Bersikap adil, sehingga tidur pun di pelataran hatinya tenang dan pulas. Kesederhanaan itu akan menuntun seseorang bersikap adil.
Pada umumnya para pemimpin itu merasa khawatir tentang kekuasaannya, sehingga mereka memupuk loyalitas maupun ketergantungan orang pada dirinya. Sikap ini sebenarnya rentan, jika kekuasaannya telah bergoyang maka ramai-ramailah mereka meninggalkannya. Sekali lagi hilangkan tamak dan rakus atas harta kekayaan maupun kekuasaan karena kekuasaanmu tidak akan kekal dan jelas oleh Pemberi Kuasa akan dipergilirkan.
Semoga Allah SWT memberikan negeri ini pemimpin yang sejatinya sederhana dan adil serta melayani masyarakat.
--
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(aeb/aeb)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi