Profesor Muda Unhas Beri Contoh Produktif dengan Mengajar, Riset, dan Olahraga

ADVERTISEMENT

Profesor Muda Unhas Beri Contoh Produktif dengan Mengajar, Riset, dan Olahraga

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 13 Agu 2025 19:00 WIB
Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Andi Dian Permana, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt., ikut kontes inspirasi gaya hidup sehat perwakilan Sulawesi Selatan
Foto: Dok. Pribadi/Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Andi Dian Permana, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt., ikut kontes inspirasi gaya hidup sehat perwakilan Sulawesi Selatan
Jakarta -

Prof Andi Dian Permana dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Juni 2024 lalu. Ia menjadi sorotan lantaran menjadi guru besar termuda saat usianya masih 34 tahun.

Sebagai profesor muda, Andi menunjukkan pentingnya gaya hidup sehat bagi seorang akademisi. Selain mengajar dan melakukan riset, Dian memiliki rutinitas menjaga kebugaran setiap harinya.

Gaya hidup yang sehat sebagai seorang akademisi ini, ia bagikan di akun media sosialnya @andi.dian.permana. Terbaru, bahkan ia terpilih sebagai Grand Finalist The New L-Men of the Year 2025, mewakili Sulawesi Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu merupakan ajang pencarian icon hidup sehat, yakni pria yang menjalankan gaya hidup sehat, memiliki penampilan menarik dan badan ideal, serta kemampuan komunikasi yang baik (termasuk di media sosial), sehingga mampu menjadi health influencer.

Andi mengatakan, ikut kontes bagian dari pemikirannya bahwa meski sibuk dengan rutinitas di dunia akademis, tubuh memiliki hak untuk dijaga dengan baik.

ADVERTISEMENT

"Saya melihat lebih dalam: dunia akademis seringkali identik dengan tumpukan buku, layar komputer, dan jam-jam panjang duduk di laboratorium. Padahal, tubuh kita juga punya hak untuk dijaga," katanya kepada detikEdu, Rabu (13/8/2025).

Dengan mengikuti kontes inspirasi gaya hidup, ia ingin mematahkan stereotip bahwa guru besar/profesor hanya sibuk dengan teori dan riset. Ia ingin menyampaikan pesan, bahwa seorang akademisi bisa tetap produktif secara intelektual, sambil bugar secara fisik.

"Dan ketika akhirnya saya meraih penghargaan The Most Inspiring Profile, saya merasa misi itu sampai ke hati banyak orang," imbuh lulusan S1 Farmasi Unhas tersebut.

Pentingnya Kebugaran bagi Akademisi

Andi percaya, bahwa pikiran yang tajam membutuhkan tubuh yang sehat. Terlebih, di dalam dunia akademis, lanjutnya, dituntut untuk berpikir kritis, kreatif, dan konsisten.

"Tapi semua itu sulit dilakukan kalau fisik kita lemah. Olahraga bukan hanya soal otot atau bentuk tubuh, tapi tentang energi, fokus, dan daya tahan," ungkapnya.

Menurutnya, menjaga kebugaran sama pentingnya dengan membaca jurnal atau menulis publikasi. Hal itu menjadi bagian dari tanggung jawab, baik kepada diri sendiri maupun orang-orang yang mengandalkan sebagai akademisi.

"Kalau badan sehat, mental lebih tenang, dan produktivitas pun terjaga," ujar Andi, yang juga Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia.

Di samping memiliki rutinitas olahraga, ia aktif membimbing mahasiswa di berbagai jenjang. Tak hanya itu, Andi juga menjalankan riset di bidang farmasi khususnya drug delivery system untuk pengembangan berbagai macam pengobatan, serta menulis publikasi di jurnal internasional.

Sebagai akademisi, ia juga sering terlibat dalam kolaborasi riset lintas universitas dan menjadi pembicara di seminar nasional maupun internasional.

"Jadi, meski saya aktif di olahraga, dunia akademis tetap menjadi prioritas utama yang saya tekuni sepenuh hati," kata Andi.

Bagaimana Cara Membagi Waktunya?

Andi memaparkan, selama ini banyak orang bertanya tentang bagaimana membagi waktu yang sibuk dan tetap produktif olahraga. Ia mengatakan punya jadwal tersendiri.

"Bukan (soal) sempat atau tidak sempat, tapi mau atau tidak mau. Saya menjadwalkan latihan seperti saya menjadwalkan rapat atau eksperimen di laboratorium, harus ada slot khusus, dan diusahakan tidak digeser," paparnya.

Misalnya, saat pagi hari biasanya digunakan untuk latihan (olahraga) sebelum memulai aktivitas akademis. Jika tidak sempat saat pagi, maka malam setelah semua pekerjaan selesai, disempatkan minimal satu jam untuk bergerak.

Baginya, olahraga itu bukan penghalang pekerjaan, tapi penopang agar semua pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih baik. Ini tidak hanya berlaku untuk akademisi, melainkan juga untuk para mahasiswa.

Andi memberi saran untuk tidak membatasi diri pada satu peran saja. Tak asal bicara, tercatat Andi merupakan peneliti yang telah menerbitkan 131 artikel ilmiah di jurnal internasional terindeks Scopus, sebuah pencapaian yang sulit ditandingi di usianya.

Lulusan doktoral di Queen's University Belfast, UK, tersebut juga masuk dalam daftar Top 2% Scientist Dunia versi Stanford University & Elsevier (2022-2024).

"Kita bisa berprestasi di akademis, tapi juga aktif menjaga kesehatan dan menjadi inspirasi di bidang lain. Kita tidak hanya hidup untuk bekerja, tapi bekerja supaya kita bisa hidup dengan penuh kualitas," tuturnya.

"Rawat pikiran dan tubuh sama-sama, karena keduanya adalah modal kita untuk memberi manfaat yang berkelanjutan. Dan yang terpenting, jangan takut mencoba hal baru di luar zona nyaman. Kadang, di luar sana, kita menemukan versi terbaik dari diri kita sendiri," pungkasnya.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads