Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunungkidul menyebut masih ada beberapa pelajar yang menolak vaksinasi. Untuk itu pihaknya meminta mereka untuk mau vaksinasi agar PTM bisa lebih cepat dilaksanakan.
Plt Kepala Disdikpora Gunungkidul Ali Ridlo mengatakan, bahwa masih ada sejumlah murid yang enggan divaksin meski sudah terdaftar sebagai penerima. Hal itu karena orangtua murid menyarankan anaknya untuk tidak menerima vaksin.
"Ada juga orangtua yang tidak memperbolehkan anaknya divaksin," katanya saat dihubungi wartawan, Jumat (10/9/2021).
Oleh sebab itu, pihaknya berharap murid yang enggan divaksin mau mengikuti vaksinasi COVID-19. Mengingat pihaknya tidak bisa memaksa murid, terutama yang berumur di atas 12 tahun yang menolak untuk mendapatkan vaksinasi.
"Kami berharap para pelajar di kelompok usia tersebut bersedia mengikuti vaksinasi di tempat-tempat yang sudah disediakan," ujarnya.
Menyoal nasib murid yang menolak vaksin dan ingin mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM), Ali mengaku akan menerapkan aturan khusus. Nantinya mekanisme dan prosedurnya diatur oleh pihak sekolah.
"Pelajar yang belum divaksin bisa diatur apakah tetap PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau boleh ke sekolah namun dengan protokol kesehatan (prokes) ketat," ucapnya.
Nantinya, sistem PTM akan terbatas. Di mana kapasitas setiap kelas hanya boleh 50% saja dengan sistem switch atau bergantian.
"PTM terbatas, satu kelas SMP itu 36 ya separuhnya. SD juga begitu dan Paud 33 persen. Sistemnya switch, jadi 50 persen masuk jam 7 dan 50 persen lagi selanjutnya," ucapnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty mengungkapkan, bahwa capaian vaksinasi untuk pelajar hampir menyentuh 80%. Untuk itu pihaknya terus menggenjot vaksinasi pelajar di Gunungkidul.
"Update 7 September, capaian vaksinasi COVID-19 remaja, termasuk pelajar di Gunungkidul sudah mencapai 71,89 persen. Sedangkan untuk dosis kedua baru mencapai 7,67 persen dari total sasaran 59.143 orang," katanya.
(nwy/nwy)