Pasangan suami istri yang sedang menempuh pendidikan S3 di Belgia, Herinda Pertiwi dan Tri Bhawono mengisahkan anak mereka yang bersekolah di Belgia.
Putri mereka bernama Azalea bersekolah di TK swasta Belgia. Menurut Herinda, TK di Belgia sangat berbeda dengan TK di Indonesia. Hal itu karena pemerintah Belgia menerapkan sistem pendidikan yang berbeda.
"Sistem pendidikan di sini itu montessori school, jadi lebih bersifat pendidikan karakter. Montessori mengajarkan anak belajar dengan fun, tidak ada paksaan," ujar Herinda yang dikutip dari laman HaiBunda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku saja merasa kok kasihan ya dia menghafal, menulis, mewarnai. Tapi setelah di sini (Belgia) ternyata beda banget. Montessori lebih ke karakter. Karena masih TK, karakter itu penting menjadi fondasi saat dia belajar mandiri untuk jenjang pendidikan selanjutnya," kata Herinda.
Kegiatan anak-anak di TK Belgia yaitu tidur siang, makan, dan menjalani berbagai aktivitas lain bersama teman-teman sebaya hingga orang tua mereka datang menjemput. Anak-anak pun hanya diwajibkan membawa bekal sekolah.
"Sekolah di Belgia punya fasilitas playground, ruangan kelas nyaman, mainan edukatif lengkap, snack disediakan dari sekolah, tidak perlu bawa buku karena alat tulis dan pendidikan semua dapat dari sekolah," kata Herinda.
"Biasanya satu bulan sekali, hasil pekerjaan anak dibawa pulang ke rumah. Kita tidak pernah diminta membawa alat pendidikan," lanjut Herinda.
Bahasa yang digunakan saat bersekolah adalah Bahasa Belanda yang berlaku untuk semua orang termasuk warga negara asing.
Meski begitu, anak-anak yang bukan merupakan orang asli Belgia akan mendapat pendampingan Bahasa Belgia dan Bahasa Inggris selama bersekolah. Hal ini juga didukung oleh pemerintah Belgia yang selalu memotivasi para guru sekolah.
"Guru yang mengajar di sekolah tersebut juga mendapatkan gaji ekstra dari pemerintah untuk mengajar siswa yang tidak berbahasa Belgia. Itu kan menjadi stimulan yang bagus jadi gurunya bisa lebih semangat mengajar anak-anak," tutur Herinda
Herinda juga mengatakan kurikulum Belgia juga berfokus pada pendidikan karakter salah satunya toleransi agama yang tinggi.
Baca kisah Herinda selengkapnya di SINI
(atj/nwy)