Dilihat dari sudut pandang Islami, konflik yang terjadi sungguh jauh dari nilai-nilai syariah. Al-Qur'an melarang manusia untuk saling menindas melainkan harus saling memberi dan melengkapi. Dalam bahasa Indonesia, bisa didefinisikan bahwa konflik adalah perjuangan atas nilai atau klaim status. Apa yang diajarkan Islam jika terjadi konflik/perselisihan. Menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, agama Islam menganjurkan kepada penganutnya untuk bertoleransi atas segala perbedaan yang ada, dalam menjaga terjadinya perbedaan dan perselisihan atau pertikaian yang dapat merugikan semua pihak. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Fushilat ayat 34-35 yang artinya, "Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."
Inilah ajaran Islam dalam menghadapi permusuhan yaitu membalas dengan sikap baik terhadap perlakuan yang kurang baik ( sikap permusuhan ). Sifat baik ini dihasilkan dari sikap sabar dan itu merupakan anugerah dari-Nya. Sikap sabar ini sangatlah penting apalagi seseorang itu sebagai pemimpin. Bagaimana seorang Presiden atau Perdana Menteri yang tidak mempunyai kesabaran dalam menyelesaikan masalah ? Tentu hasilnya berdampak sangat buruk, jika terjadi persinggungan dua negara maka akan terjadi perang diantara keduanya.
Dikisahkan seorang yang bernama sirri al-Saqathi yang ditanya tentang sabar, dan dia mulai menjelaskannya. Mendadak, seekor kalajengking merayap dan menyengat kakinya berkali-kali. "Mengapa engkau tidak mengusirnya?" Tanya orang yang heran melihatnya. Sirri menjawab, "Aku malu kepada Allah SWT. untuk berbicara tentang sabar sedangkan aku sendiri tidak bersabar."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ingatlah Allah SWT. mewahyukan kepada salah seorang Nabi, "Aku menurunkan cobaan kepada hamba-Ku, lalu dia berdoa kepada-Ku. Tetapi Aku menangguhkan doanya dan dia mengeluh kepada-Ku. Aku berkata kepadanya, 'Hamba-Ku, bagaimana Aku mengasihimu sementara engkau tidak bersabar ? Padahal kesabaran merupakan bukti kasih sayang-ku kepadamu ?" Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Sajdah ayat 24 yang artinya, "Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar."
Konflik harus ada penyelesaiannya, karena jika berlarut maka kerugian akan terus membesar. Perang Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung lama, berdampak pada harga pangan khususnya gandum ( salah satu yang berperang penghasil gandum terbesar ). Kemudian baru-baru ini menyusul Israel dan Palestina. Sebelum terjadi perang biasanya diawali perbedaan yang dilandasi saling menonjolkan ego dan emosional sehingga nafsu bergembira karena berhasil mengajak pada keburukan.
Bagaimana cara Rasulullah menghindari maupun mengatasi konflik ? Rasulullah SAW. menggunakan proses mediasi, negosiasi, dan problem solving dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Selain itu Rasulullah SAW. juga melakukan back down ( mengalah), withdrawing (menarik diri) , serta oppose (melawan) jika diperlukan dalam menghadapi konflik. Rasulullah SAW dalam menghadapi konflik lebih menekankan pada upaya upaya damai daripada melawan dengan kekerasan.
Dalam ajaran Islam ini menempatkan umat Islam pada tiga posisi yang Allah SWT. sebutkan dalam Al-Qur'an. Pertama, kita ini adalah sebaik-baik umat, karena itu kita menjadi umat role model atau menjadi contoh bagi umat yang lain.
Kedua, Allah SWT. menyebut bahwa kita ini sebagai umat yang satu, karenanya penting kita untuk menjaga persatuan, kekompakan, soliditas, dan solidaritas.
Kemudian Al-Qur'an juga menyebutkan ( ketiga ) bahwa kita sebagai umat penengah. Sebagai umat beragama, kita selalu tampil untuk menjadi penengah berbagai hal, berbagai konflik, berbagai persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan ini.
Rasulullah SAW. pernah melakukan perjanjian yang secara lahir dianggap merugikan, namun dengan kelembutannya itu mengalah untuk menjadi menang. Dikisahkan, saat melakukan Perjanjian Hudaibiyah, beliau harus mengalah. Secara lahiriah, Perjanjian Hudaibiyah tampak merugikan kaum Muslimin. Namun, di sisi lain telah menunjukkan kearifan Rasulullah SAW. bahkan mampu menarik simpati para pembesar Quraisy. Dari kisah itu, kita bisa belajar bagaimana Rasulullah SAW. bersikap dalam mengambil sebuah keputusan. Meski beliau dihinakan, direndahkan sedemikian rupa, bahkan menulis dirinya sebagai utusan-Nya saja ditolak oleh kaum Quraisy, beliau tetap tenang, tidak menyikapinya dengan penuh kemarahan. Justru beliau mengedepankan kelemahlembutan dan kesabaran. Seperti beliau mengiyakan apa yang diinginkan juru runding pihak Quraisy. Apakah Beliau kalah? Tentu saja tidak.
Bukti kebesaran Islam hingga saat ini adalah warisan terindah dari teladannya. Ungkapan mengalah untuk menang sarat makna. Dalam hidup, tidak semua hal bisa dimenangkan saat itu juga.
Wahai, orang yang beriman hindarilah konflik dengan kesabaran dan jika terjadi ambillah sikap mengalah. Junjungan kita telah memberikan contoh dan semoga kita semua dalam lindungan-Nya untuk tetap menjaga persatuan.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi