Mereka sangat menggantungkan nasib hidup mereka ke depannya lewat hasil ujian Suneung. Sehingga ujian ini dianggap sakral di Korea Selatan.
Saat masa Suneung berlangsung, aktivitas siswa di luar rumah seketika terhenti. Wilayah di Korea Selatan akan sepi karena siswa fokus belajar dan mempersiapkan ujiannya.
Mengapa Suneung dianggap sakral? Ketahui yuk fakta-faktanya!
Aturan Ujian yang Ketat
Mengutip BBC, penyebab mengapa ujian Suneung dianggap menegangkan karena aturannya yang ketat. Sebelum masuk ruang ujian, siswa akan dicek oleh petugas ujian.
Petugas membawa detektor logam untuk menyita barang-barang yang bisa mengganggu proses ujian. Seperti handphone, jam tangan hingga buku.
"Bahkan para guru pun diminta memakai sepatu olahraga agar sepatu mereka tidak berisik dan dapat mengganggu siswa," kata seorang warga Korea Selatan bernama Lee Jin-yeong yang pernah jadi peserta ujian Suneung.
Selain itu, ujian Suneung berlangsung selama hampir 8 jam. Waktu tersebut bisa dikatakan kurang dalam menentukan hasil belajar siswa selama 12 tahun.
Penyusunan Soal Dilakukan di Tempat Rahasia
Selain pelaksanaan ujian Suneung yang ketat, penyusunan soal masih menjadi misteri. Setiap bulan September, guru-guru terpilih akan diajak ke provinsi pegunungan Gangwon untuk menyusun soal.
Di sana mereka memetakan soal-soal dengan sangat teliti. Selama satu bulan, mereka tidak boleh memakai handphone dan berkontak dengan sembarang orang untuk mencegah kebocoran soal.
Obsesi Masuk Perguruan Tinggi SKY
Hasil ujian Suneung bisa menjadi syarat lulusan sekolah menengah untuk masuk kampus. Jika nilai yang didapat untuk masuk perguruan tinggi belum cukup, beberapa orang akan mengulangi ujian Suneung berkali-kali.
Seorang dosen sosiologi di Universitas Yonsei, Prof Lee Do-hoon menyebut kegagalan mendapat skor tinggi dalam ujian Suneung akan sangat mengecewakan bagi peserta yang ingin masuk kampus SKY.
SKY adalah singkatan dari Seoul, Korea, dan Yonsei. Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University dikenal sebagai kampus paling sulit ditembus di negara tersebut.
Dari 70% lulusan sekolah menengah yang melanjutkan ke universitas, hanya sekitar 2% yang masuk ke kampus tersebut. Ketiga kampus itu dianggap sebagai Harvard dan Yale atau Oxford dan Cambridge.
"Setiap tahun, surat kabar nasional memberitakan berapa banyak pengacara, hakim, dan kepala eksekutif dari konglomerat besar yang lulus dari universitas SKY," kata Prof Lee.
Berdasarkan cerita dari para mahasiswanya, Prof Lee melihat lulusan universitasnya lebih mudah diterima di perusahaan. Rata-rata lulusan SKY diterima kerja di dinasti perusahaan besar Korea eperti LG, Hyundai, SK, Lotte, Samsung, dan lainnya.
"Ini membuat orang berpikir, kalau kuliah di SKY, bisa dapat pekerjaan bagus. Itulah sebabnya banyak orang tua dan mahasiswa sangat ingin kuliah di universitas-universitas tersebut. Padahal, jumlah pekerjaan dan peluang di perusahaan-perusahaan besar itu sebenarnya sangat sedikit," kata Lee.
Orang Tua Berdoa untuk Ujian Suneung Anaknya
Selama masa ujian ini, kuil-kuil akan ramai didatangi oleh orang tua siswa yang mengikuti ujian. Mereka mendoakan putra-putrinya bisa mendapatkan hasil yang baik.
Dalam mendukung kelulusan anaknya di Suneung, mereka tak ragu menghabiskan biaya besar untuk les. Biaya membesarkan anak di Korea Selatan sangat tinggi.
"Biaya membesarkan anak tinggi, dan merupakan bagian besar dari anggaran keluarga berpenghasilan rendah. Tanpa penghasilan tambahan, memiliki anak menyebabkan standar hidup yang lebih rendah, dan keluarga berpenghasilan rendah menghadapi risiko kemiskinan," kata OECD dalam sebuah makalah tahun 2018.
Meski fakta-fakta di atas berlaku untuk beberapa tahun lamanya, tetapi Pemerintah Korea Selatan mulai 2023 telah membuat kebijakan soal ujian Suneung atau CSAT yang lebih mudah.
Mengutip CNN, langkah tersebut dilakukan untuk menepis persepsi buruk tentang ujian Suneung yang menyeramkan. Diketahui, tak sedikit siswa Korea Selatan merasa stres hingga depresi dalam mempersiapkan ujian ini.
(cyu/nwk)