Laptop Chromebook Disebut Tak Cocok Dipakai di Sekolah, Nadiem Respons Begini

ADVERTISEMENT

Laptop Chromebook Disebut Tak Cocok Dipakai di Sekolah, Nadiem Respons Begini

Devita Savitri - detikEdu
Selasa, 10 Jun 2025 10:26 WIB
Nadiem Makarim (Eva/detikcom)
Nadiem Makarim tanggapi soal laptop Chromebook disebut tidak cocok dipakai di sekolah. Begini katanya. Foto: Nadiem Makarim (Eva/detikcom)
Jakarta -

Eks Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim beri tanggapan terkait kajian yang menyebut laptop Chromebook tak cocok dipakai di sekolah. Menurutnya pernyataan yang beredar cukup keliru.

Nadiem menyatakan memang sudah ada uji coba penggunaan laptop Chromebook di sekolah yang dilakukan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Namun, uji coba tersebut dilakukan sebelum ia menjabat sebagai Mendikbudristek.

"Saya ingin klarifikasi, memang ada uji coba Chromebook yang terjadi sebelum masa kementerian saya dan uji coba tersebut itu dilakukan di daerah 3T," katanya kepada wartawan dalam acara Konferensi Pers Mendikbudristek Periode 2019-2024 di The Dharmawangsa Jakarta, Jalan Brawijaya Raya No 26 Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan daerah 3T, ia mengatakan target pengadaan laptop Chromebook untuk program digitalisasi pendidikan pada masa kepemimpinannya adalah sekolah-sekolah yang punya akses internet. Bersama laptop Chromebook, ia juga menyediakan modem WiFi 3G dan proyektor.

"Jadi Kemendikbudristek membuat kajian yang komprehensif, tapi targetnya itu adalah bukan daerah 3T, dan di dalam juknis sangat jelas, hanya boleh diberikan kepada sekolah yang punya internet," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Nadiem menyatakan kebijakan pengadaan besar yang dikeluarkannya juga didapat setelah kajian secara detail dan hati-hati.

Menurutnya, timnya di Kemendikbudristek saat itu telah menilai perbandingan antara Chromebook dan sistem operasi komputer lainnya.

Satu hal yang menjadi catatan penting, sambunhnya, harga Chromebook lebih murah dibanding laptop lainnya.

"Satu hal yang sangat jelas pada saat saya mencerna laporan ini adalah, dari sisi harga, Chromebook itu, kalau speknya sama, selalu 10-30% lebih murah," jelasnya.

Sistem operasi Chrome OS dinilai Nadiem lebih ekonomis karena tidak berbayar dibandingkan lainnya yang memerlukan dana tambahan sekitar Rp 1,5-2,5 juta. Dari sisi pendidikan, sistem operasi ini juga disebut lebih aman untuk digunakan siswa dan guru.

"Terpenting dari kajian tersebut adalah kontrol terhadap aplikasi yang bisa ada di dalam Chromebook. Kontrol terhadap aplikasi yang bisa ada di dalam Chromebook ini (bisa) untuk melindungi murid-murid dan guru-guru kita dari pornografi, judi online, dan digunakan untuk gaming dan lain-lain," beber Nadiem.

"Itu bisa terjadi tanpa biaya tambahan lagi. Sedangkan operating system lain akan ada biaya tambahan," sambung Nadiem lagi.

Berbagai alasan tersebutlah yang menurut Nadiem membuat Kemendikburistek menggunakan Chromebook sebagai laptop untuk program digitalisasi pendidikan. Ia menambahkan, Chromebook dalam hal ini juga bisa digunakan secara offline meski fiturnya terbatas.

Alih-alih pengadaan laptop Chromebook, daerah 3T memiliki program terpisah dalam hal digitalisasi pendidikan. Program tersebut bernama Awan Penggerak.

"Ada program terpisah namanya Awan Penggerak di mana kita membantu sekolah yang tidak punya koneksi internet. Itu adalah program di mana kita memberikan device khusus, local cloud kepada sekolah-sekolah yang tidak punya internet," ujar Nadiem.

"Jadi beda programnya dengan pengadaan Chromebook di mana itu untuk mayoritas sekolah yang punya koneksi internet," tandasnya.

Kajian laptop Chromebook tidak cocok dipakai di sekolah sebelumnya disampaikan oleh peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Almas Sjafrina. Menurutnya, pengadaan laptop Chromebook di era Nadiem memiliki beberapa kejanggalan.

Salah satunya adalah tentang dasar penentuan spesifikasi laptop OS Chromebook yang tidak sesuai dengan kondisi Indonesia, khususnya daerah 3T. Almas menyatakan laptop Chromebook akan berfungsi optimal jika tersambung dengan internet. Sedangkan infrastruktur jaringan internet di Indonesia belum merata.

"Terlebih sudah ada uji coba penggunaan laptop Chromebook pada 2019 yang menghasilkan kesimpulan bahwa laptop Chromebook tidak efisien. Sehingga menjadi pertanyaan, mengapa Menteri Nadiem Makarim memutuskan spesifikasi Chromebook dalam lampiran Permendikbud No 5 Tahun 2021," ungkapnya, dikutip dari detiknews.




(det/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads