Media sosial baru-baru ini dihebohkan oleh video yang menyorot soal kampus di Malang yang terbengkalai, namun masih menerima mahasiswa. Bagaimana bisa?
Mengutip detikJatim, kampus tersebut adalah Politeknik Kota Malang (Poltekom) yang berlokasi di Jalan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Kondisi dari kampus tersebut terlihat dipenuhi oleh spanduk yang berisi kecaman dan keluhan.
Spanduk tersebut terbentang di pintu masuk kampus. Beberapa tulisan yang ada dalam spanduk tersebut berbunyi "Katanya kota pendidikan tapi kampus kami hancur kok dibiarkan" - "Hak dosen aja gak terpenuhi apalagi hak mahasiswa," dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahasiswa Berjumlah 60 Orang
Lumrahnya, sebuah kampus mempunyai mahasiswa ratusan hingga ribuan. Namun, kampus Poltekom ini disebut hanya memiliki mahasiswa sekitar 60 orang.
Informasi tersebut dikatakan oleh salah satu mahasiswa Poltekom yakni Mahbub Ubaidilah. Mahasiswa prodi Teknik Mekatronika tersebut mengatakan bahwa aktivitas perkuliahan sudah tidak berjalan sejak bulan Desember 2022 lalu.
"Memang saya masuk tahun 2021 itu agak heran karena cuman 10 orang satu angkatan. Kami mengira kan kayak kampus lain mahasiswanya ratusan," terang Mahbub, dikutip dari detikJatim, Selasa (21/11/2023).
Mahbub menyampaikan kondisi kampus tersebut kini tidak terawat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari plafon yang berlubang, lantai tegel pecah, kanopi jebol dan hanya beberapa ruang saja yang digunakan padahal gedung tersebut terdiri dari tiga lantai.
"Gitu itu, pada tahun 2023 kampus menerima mahasiswa baru sejumlah 6 orang. Melihat situasi itu kan kami merasa kasihan dengan adik tingkat kita dengan kondisi kampus seperti itu, belum lagi enggak ada kuliah sama sekali," ungkapnya.
Dosen Digaji Rp 1 Juta
Mahbub pun semakin heran karena ia mendengar dosennya yang mengajar sudah tidak digaji selama tiga tahun. Dengan begitu, mahasiswa pun tak bisa memaksa dosen memberikan perkuliahan secara maksimal dan akhirnya berujung proses belajar tak berjalan.
"Saat saya awal masuk itu ada 6 dosennya, berjalannya waktu semakin berkurang karena banyak yang keluar. Ketika mereka tidak digaji, apakah kami bisa menuntut untuk diajar maksimal, bersyukur saat ini masih ada dosen yang mau bertahan dan mengajar," katanya.
Hal tersebut dibenarkan oleh salah seorang dosen prodi Teknik Mekatronika Panji Peksi Branjangan, MT. Ia mengatakan sejak April tahun 2020 gajinya menjadi Rp 1 juta, di mana seharusnya sekitar Rp 3 juta.
"Pernah kami menanyakan soal hanya dibayar Rp 1 juta, dan dari Direktur atau Wakil Direktur itu cuman menjanjikan akan dibayar sisanya. Tapi buktinya apa sampai sekarang ya cuman Rp 1 juta setiap bulan," terang Panji.
Meski dengan gaji terbatas, Panji tetap mengajar mahasiswa. Bahkan ia merangkap mengajar mata kuliah lain. Panji pun mengatakan, beberapa dosen yang keluar dan meninggal akibat Covid-19 belum dibayarkan gajinya.
"Bahkan yang kami ketahui ada dosen-dosen yang keluar, bahkan ada yang meninggal saat COVID-19 dulu itu, gajinya belum diselesaikan atau diberikan kepada keluarga mereka. Ini sangat disesalkan," sambungnya.
Mahasiswa Tetap Bayar Uang Kuliah
Walau kondisi kampus tak menyokong perkuliahan secara maksimal. namun mahasiswa tetap harus membayar uang kuliah semester. Mahbub mengatakan uang kuliah mahasiswa di Poltekom berkisar Rp 3 juta-7 juta.
"Selama ini kami membayar uang semester secara rutin. Tapi setelah merasakan situasi seperti ini gak tau kelanjutannya apakah akan lanjut membayar atau tidak," tuturnya.
Untuk informasi tambahan, Poltekom berdiri saat masa pemerintahan Wali Kota Malang, Peni Suparto. Aturan APBD pemerintah yang tidak bisa digunakan untuk kepentingan instansi membuat pengelolaannya dipindahkan ke yayasan.
Poltekom ini memiliki empat program studi antara lain Teknik Mekatronika, Teknik Informatika, Teknik Telekomunikasi, dan Destinasi Wisata.
(cyu/cyu)