Biografi Sunan Bonang dan Sejarah Dakwahnya di Pulau Jawa

Biografi Sunan Bonang dan Sejarah Dakwahnya di Pulau Jawa

Nilam Isneni - detikHikmah
Sabtu, 06 Mei 2023 21:00 WIB
Sunan Muria
Ilustrasi Sunan Bonang. Foto: Ilustrator: Kharisma
Jakarta -

Sunan Bonang merupakan salah satu tokoh dari wali songo yang populer akan metode dakwahnya saat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ia menggunakan pendekatan budaya.

Asti Musman dalam buku Sunan Bonang Wali Keramat Karomah, Kesaktian dan Ajaran-Ajaran Hidup sang Waliullah, menjelaskan mengenai biografi dan metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Bonang.

Sunan Bonang memiliki nama kecil Raden Makhdum Ibrahim. la merupakan putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila (Dyah Siti Manila binti Arya Teja).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut perhitungan B.J.O. Schrieke dalam Het Book van Bonang (1916), Sunan Bonang diperkirakan lahir sekitar tahun 1465 Masehi.

Pendidikan Sunan Bonang

Waktu kecil Sunan Bonang berguru kepada ayahnya sendiri di Pesantren Ampel Denta dan berkawan akrab dengan Raden Paku (Sunan Giri).

ADVERTISEMENT

Selesai menuntut ilmu dari ayahnya, Sunan Bonang dan Raden Paku rihlah ke Pasai, pusat pengajaran ilmu sufi di Nusantara yang pada waktu itu cenderung ke ajaran Al-Halajj.

Tetapi, setelah satu tahun belajar di Pasai, ia kembali ke Jawa, dengan alasan tenaganya sedang dibutuhkan untuk gerakan penyebaran Islam di Jawa.

Metode Dakwah Sunan Bonang

Merujuk dari buku Sejarah Islam Nusantara karya Rizem Aizid, Sunan Bonang menggunakan kesenian sebagai media dakwahnya. Kesenian ini digunakan Sunan Bonang untuk menarik simpati masyarakat.

Adapun kesenian tersebut adalah berupa seperangkat gamelan yang disebut bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan di bagian tengahnya.

Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak, maka akan menimbulkan suara yang sangat merdu. Terlebih lagi, bila yang memukul atau menabuhnya adalah Sunan Bonang pasti suara musiknya sangat merdu. la adalah seorang wali yang mempunyal cita rasa seni yang tinggi.

Sehingga, apabila membunyikan bonang pengaruhnya sangat hebat bagi pendengarnya. Besar kemungkinan, karena alat kesenian yang dipakai inilah yang kemudian ia dijuluki Sunan Bonang.

Ternyata, media dakwah yang digunakan Sunan Bonang ini cukup mujarab. Terbukti, ia berhasil menarik simpati rakyat sehingga mereka pun dengan mudah menerima Islam.

Selain itu, tembang-tembang yang diajarkan Sunan Bonang juga merupakan tembang yang berisikan ajaran agama Islam. Dengan cara ini masyarakat mempelajari agama Islam dengan senang hati, bukan dengan paksaan.

Sebagai seorang wali dan sekaligus seniman, Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk (tembang tamsil) dan prosa yang sangat hebat, tidak hanya bebat pada masanya, tetapi juga hebat sampai masa sekarang.

Karya sastra Sunan Bonang penuh keindahan dan makna kehidupan beragama.

Ajaran Sunan Bonang

Imam Subchi dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam menjelaskan mengenai ajaran Sunan Bonang. Dikatakan, Sunan Bonang menguasai ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, dan arsitektur.

Ajaran yang disampaikan Sunan Bonang adalah perpaduan antara ajaran ahlus sunnah bergaya tasawuf.

Selain hal tersebut terdapat peninggalan dari Sunan Bonang, di antaranya:

1. Makam, Tempat pemakaman Sunan Bonang yang berada di Tuban. Namun pendapat lain mengatakan makam Sunan Bonang terletak di Bawean.

2. Kitab atau buku yang berisi pemikiran dari Sunan Bonang. Karya sastranya yang berjudul Suluk Wujil sebagai karya sastra yang paling terkenal. Kitab ini berada di perpustakaan Belanda.

3. Sumur Srumbung yang terletak di Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Tuban yang airnya diyakini memiliki berkah.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads