Salah satu amalan untuk mengisi Tahun Baru Islam adalah menyiapkan teks ceramah 1 Muharram 1445 H. Awal bulan Muharram ini bertepatan dengan Rabu, 19 Juli 2023.
Tahun Baru Islam mengacu pada sistem penanggalan kalender Hijriah. Kalender Hijriah adalah sistem penanggalan Islam berdasarkan peredaran bulan.
Muslim dapat mengisi momen Tahun Baru Islam dengan kegiatan positif, salah satunya dengan mendengarkan ceramah. Berikut salah satu contoh teks ceramah 1 Muharram yang bersumber dari Penyuluh Agama Islam Kemenag Kanwil Gorontalo H.M Shafwan S. Ali bertajuk Momentum Introspeksi Diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh Teks Ceramah 1 Muharram Singkat
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan ridha-Nya kita semua berada dalam keadaan sehat wal-afiat. Semoga limpahan berkah dan karunia yang tiada pernah putus dari-Nya, senantiasa meliputi suasana kita semua dalam melaksanakan segala aktivitas di alam dunia ini.
Shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah SAW senantiasa kita teguhkan dalam hati dan akal kita. Semoga kita semua akan mendapatkan syafaat darinya di alam akhirat kelak nanti. Momen 1 Muharram adalah memperingati awal hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatsrib (Madinah).
Rasulullah dan sahabat-sahabatnya berhijrah bukan karena ingin beristirahat dan hidup tenang, atau mencari dunia, atau mencari tempat yang aman karena takut serangan kaum kafir Quraisy. Akan tetapi, hijrahnya Rasulullah semata-mata karena perintah Allah SWT.
Kandungan ayat 89 surah An-Nisa, memberi makna bahwa, "Orang-orang kafir hendak menjadikan kamu menjadi kafir sebagaimana mereka. Maka berhijrahlah dengan ketentuan Allah dan berjihadlah melawan mereka."
Dengan ayat ini Umar Ibn Khattab mengancam kaum kafir jika mereka menghalangi perjalanan hijrah Rasulullah SAW bersama para sahabat. Ketaatan Rasulullah SAW bersama para sahabatnya di dalam menjalankan perintah inilah yang menyebabkan turunnya pertolongan Allah SWT sehingga lahirlah kejayaan Islam.
Dengan peristiwa ini, khalifah Umar Ibn Khattab pada masa 4 tahun beliau berkuasa atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah tersebut, beliau menetapkan tahun hijrah bagi umat Islam sebagai tahun yang resmi digunakan untuk semua urusan dalam pemerintahannya.
Kita yang masih hidup di zaman ini, di alam yang serba aman, dengan lingkup kemoderenan yang hampir tiada batas, perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat terbuka, kemajuan teknologi dan informasi yang menjadikan dunia ini kecil dan sempit, masihkah hijrah itu perlu untuk kita lakukan? Ini sebuah pertanyaan yang harus mendapat jawaban.
Kenyataan kehidupan yang sering tersaji untuk pendengaran dan pandangan kita saat ini, menggambarkan suasana yang telah menafikan kondisi zaman yang sedang kita jalani. Kesejahteraan umat manusia seolah lenyap di tangan penguasa yang sejahtera. Peraturan dan pengatur tidak lagi memiliki keteraturan.
Hukum dan agama tidak berada dalam ranah keteladanan. Sistem perekonomian lebih condong melatih orang untuk hidup materialistis. Karakter budaya dan sosial hilang dari semangat kepedulian. Ilmu pengetahuan seolah telah membelenggu kearifan, dan masih banyak lagi ketimpangan yang membuat hidup ini tidak nyaman di alam yang serba aman.
Sungguh, dalam peristiwa hijrah Rasulullah terdapat suri teladan yang sangat tinggi nilainya, diantaranya adalah mengajarkan kesabaran dari segala kesulitan hidup, mengajarkan semangat perjuangan melawan hawa nafsu, dan mengajarkan umat manusia untuk senantiasa bersyukur atas nikmat kehidupan.
Dengan sabar kita akan beroleh keteguhan jiwa, dengan jihad melawan hawa nafsu kita akan peroleh keteguhan iman, dan dengan bersyukur kita akan peroleh keduanya sekaligus menegakkan rasa hidup bersama di bumi Allah ini.
Barangkali ketiga pelajaran ini, yakni sabar, jihad, dan syukur yang terkandung di dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW dapat dijadikan modal utama di dalam menghadapi tantangan yang sedang kita hadapi sekarang ini.
Dengan memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah, marilah kita semarakkan semangat persatuan demi tegaknya ukhuwah insaniyah dan ukhuwah wathoniyah di NKRI.
Kita lahirkan kembali sikap keteladanan yang seolah musnah ditelan gelombang egoisme sektoral yang telah melanda kondisi kita. Dengan semangat saling mengingatkan, kita suburkan nilai-nilai kebenaran, dalam bingkai syukur yang mendalam atas karunia Allah, Tuhan Rabbil 'alamin.
Barangkali patut untuk kita renungkan kembali makna yang dikandung oleh ayat 7 surah Ibrahim:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."
Ayat ini menggambarkan secara jelas bahwa syukur itu berlawanan dengan kufur. Orang yang bersyukur pastilah tidak kufur, sebaliknya orang kufur pastilah tidak bersyukur. Di sisi lain syukur itu sangat dekat dengan kenikmatan, sedangkan kufur sangat dekat azab. Oleh karena itu, dengan memperingati Tahun Baru Hijriah marilah kita gemarkan bersyukur sekaligus untuk menghindarkan kekufuran.
Bersyukurlah dengan cara menjalankan ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan dalam risalah para Nabi dan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW seraya menjauhkan kekufuran dengan cara meninggalkan perbuatan yang merusak tatanan ajaran Islam, yang pada gilirannya hanya akan mendatangkan murka dan azab Allah SWT.
Ya Allah Tuhan yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa kami, tuntunlah kami dengan hidayah-Mu setelah datangnya ampunan-Mu, agar kami senantiasa gemar bermohon kepada-Mu.
Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah. Semoga Allah SWT senantiasa menerima amal bakti dan perjuangan kita selama ini, dan melindungi dengan rahmat dan karunia-Nya terhadap niat dan langkah kita kedepan. Aamiin, ya mujibassailin.
Demikian salah satu contoh teks ceramah 1 Muharram 1445 H. Semoga bermanfaat.
(rah/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump