Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) akan jadi tempat berdirinya Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI). Dalam 5-10 tahun ke depan, SDM Bulungan berpotensi terlibat di roda industri hijau ini. Namun berdasarkan catatan Kemdikbud 2016 lalu, 60,67 persen siswa kelas 4 SD di Kaltara tidak terampil membaca.
Presiden Joko Widodo sebelummya mengumumkan bahwa Kawasan Industri Hijau di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara itu akan melingkupi kawasan pembangunan industri baterai electric vehicle (EV/kendaraan listrik), petrokimia, dan aluminium.
Kawasan ini rencananya didukung energi terbarukan dari hydropower asal Sungai Mentarang dan Sungai Kayan, Kaltara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, hasil Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) 2021 mendapati ada kurang dari 50 persen siswa Bulungan yang sudah mencapai batas kompetensi minimum literasi membaca. Tidak hanya soal membaca kata per kata, tetapi juga skill belajar memahami dan memaknai bacaan.
Siswa Indonesia secara keseluruhan pun mengalami learning loss satu tahun setelah pandemi. Penelitian GA Sukoco dkk menunjukkan, dalam 1 tahun pembelajaran, siswa kelas 1 ke kelas 2 SD mengalami kemajuan belajar lebih lambat 5-6 bulan dibandingkan situasi sebelum pandemi.
Studi yang dipublikasi Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) ini disimpulkan dari kondisi hasil belajar siswa di 69 sekolah mitra di Bulungan sendiri, Malinau-Kaltara, Sumba Barat-Sumba Barat Daya-Bima-NTB; Sumenep-Probolinggo-Jatim. INOVASI sendiri merupakan program kemitraan Indonesia dan Australia untuk mendukung literasi dan numerasi anak RI di titik-titik tersebut.
Merespons peluang dan kondisi di wilayahnya, Bupati Kab. Bulungan Syarwani, SPd, MSi menuturkan penguatan literasi dan numerasi siswa SD dikebut bersama program prioritas pendidikan vokasi sesuai kebutuhan di Kaltara.
"Kab. Bulungan ini investasi ke depan, tentu juga basic pendidikan perlu dibangun dari SD hingga SMA, yang mengarah pada mendukung kegiatan investasi yang berlangsung di daerah," katanya.
"Sehingga, anak-anak nanti punya minimal skill dan keterampilan untuk jadi bagian yang terserap sebagai bagian kegiatan investasi Kab. Bulungan," sambung Syarwani.
Seperti apa upaya mendukung siswa-siswa di sana sejak kelas 1 SD?
Belajar Literasi Kelas Awal
Bermodal program rintisan literasi kelas awal sejak 2017 lalu, siswa SD kelas 1-3 di Bulungan menjalani asesmen diagnostik oleh gurunya. Asesmen ini pada dasarnya melihat kekuatan dan kelemahan siswa. Dengan begitu, guru dapat merancang pembelajaran sesuai kompetensi dan kondisi peserta didiknya.
Kurikulum Merdeka, yang salah satunya juga menerapkan asesmen diagnostik, juga mulai diimplementasikan di Bulungan. Penyederhanaan materi menjadi literasi, numerasi, dan pendidikan karakter, jadi inti kurikulum baru ini.
Komunitas Belajar Guru
Kurikulum Merdeka juga berfokus ke pembelajaran berdiferensiasi buat siswa. Pembelajaran berdiferensiasi, alias pembelajaran berbeda, sederhananya adalah bentuk pembelajaran sesuai kebutuhan tiap siswa.
Agar guru bisa menguatkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak Bulungan, ada komunitas belajar atau kelompok kerja guru (KKG). KKG tingkat gugus (antarsekolah) dan mini (lingkup sekolah), serta Komunitas Belajar Bumi Tenguyun berisi fasilitator serta guru.
Di komunitas itu, para guru bisa belajar dan berbagi praktik baik cara mengajar, membuat media pembelajaran yang interaktif dan menarik minat anak. Para guru juga belajar mengembangkan dan mengevaluasi modul pembelajaran.
Sudarmuji salah satunya. Guru penggerak angkatan 5 ini membagikan ilmu dan pengetahuannya dari Program Penggerak lewat kedua komunitasnya tersebut.
Normi, guru SDN 026 Tanjung Selor, Bulungan juga belajar di KKG mini di sekolahnya bersama Sudarmuji dan rekan-rekannya. Guru usia 55 ini kerap mengajar di kelas rendah (1-3 SD). Sehari-hari, ia sudah terbiasa mengajarkan siswa membaca, berhitung, lengkap dengan media belajar interaktifnya.
Kendati begitu, Normi menuturkan, ia rutin ikut belajar mengembangkan modul agar tiap anak di kelasnya bisa belajar sesuai kemampuan masing-masing.
Guru Belajar
Siswa di kelas-kelas SDN 026 Tanjung Selor, Bulungan duduk berkelompok. Tiap kelompok dibagi sesuai kemampuan awalnya belajar, berdasarkan hasil asesmen diagnostik sebelumnya.
Guru-gurunya, seperti Normi dan Sudarmuji, kini menjalankan pembelajaran berdiferensiasi alias pembelajaran berbeda untuk siswa tiap kelompok. Jika siswa di satu kelompok belajar membuat kalimat, siswa di kelompok lain bisa belajar menggabungkan suku-suku kata.
Sekolah ini adalah sekolah penggerak pertama di Bulungan. Lapangan sekolah ini terendam jika pasang naik. Karena dekat muara, kondisi ini kerap terjadi. Kendati demikian, anak-anak tetap datang ke sekolah. Hanya saja, mapel olahraga berlangsung di dalam kelas.
Kepala Sekolah SDN 026 Tanjung Selor John Henri, SPd, semula mendaftar Program Sekolah Penggerak (PSP) usai berembuk dengan para guru. Guru-gurunya sendiri sudah menjalankan program rintisan literasi kelas awal sejak 2018.
Ada sudut baca untuk siswa belajar membaca dengan buku bacaan anak, kendati saat itu belum ada Kurikulum Merdeka dan pembelajaran berdiferensiasinya. Ke depan, ia berupaya kerja sama pengadaan buku bacaan anak dengan perpustakaan daerahnya.
"Kalau dari fisik, mungkin sekolah kami tidak cukup baik dan akreditasi C. Tapi dari sisi pengajaran, kami siap. SDM memang jadi tantangan, tapi kami coba walau dengan berjalan, bukan berlari," kata Kepala Sekolah Penggerak pertama di Bulungan tersebut.
Kebut Pendidikan Vokasi
Bupati Bulungan Syarwani mengatakan, pihaknya juga bekerja sama dengan Universitas Kaltara dan Universitas Brawijaya untuk menyelenggarakan pendidikan vokasi bahasa Mandarin di Kab. Bulungan.
Ia mencatat, 80 anak tahun ini diikutkan di pendidikan vokasi bahasa Mandarin. Proyeksinya, jumlah peserta diharapkan meningkat
"Ini juga bagian untuk menyelamatkan anak-anak di Kabupaten Bulungan agar bisa jadi pelaku & berpartisipasi di kawasan industri yang notabene adalah investasi asing dari Tiongkok, yang suka tidak suka harus mampu berkomunikasi terkait kegiatan investasi tersebut," katanya.
"KIHI (Kawasan Industri Hijau Indonesia) 13 ribu hektare dan nilai investasi Rp 1.848 T jadi peluang dan tantangan bagi Bulungan menyiapan kompetensi SDM dari anak-anak di Kabupaten Bulungan ini. Harapannya, anak-anak Bulungan tidak jadi penonton di industri ini," katanya.
Tak Sekadar Ikut Pendidikan
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Anindito Aditomo mengatakan, kemampuan literasi dan numerasi siswa inilah yang kelak juga mendukung pendidikan vokasi putra-putri Kaltara, serta berimbas pada daerahnya sendiri.
Ia mencontohkan, lulusan SMK yang menguasai keahlian spesifik dan fasih berbahasa Mandarin dapat terampil menyampaikan gagasan karena terasah berlogika dan mampu bernalar.
Dengan begitu, harapnya, kemampuan literasi dan numerasi siswa kelak membantunya belajar banyak hal lain. Jangka panjangnya, kemampuan ini turut bantu peningkatan kariernya setelah lulus sekolah.
"Jika senang membaca, ia berkesempatan mendapat pengetahuan di luar sekolah, haus mencari informasi informasi, haus akan bacaan, mencerna informasi jadi kompetensi dan karakter mereka," katanya.
"Literasi bukan hanya urusan bisa membaca: ini membuka kesempatan belajar sepanjang hayat dan pengembangan karakter, jangan diremehkan. Menata literasi dan numerasi itu sebenarnya membuka kesempatan anak-anak," sambung Nino.
Ia menegaskan, penguatan kemampuan literasi dan numerasi siswa sejak kelas 1 SD akan berdampak bagi pemdanya.
"Fondasi di SD, SMP, akan dinikmati 6-7 tahun lagi di dunia kerja. Termasuk oleh pemda, karena skill SDM Bulungan juga bisa untuk berkarier di jalur manajemen juga," pungkasnya.
(twu/twu)