Kisah Peraih Nobel Fisika Brian Schmidt, Masa Kecil Tumbuh di Pegunungan

ADVERTISEMENT

Kisah Peraih Nobel Fisika Brian Schmidt, Masa Kecil Tumbuh di Pegunungan

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 08 Agu 2025 19:00 WIB
Prof Brian Schmidt
Prof Brian Schmidt. Foto: Cicin Yulianti/detikEdu
Jakarta -

Peraih Nobel Fisika, Profesor Brian Schmidt menyampaikan paparannya dalam ajang Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. Selain membahas tentang sains dan ekonomi, ia juga bercerita tentang masa kecilnya.

Schmidt mengatakan dirinya lahir dari keluarga yang sederhana. Ia tumbuh di daerah pegunungan terpencil di Alaska karena pekerjaan ayahnya sebagai ahli biologi.

"Saya lahir saat ibu bapak masih sangat muda, ketika ibu masih kuliah. Saya besar di wilayah pegunungan sejak umur 5 tahun," kata Schmidt di Auditorium Sabuga Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (8/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku tak menyangka saat dirinya dewasa dapat meraih penghargaan sekelas Nobel Prize. Ia mendapatkan anugerah bergengsi tersebut pada 2011.

ADVERTISEMENT

"Saya bukan ditakdirkan jadi peraih Nobel. Saya berasal dari keluarga biasa, tempat biasa," ujarnya.

Kecintaan terhadap Teleskop Terinspirasi Sang Ayah

Schmidt adalah seorang astronom yang dikenal karena karyanya tentang percepatan perluasan alam semesta. Ia aktif dalam proyek teleskop SkyMapper.

Ia merancang SkyMapper untuk mengamati langit selatan dan mengkatalogkan miliaran objek. Teleskop itu juga memungkinkan identifikasi bintang-bintang langka dan primitif.

Schmidt bercerita ketertarikannya terhadap teleskop bermula saat ia kecil. Saat pindah ke Alaska, ia mulai mengulik teleskop dari ayahnya.

"Ayah saya memindahkan kami ke Alaska, dan di sini saya bersama teleskop," katanya.

Pengalaman masa kecil tersebut, membuat Schmidt dan tim kolaborasi ilmuwan dari Australia dan Amerika Serikat memenangkan Nobel atas riset tentang nasib alam semesta. Ia juga berhasil meraih 8.000 dolar Australia.

Kini, pria kelahiran Amerika Serikat tersebut menjadi profesor di Australian National University. Selain giat mendalami astronomi, ia juga merupakan fisikawan hebat.

Pesan Schmidt bagi Peneliti Indonesia

Schmidt menegaskan investasi yang paling penting terletak pada manusia dan ide-idenya. Tumbuh dengan ayah seorang ahli biologi membuatnya terasah dalam menemukan ide dalam riset.

"Ilmu pengetahuan tidak peduli di mana kamu lahir, yang penting adalah apa yang kamu lakukan," katanya.

Di hadapan ribuan peneliti, Schmidt menekankan pentingnya kebebasan dan fasilitas bagi mereka. Adapun bagi anak muda, Schmidt menyakinkan bahwa sains bisa menuntun kepada keuntungan seperti yang ia dapat.

"Jadi, itu adalah hal indah bagaimana sains bekerja. Ia tidak peduli dimana Anda dilahirkan, dan siapa ibu bapa Anda," katanya.




(cyu/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads