Kasus siswa yang ketahuan merokok dan berujung ditampar oleh kepala sekolah di Banten tengah menjadi sorotan. Kasus ini berakhir damai antara siswa, orang tua, dan kepala sekolah.
Kasus yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua di lingkungan sekolah ternyata bukan hanya menjadi perhatian di Indonesia. Di luar negeri, seperti China dan Inggris, kedisiplinan sekolah dalam menghadapi perilaku buruk murid telah menjadi perhatian serius.
Perilaku buruk siswa yang akan disiplinkan oleh guru, sering kali berujung masalah. Terutama orang tua yang tidak ingin anaknya diintervensi dengan hukuman dan cap buruk.
Cara China Mendisiplinkan Muridnya yang Bermasalah
Sekolah di China sangat serius untuk mengatasi persoalan kedisiplinan di tingkat sekolah dasar dan menengah. Pada 2021, China mendefinisikan pedoman kedisiplinan dalam pendidikan serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh guru, demikian melansir Global Times.
Pedoman ini bertujuan untuk meredakan ketegangan antara sekolah dan orang tua dalam mendidik anak-anak. Penjelasan yang tegas dalam pedoman ini yakni soal "melanggar peraturan sekolah" dan "memerlukan pendisiplinan".
Cakupan tindakan pendisiplinan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan keseriusan pelanggaran siswa. Beberapa pelanggaran seperti tidak mematuhi pembelajaran di kelas, mengganggu ketertiban kelas, merokok, minum alkohol, hingga perundungan.
Secara umum, guru diperbolehkan menegur atau meminta permintaan maaf dari siswa yang melanggar aturan sekolah tanpa memberi orang tua terlebih dahulu. Namun, jika siswa melanggar aturan berat, maka guru harus memberi orang tua terlebih dulu sebelum memberi hukuman terhadap siswa tersebut.
"Dengan penerapan pedoman ini, guru dapat mengkritik perilaku yang tidak pantas tanpa khawatir apakah hukumannya terlalu ringan atau terlalu berat, yang akan menimbulkan keberatan dari orang tua yang menganggapnya 'tidak pantas'," kata seorang guru SMP bermarga Hua, yang berdomisili di Wuxi, Provinsi Jiangsu, Tiongkok Timur.
Sekolah-sekolah di Inggris Melarang Hukuman Fisik
Di sekolah-sekolah Inggris, pelanggaran berat yang dilakukan siswa mencakup membolos, merokok, mengumpat, mencuri, memukul, hingga perundungan. Selain itu, mengacaukan pembelajaran dan mengenakan pakaian tak pantas juga termasuk pelanggaran berat.
Namun, sekolah dilarang menggunakan hukuman fisik dalam mendisiplinkan siswa. Jika pelanggarannya fatal, biasanya akan ada beberapa hukuman. Berikut ini daftarnya, dikutip dari British Council.
- Hukuman menulis: Seorang murid harus menulis kalimat berkali-kali (100 kali) di selembar kertas. Contoh kalimat: Saya tidak boleh berteriak di kelas.
- Penahanan: Seorang murid ditahan. Ini berarti ia diminta untuk tetap berada di sekolah setelah jam sekolah berakhir. Murid tersebut harus bekerja selama 30 menit atau satu jam lebih lama sebelum diizinkan meninggalkan sekolah.
- Skorsing: Ketika seorang murid diskors, ia tidak dapat memasuki gedung atau menghadiri pelajaran sampai sekolah mengadakan rapat untuk membahas kasusnya. Skorsing dapat berlangsung selama 1 hingga 45 hari dalam satu semester. Sekolah biasanya memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah dengan tutor (guru khusus).
- Pengeluaran: Siswa dikeluarkan dari sekolah dan tidak dapat kembali. Siswa harus mencari sekolah baru atau metode pendidikan yang berbeda (guru privat, pusat khusus untuk siswa sulit).
Secara umum, di luar negeri, komunikasi antara sekolah dan orang tua siswa sangat dinamis dan berkelanjutan. Orang tua dan sekolah bisa mendiskusikan berbagai hal seperti kurikulum, tugas, persoalan anak, hingga kasus-kasus penting.
Banyak sekolah juga membuat kontrak kepada orang tua, yang menjelaskan disiplin dan peraturan sekolah. Tujuannya, agar orang tua ikut bertanggung jawab atas perilaku anak dan harus menghormati metode pendisiplinan yang diterapkan di sekolah.
Simak Video "Video: Kata Warga soal Insiden Kepsek Tampar Siswa di Banten"
(faz/nah)