Alexander Farrel Rasendriyo Haryono merupakan salah satu dari 1.609 lulusan sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diwisuda program sarjana di Grha Sabha Pramana UGM, pada Kamis (24/8) lalu.
Farrel, sapaan akrabnya, sama seperti lulusan UGM lainnya. Usai upacara wisuda selesai, ia lantas mengabadikan momen bahagia tersebut dengan keluarganya.
Bedanya, ribuan wisudawan lain segera beranjak dari kursinya untuk antre berfoto di depan panggung wisuda di Grha Sabha Pramana UGM. Sementara Farrel, tetap duduk di kursinya dengan ditemani oleh dua rekannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menunggu kedua orang tuanya datang untuk menjemputnya. Ibunda Farrel, Emil Tri Ratnasari (48 tahun) menuntun anak sulungnya yang merupakan penyandang disabilitas netra.
Setelah bersama, Sang Ibu meminta Farrel berpose sejenak untuk mengabadikan foto dengan latar belakang panggung wisuda.
Kebanggaan Seorang Ibu
Menurut Ibundanya, keberhasilan Farrel meraih gelar sarjana menjadi rasa bahagia dan kebanggaan tersendiri. Bahkan Ibunda Farrel mengaku menangis selama prosesi wisuda dan melihat anak sulungnya dari kejauhan menerima ijazah.
"Aduh, mewek terus di atas (balkon). Pokoknya bangga. Perjuangannya sungguh luar biasa, semoga sukses terus ke depannya," ucap Emil Tri Ratnasari dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (26/8/2023).
Emil turut menceritakan bahwa Farrel sudah rajin belajar dan tidak suka mengeluh sejak kecil. Ia mengaku Farrel selalu selalu memiliki tekad kuat untuk memiliki impian yang sama dengan temannya yang lain.
"Dari kecil tidak mengeluh. Pokoknya ia selalu ingin sama dengan temannya," katanya
Perkataan Emil itu pada akhirnya terbukti karena Farrel berhasil lulus dan meraih gelar sarjana. Bahkan Farrel berhasil lulus tepat waktu di Fakultas Hukum (FH) dengan predikat cumlaude karena memiliki nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,74.
Kisah Selama Masa Kuliah: Didukung Teman dan Para Dosen
Selama kuliah, pemuda asal Klaten ini mengaku tidak mengalami banyak kendala karena para dosen sangat suportif. Saat kuliah daring ia selalu dikirim soft file dan saat kuliah tatap muka, ia selalu rajin mencatat apa yang disampaikan dosen di depan kelas.
"Kebetulan dosen-dosen selalu membagi materi pembelajaran. Selama kuliah, saya mencatat," ucap Farrel.
Saat ujian tiba, Farrel ditempatkan dalam ruangan khusus. Ia menggunakan sebuah aplikasi khusus untuk bisa mengetahui soal-soal ujian yang ditanyakan dan kemudian ia mengerjakan jawabannya dengan cara mengetik di laptop.
Begitu pun dengan pengerjaan tugas skripsi. Farrel mengaku melakukan hal yang sama dengan mahasiswa lainnya seperti riset dan wawancara langsung dengan responden.
Farrel memilih tema skripsi berkaitan dengan soal hukum pajak penghasilan bagi penyandang disabilitas.
"Sama dengan mahasiswa yang lain, saya menulis, riset, dan wawancara. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah diperlukan ketentuan khusus penerapan pajak penghasilan bagi penyandang difabel. Sebab, secara ekonomi mereka memiliki pengeluaran lebih besar dibanding dengan non difabel," paparnya.
Kini, usai menyandang gelar Sarjana Hukum, Farrel mengaku berencana melamar pekerjaan yang sesuai dengan profesinya di bidang hukum apalagi ia memiliki ketertarikan pada hukum pajak.
"Setelah ini, saya mau lamar kerja dulu, mungkin 2-3 tahun lagi mau daftar pendidikan S2," tutur lulusan FH UGM tersebut.
(faz/pal)