Lulus dengan IPK 3,91, Begini Perjuangan Gayuh yang Kuliah Sambil Rawat Jalan

ADVERTISEMENT

Lulus dengan IPK 3,91, Begini Perjuangan Gayuh yang Kuliah Sambil Rawat Jalan

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 20 Des 2023 16:30 WIB
Mlathi Anggayuh Jati,wisudawan berprestasi UGM dengan IPK 3,91 yang menderita gangguan bipolar
Mlathi Anggayuh Jati,wisudawan berprestasi UGM dengan IPK 3,91. Foto: dok. Universitas Gadjah Mada
Jakarta - Memang tidak ada keberhasilan yang datang dengan instan. Hal ini juga dirasakan oleh Mlathi Anggayuh Jati, salah satu wisudawan berprestasi Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 3,91.

Gayuh, panggilan akrabnya menjadi wisudawan terbaik dari Fakultas Psikologi UGM di upacara wisuda program sarjana dan diploma pada 22 November lalu. Meski kini mendapat prestasi yang memuaskan, perjalanan kuliah Gayuh tidaklah mudah.

Selama berkuliah, Gayuh harus berjuang dengan gangguan bipolar yang dialaminya sejak awal tahun 2020. Sehingga ia harus mengikuti terapi pengobatan dengan psikiater dan psikolog.

"Sejak awal tahun 2020, saya mendapatkan diagnosis gangguan bipolar dan harus mengikuti serangkaian terapi pengobatan dengan psikiater dan psikolog," ujarnya dikutip dari rilis resmi UGM, Rabu (20/12/2023).

Kuliah Sambil Rawat Jalan

Kondisi yang dialami Gayuh memang seringkali membuatnya kesulitan dalam mengelola diri dan membagi waktu untuk berkuliah. Tak jarang ia harus mengikuti kelas secara daring karena tengah berada di rumah sakit untuk menunggu antrian obat atau antrian periksa dokter.

Beberapa kali, kegiatannya di dunia perkuliahan seperti kerja kelompok hingga persiapan lomba dilakukan ketika sedang menjalani rawat inap di rumah sakit. Meski begitu, Gayuh menganggap keadaannya sebagai pertarungan yang benar-benar dimenangkannya dengan predikat wisudawan berprestasi.

Sejak awal, Gayuh mengaku berusaha untuk selalu terbuka kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya. Terutama mengenai kondisi dan keluhan sakitnya dengan sebaik mungkin.

Kala kondisi kesehatannya tidak baik, Gayuh mencoba bercerita kepada seluruh pihak yang terlibat termasuk orang tua, teman, dan dosen. Karena hal ini, seringkali ia harus menerima konsekuensi karena ketidakhadirannya.

"Saya berusaha memberikan kabar kepada dosen ataupun teman-teman lain yang sedang memiliki kegiatan bersama dengan saya, baik dalam rumpun akademik maupun nonakademik," ungkap nya lebih lanjut.

Meskipun begitu, Gayuh bersyukur bila orang-orang di sekelilingnya sangat mendukung hingga semangatnya terus membara untuk melanjutkan studi sampai selesai.

Begitu pun pihak kampus baik dosen dan pengajar di Fakultas Psikologi UGM. Beberapa kali Gayuh mendapatkan fasilitas konseling dari fakultas dan saran dari dosen untuk mengelola kegiatan akademik dan kondisi mentalnya.

Belajar di jurusan yang sesuai dengan keadaannya membuat Gayuh setuju dengan anggapan bila mahasiswa psikologi bak belajar sembari rawat jalan. Hal ini juga dirasakannya karena berkuliah membuatnya semangat untuk mendapatkan pembelajaran yang bisa direfleksikan ke dalam kehidupannya.

"Sesederhana mengetahui bagaimana saya mengingat suatu peristiwa, bagaimana saya mengenal bahasa, bagaimana saya memproses emosi, dan bagaimana saya membuat keputusan, bisa dijelaskan lewat materi-materi di psikologi" terangnya.

Daya Juang Perempuan dalam Meraih Pendidikan

Melalui perjuangannya, Gayuh menjelaskan bila daya juang perempuan dalam meraih pendidikan luar biasa heban dan tidak perlu diragukan lagi. Terlebih ia melihat banyak perempuan kuat yang ada disekelilingnya.

"Di sekeliling saya, saya banyak menemui perempuan-perempuan kuat yang bisa tetap menjaga semangat belajarnya dengan segala tanggung jawab lain yang harus dihadapinya, seperti mengurus anak dan keluarga," terang Gayuh.

Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof dr Gandes Retno Rahayu M Med Ed Phd ikut mengapresiasi capaian prestasi akademik yang diraih Gayuh. Hal ini menurutnya sebagai bukti bila daya juang perempuan dalam meraih pendidikannya sangat besar.

"Saya mengapresiasi para wisudawan perempuan yang berhasil mencapai tangga pendidikan yang lebih tinggi yaitu jenjang pendidikan sarjana dan diploma IV ini. Saya yakin setiap wisudawan perempuan memiliki cerita perjuangannya masing-masing dalam meraih pendidikan," katanya.


(det/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads