Dokter Lee di Korsel, Usia Hampir Seabad Masih Pimpin Universitas

ADVERTISEMENT

Dokter Lee di Korsel, Usia Hampir Seabad Masih Pimpin Universitas

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Selasa, 03 Jun 2025 20:00 WIB
Rektor Gachon University Lee Gil-ya bersama para mahasiswa di sebuah festival kampus
Rektor Gachon University Lee Gil-ya (baju merah) bersama para mahasiswa di sebuah festival kampus Foto: Dok. Gachon University
Jakarta -

Usianya mendekati satu abad, namun sosok Lee Gil-ya tetap tampil prima dan energik. Ia masih aktif memimpin Gachon University, perguruan tinggi swasta yang terletak di Seongnam, Korea Selatan, sebelah selatan ibu kota Seoul.

Kondisinya yang bugar mencuri perhatian publik, terlebih saat ia tampil dalam video promosi resmi kampus. Dengan suara yang tetap lantang dan kondisi fisik yang terlihat prima, Lee seolah menepis batas usia.

Penampilan perempuan yang lahir di kota Gunsan pada 1932 itu, membuatnya tampak jauh lebih muda dari usia sebenarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sudah 13 tahun Lee menduduki jabatan rektor di Gachon University. Ia merupakan pemimpin pertama setelah dua institusi, Gachon Medical Science University dan Kyungwon University dilebur menjadi satu.

Dikenal Sebagai Dokter yang Penuh Empati

Lee merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Seoul, salah satu institusi pendidikan paling prestisius di Korea Selatan. Selepas itu, ia melanjutkan praktik di Amerika Serikat tepatnya di Mary Immaculate Hospital dan Queens Hospital Center, New York.

ADVERTISEMENT

Karier medisnya di Negeri Paman Sam terbilang sukses. Namun, berbeda dari banyak kolega sesama lulusan luar negeri yang memilih menetap, Lee justru memutuskan untuk kembali ke Korea.

Dikutip dari The Korea Times, alasannya sederhana namun menyentuh, ia tak pernah bisa melupakan tanah kelahirannya yang kala itu masih dirundung kemiskinan. Kala itu, banyak warga tak mampu membayar biaya pengobatan.

Lee kemudian membuka klinik kebidanan dan kandungan pada 1958 di Incheon. Ia dikenal sebagai sosok dokter yang memanusiakan pasiennya. Tak jarang ia tidak menarik biaya pengobatan pada pasien-pasien yang dianggapnya kurang mampu.

Kenangan masa kecil yang penuh kehilangan turut membentuk empatinya. Sahabat masa kecilnya berpulang karena penyakit menular.

Tak hanya itu, ayahnya, seorang pemilik penggilingan padi, meninggal dunia secara tiba-tiba pada 1948 karena pneumonia, penyakit yang kala itu sebenarnya sudah bisa disembuhkan di negara lain. "Luka-luka" itu menjelma menjadi semangat untuk memperjuangkan layanan kesehatan yang lebih adil dan menjangkau semua kalangan.

Di masa ketika pendidikan tinggi masih dianggap hak istimewa bagi laki-laki, Lee menghadapi tantangan dari neneknya sendiri yang menganggap kuliah "tak ada gunanya untuk perempuan." Untungnya sang ibu punya pandangan berbeda.

"Ibu saya selalu mendorong saya untuk kuliah," katanya dikutip dari The Korea Herald. "Ia juga yang menanamkan nilai bahwa semua manusia setara. Setiap kali memberi makan pengemis yang datang ke rumah, ia mengingatkan saya untuk tidak pernah meremehkan siapa pun". Nilai-nilai itu terus melekat dalam langkah hidupnya.

Kliniknya terus berkembang sampai kemudian pada 1978 ia mendirikan Gil Medical Foundation, sebuah perusahaan layanan kesehatan yang berkembang menjadi institusi kesehatan terkemuka.

Lee pun mendirikan Gachon Medical University pada 1998 yang berubah menjadi Gachon Medical Science University pada 2005. Kampus ini kemudian menjadi Gachon University pada 2012.




(pal/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads