Bagi mahasiswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, mendapatkan beasiswa untuk kuliah adalah hal yang sangat disyukuri. Apalagi jika beasiswa berlaku untuk pendidikan sarjana hingga doktor.
Keberuntungan itu dirasakan oleh salah satu alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) satu ini yaitu Apia Dewi Agustin. Ia telah menempuh pendidikan S1, S2, dan S3 secara gratis di UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalani Akselerasi S2-S3
Apia mulanya mengambil S1 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Berkat prestasinya, ia meraih beasiswa Bidikmisi dari pemerintah.
Setelah lulus, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan multinasional sebagai project management analyst. Namun, langkah Apia tak berhenti sampai di sana.
Ia bermimpi menjadi seorang akademisi sehingga memutuskan lanjut S2. Akan tetapi, ia sadar bahwa kondisi ekonominya masih belum cukup, mengingat sang ayah yang bekerja sebagai petani telah wafat sehingga kini ia harus membantu sang ibu.
Akhirnya ia melamar beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Dengan beasiswa tersebut, akhirnya Apia bisa meraih S2.
"Tantangannya berat, terutama dalam hal manajemen waktu dan pengelolaan emosi untuk menghadapi padatnya tugas akademik dan kewajiban riset, baik dari perkuliahan maupun skema beasiswa PMDSU" ujarnya dikutip dari laman UGM, Rabu (30/7/2025).
Lulus dengan IPK Nyaris Sempurna
Saat lulus dari program Magister Sains Akuntansi FEB UGM, Apia berhasil meraih IPK nyaris sempurna yakni 3,96. Ia berhasil menempuhnya selama 1 tahun 4 bulan 29 hari.
Dalam tesisnya, Apia mengkaji soal aktor-faktor yang mendorong pengungkapan terkait iklim, climate-related disclosure pada perusahaan yang berada di kawasan Asia Pasifik.
Hasil risetnya melaporkan bahwa kinerja keuangan, kinerja lingkungan terkait iklim, dan budaya masyarakat banyak mengacu pada orientasi jangka panjang dan iklim di kawasan Asia Pasifik.
Menjadi Doktor adalah Sebuah Anugerah
Menjadi doktor bagi Apia adalah sebuah anugerah. Ia menghaturkan rasa terima kasihnya kepada dosen pembimbing dan penguji tesis.
"Berada di FEB UGM mengajarkan saya bahwa integritas bukan hanya tentang kejujuran, tapi juga komitmen, keberanian membela kebenaran, dan konsistensi. Saya juga merasakan bagaimana objektivitas dan kesetaraan benar-benar diterapkan," kata Apia.
Selama menjadi mahasiswa pascasarjana di UGM, Apia pun telah mendapatkan banyak penghargaan. Salah satunya best paper dan best presenter dalam konferensi internasional.
"Setiap orang diperlakukan tanpa memandang asal, status, atau latar belakang. Nilai-nilai inilah yang membuat saya merasa benar-benar dirangkul di FEB, sejak S1 hingga saat ini. Di sini, saya belajar dan bertumbuh dengan nilai, bukan sekadar nilai akademik," ungkapnya.
Ia kemudian memotivasi anak muda lain yang punya kondisi ekonom keluarga sama sepertinya untuk tetap bersemangat. Ia mendorong untuk mencoba beasiswa untuk S2 atau S3.
"Jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Meski dengan berbagai keterbatasan terus berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh maka jalan dan rezeki akan selalu menemukan cara untuk datang. Teruslah berbuat baik," pungkasnya.
(cyu/nwk)