Sebuah survei baru-baru ini mendapati, mayoritas responden mahasiswa (71%) yakin pekerjaan hijau memberi peluang menarik bagi mereka. 98% Responden mahasiswa setuju pekerjaan hijau dapat berkontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat, dan 85% menganggap krisis iklim sebagai masalah serius yang butuh penanganan segera.
Di sisi lain, responden mahasiswa juga beranggapan bahwa ada sejumlah tantangan untuk menggeluti pekerjaan hijau, mulai dari gaji kecil, pemahaman terbatas, prospek tidak menjanjikan, dan keterbatasan keterampilan. Di samping itu, informasi tentang pekerjaan hijau dinilai minim dan tidak dapat diakses (73%) sehingga masyarakat kurang paham tentang bidang pekerjaan hijau.
Survei daring ini digelar Suara Mahasiswa UI (SUMA UI) dan Yayasan Indonesia CERAH pada 25 Juli-12 September 2023. 532 Responden mahasiswa aktif jenjang sarjana dan pascasarjana merespons pertanyaan yang menggali persepsi mahasiswa terhadap peluang dan tantangan karier pekerjaan hijau di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Butuh Dukungan Pemerintah & Lembaga Pendidikan
Sebanyak 83% responden juga merasa pemerintah dan institusi pendidikan tidak cukup hingga tidak mendukung munculnya peluang karier hijau bagi anak muda. 72% mahasiswa menyatakan dirinya paling banyak terpapar informasi pekerjaan hijau melalui media sosial dan Internet.
Dukungan yang diharapkan para responden mahasiswa terutama di bidang persiapan kerja hijau, baik pelatihan, informasi mendalam, dan pameran terkait pekerjaan hijau di semua sektor. Sektor peminat terbanyak yaitu lingkungan (18%), pendidikan (11%), pertanian (10%), energi (10%), dan ekonomi (10%), dengan sebagian besar mahasiswa memilih lebih dari satu sektor pekerjaan hijau uang menarik baginya.
Sekitar 80% responden mahasiswa merekomendasikan agar isu pekerjaan hijau menjadi prioritas kebijakan pemerintah. Sedangkan 90% merasa perguruan tinggi juga perlu mengadopsi kurikulum tentang krisis iklim dan pekerjaan hijau.
Sebanyak 80% responden menganggap pelatihan pekerjaan hijau bagi anak muda masih kurang disediakan lembaga pendidikan. Sebanyak 60% responden mahasiswa mengaku belum mendapatkan pendidikan, pelatihan, mata kuliah, atau kegiatan akademik dan atau nonakademik yang berkaitan dengan pekerjaan hijau di kampus masing-masing. Para mahasiswa responden berasal dari rumpun soshum (52%), saintek (33%), pendidikan (7%), pertanian (5%), dan lainnya (7%).
Sebanyak 58% responden mahasiswa menganggap pemerintah dan DPR bertanggung jawab paling besar mengatasi tantangan sektor pekerjaan hijau. 15% persen lainnya menilai tantangan ini merupakan tanggung jawab perusahaan, 14% semua pihak, dan 13% lembaga pendidikan.
Mahasiswa Yakini Perannya buat Atasi Krisis Iklim
Di sisi lain, hampir semua responden (99%) meyakini bahwa anak muda memiliki peran penting mengatasi tantangan krisis iklim dengan berkarier di bidang pekerjaan hijau. 90% mahasiswa merasa cemas terhadap krisis iklim dan 84% mengaku peduli terhadap isu krisis iklim dan dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat.
"Kita sepakat bahwa agenda transisi energi tidak dapat ditunda, dan Indonesia telah berada dalam jalurnya meskipun target dan capaiannya harus lebih ambisius. Menghadapi fase transisi dari business as usual ke ekonomi hijau adalah dengan menyiapkan para pekerja dan calon pekerja dengan keterampilan hijau. Hasil survei ini menemukan bahwa mahasiswa di Indonesia ingin bergerak ke arah sana. Pemerintah harus membaca tren ini dalam kerangka kebijakan dan supply pasar tenaga kerja," kata Agung Budiono, Ad Interim Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia CERAH dalam keterangannya, Kamis (26/10/2023).
"Pemerintah melalui Bappenas saat ini sedang menyusun draf Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs. Survei ini kami harapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah tentang hal-hal yang perlu dimuat dalam peta jalan tersebut agar para pekerja kita memiliki keterampilan yang mumpuni menghadapi tantangan transisi energi," tuturnya.
(twu/twu)