3 Metode Dakwah dalam Surat An-Nahl Ayat 125: Hikmah, Mau'izah dan Jidal

3 Metode Dakwah dalam Surat An-Nahl Ayat 125: Hikmah, Mau'izah dan Jidal

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Senin, 09 Jan 2023 18:15 WIB
Alquran
Ilustrasi 3 metode dakwah dalam surat An-Nahl ayat 125. Foto: Getty Images/iStockphoto/Khairil Fadli
Jakarta -

Sebagai umat Nabi SAW, kaum muslim mesti meneruskan dakwah beliau. Tapi tentu saja tugas itu tak mudah, lantaran diperlukan strategi dan cara tertentu untuk menghadapi masyarakat yang majemuk. Untuk itu, Allah SWT dalam Al-Qur'an mengajarkan beberapa metode yang bisa ditempuh bagi para pendakwah.

Tepatnya dalam Surat An-Nahl ayat 125, Allah menyebutkan tiga cara berdakwah yang harus disesuaikan dengan sasarannya:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arab Latin: Ud'u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau'iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan, inna rabbaka huwa a'lamu biman ḍalla 'an sabīlihī wa huwa a'lamu bil-muhtadīn

Artinya: "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk."

ADVERTISEMENT


M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menguraikan apa yang terkandung dalam ayat tersebut, yakni tiga metode dakwah; dengan hikmah, mau'izah, dan jidal.

Metode Satu: Hikmah


Mengutip Tafsir Tahlili Kementrian Agama (Kemenag) Jilid 5, hikmah memiliki sejumlah arti:

  • Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
  • Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).
  • Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.

Sementara ulama Thabathaba'i dalam Tafsir al-Mishbah, menerangkan bahwa hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan.

Dengan begitu, metode hikmah yakni berdakwah dengan ilmu pengetahuan, dan caranya disesuaikan dengan situasi serta kondisi umat agar dipahami.

M. Quraish Shihab menyatakan bila cara hikmah, cocok digunakan untuk dakwah atau ajakan terhadap para ilmuwan atau cendekiawan yang punya pengetahuan tinggi. Di mana perlu diajak berdiskusi atau beridalog dengan pembicaraan yang sesuai tingkat kepandaian mereka.


Metode Dua: Mau'izah


Dalam Tafsir Al-Mishbah dijelaskan bila para ulama mengartikan mau'izah, yaitu uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Cara mau'izah baru dapat mengenai hati orang yang dituju jika ucapan yang disampaikan itu disertai dengan pengamalan dan keteladanan dari seorang yang mengatakannya.

Maka dari itu, Allah memerintahkan Nabi SAW untuk berdakwah dengan pengajaran yang baik, bahasa yang lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik. Tidak dianjurkan bila menggunakan metode yang menyebabkan rasa gelisah, cemas, dan timbul rasa takut pada batin manusia.

M. Quraish Shihab menyebut jika cara mau'izah boleh diterapkan dalam dakwah kepada masyarakat awam yang masih belum terjerumus hal buruk, dengan memberikan nasihat, kisah berisi teladan serta analogi yang menyentuh pikiran dan jiwa sesuai dengan pengetahuan mereka yang sederhana.


Metode Ketiga: Jidal


Jidal dalam Tafsir Al-Mishbah, berarti diskusi atau debat dengan bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih rekan diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh lawan bicara.

Metode jidal ada tiga macamnya; yang buruk, yang baik dan yang terbaik. Adapun yang buruk, disampaikan dengan kasar, mengundang kemarahan, serta memakai bantahan yang tidak benar.

Jenis jidal baik, di mana dilakukan dengan sopan, juga menggunakan dalil-dalil atau dalih yang meski hanya diakui oleh lawan. Sementara yang terbaik adalah debat yang disampaikan dengan rapi, memakai argumen yang benar, serta mampu membungkam lawan.

Untuk cara jidal ini, M. Quraish Shihab mengatakan dapat dipakai untuk menyeru jalan kebenaran kepada pemuka atau penganut agama lain, dengan pemikiran dan bahasa penyampaian yang santun, adan tanpa ada hujatan atau kekerasan.

Dijelaskan pula, ketiga metode ini bahkan bisa dipakai sekaligus atau digunakan sesuai kondisi tertentu, sehingga syarat utamanya yakni pendakwah mesti mengenal sasaran dakwah yang ia tuju, dan memahami ilmu serta ajaran Islam yang menyeluruh.

Itulah kandungan Surat An-Nahl ayat 125 , yang menjelaskan mengenai tiga metode dakwah dalam menyiarkan Islam, semoga bermanfaat!




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads