Literasi & Pelestarian Bahasa Daerah di Papua Terus Dilakukan, Ini Strateginya

ADVERTISEMENT

Literasi & Pelestarian Bahasa Daerah di Papua Terus Dilakukan, Ini Strateginya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 10 Jul 2023 06:00 WIB
Tapal Batas
Ini Jadinya Bila UN Berbasis Komputer Diadakan di Sekolahan Tepi Hutan

Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tentu mensyaratkan perangkat komputer yang bagus, jaringan internet yang stabil, dan para siswa yang paham pengoperasian internet. Begini jadinya ketika UNBK coba diterapkan di pojok Merauke.β€Ž

SMK Negeri 1 Sota, terletak di Jalan Trans Papua, 79 Kilometer jauhnya dari Kota Merauke, detikcom mengunjungi sekolahβ€Ž ini pada Rabu (10/5/2017).

Sekolah ini terletak di lingkungan tepi Taman Nasional Wasur. Kiri dan kanan pemandangan adalah hutan, rawa, dan semak belukar. Gapura hijau dan senyum ramah siswi SMK menyambut kami.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Sekolah SMK Negeri1 Sotaβ€Ž, Arnoldus Asgon, menyambut dengan jabat tangan di saung dari kayu bus beratap jerami depan gedung. Dia mengatakan rumput di sini tinggi karena vegetasi memang cepat tumbuh. 

Di salah satu sudut, terdapat bomi setinggi 2 meter. Bomi adalah rumah musamus, semut Merauke. Kadang-kadang, kanguru Papua alias saham, rusa, hingga babi hutan lewat di sekolahan. Namun binatang-binatang penghuni Taman Nasional Wasur itu jarang menampakkan diri bila hujan masih sering turun seperti di awal bulan Mei ini.

Meski letak sekolahan ini berada di pinggir hutan, bukan berarti sekolahan ini jauh dari teknologi informasi. Internet dari Telkomsel sudah ada sejak Juli 2016 di sini. β€ŽMenara sinyal selular tinggi menjulang di dekat gedung. Arnoldus kemudian menceritakan pengalaman pertama sekolah ini menggelar UN Berbasis Komputer.

Awalnya kami ragu, kata Arnold.

Bayangan kegagalan menghantui pihak sekolah sebelum memutuskan menggelar UNBK pada April 2017. β€ŽSoalnya pada UN sebelumnya yang tanpa komputer, siswa-siswi di sini tidak semuanya bisa lulus. Apalagi kini siswa-siswi disuruh mengerjakan soal-soal sulit menggunakan komputer, apa jadinya nanti?

SMK jurusan pertanian dan peternakanβ€Ž ini punya 100 siswa dengan jumlah guru 23 orang. 18 Di antaranya adalah anak kelas tiga yang harus mengikuti UN. Arnoldus takut UNBK bakal menyulitkan anak-anak.β€Ž Tapi the show must go on, UNBK memang harus digelar di sini. Komputer sudah tersedia, server sudah ada, sinyal internet Telkomsel sudah stabil. UNBK harus dihadapi siswa-siswi di kawasan tapal batas negara ini.

Persiapannya adalah lewat pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI). Setelah itu simulasi dua kali, gladi bersih satu kali, kata pria asal Serui Papua ini.

Kami melangkah menuju laboratorium bahasa di kelas pojok. 20 Unit kβ€Žomputer berjajar rapi, plastik-plastik masih menempel di bagian perangkatnya. Meja, kursi, dan karpet dalam kondisi bersih. Di samping, jendela kaca menyambut hutan belantara Wasur. Penyejuk udara 320 Watt kadang-kadang diabaikan meski cuaca terik seperti saat kami berkunjung, jendela yang dibuka membawa udara yang cukup menenangkan.β€Ž

Komputer-komputerβ€Ž inilah yang digunakan para siswa menempuh UNBK. Ketika dikasih simulasi, dikasih pemahaman, mereka bisa kok menggunakan komputer, kata Arnold.

Hari yang dinantikan telah tiba. Para siswa sudah siap siaga di depan layar mereka masing-masing saat itu. UNBK di tepi hutan Wasur dimulai. Entah bagaimana hasil akhirnya yang diumumkan 2 Mei.

Di luar dugaan saya. Awalnya saya takut. Ternyata lulus 100 persen! kata Arnold dengan mata berbinar.β€Žβ€Ž

Kegembiraan menyeruak di seluruh siswa saat pengumuman.β€Ž Pertama kali menggelar UNBK, dan pertama kali itu pula kelulusan siswa mencapai 100 persen. 

Sebelum UNBK, kami tidak pernah 100 persen lulus seperti itu, ucap Arnold.β€Ž

Dia mencoba menganalisa, saat dipindahkan dari manual ke ujian komputer, upaya yang diperlukan menjadi lebih minimal. Konsentrasi siswa lebih efektif tertuju pada pengerjaan soal daripada mengurusi soal cara menghitamkan jawaban dengan pensil atau cara agar lembar jawaban tidak kotor. 

Juga, kalau kita pakai manual, pengawasnya ada dua, itu membuat anak-anak grogi. Kalau UNBK, mereka bisa enjoy. Pengawas satu plus satu teknisi, kata Arnold.

Padahal dulu, SMK Negeri 1 Sota punya pengalaman buruk diamuk orang tua siswa karena ada siswa yang tidak lulus. Dua tahun terakhir, sekoalah ini tak mencapai kelulusan 100 persen.β€Ž

Saya dulu khawatir itu, karena terbayang pengalaman buruk, kata Arnold sambil tersenyum dan geleng-geleng.β€Ž

Kini SMK Negeri 1 Sota menjadi barometer UNBK di Merauke. Arnold berani menjamin koneksi internet di pinggir hutan ini malah lebih bagus ketimbang yang berada di pinggiran kota Merauke. Padahal selepas Merauke sebelum mencapai Sota, sinyal internet sama sekali padam.β€Ž

Ada satu anak yang tak lagi memakai seragam di sini. Dia adalah siswa kelas tiga (kelas XII) yang sudah lulus namun kebetulan sedang berada di sekolahan. Namanya Jeremias Lukas (20). 

Setelah lulus mau lanjut kuliah ke Universitas Musamus di kota (Merauke), ambil pertanian, kata Jeremias yang bercita-cita jadi petani sayur-mayur sukses ini.

Simak terus cerita tentang daerah terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com

https://tapalbatas.detik.com/
Foto: Danu Damarjati/detikcom
Jakarta -

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbudristek lakukan pertemuan dengan Deputi V, Kantor Staf Presiden (KSP) guna membahas Perkembangan Peningkatan Literasi dan Pelestarian Bahasa Daerah di Papua.

Program ini merupakan wujud implementasi salah satu program Merdeka Belajar yakni Revitalisasi Bahasa Daerah.

Dalam pemaparannya, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menjelaskan tiga program unggulan Badan Bahasa yang meliputi Pelindungan Bahasa dan Sastra, Literasi Kebahasaan dan Kesasatraan, serta Internasionalisasi Bahasa Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aminudin juga menyampaikan sejumlah produk dan layanan yang dirancang dan disediakan oleh Badan Bahasa, antara lain Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), Penerjemahan Daring (Penjaring), Sistem Penyuntingan Berbahasa Indonesia (SIPEBI), dan Layanan Ahli Bahasa.

"Kajian vitalitas 31 bahasa daerah dari sejumlah 428 bahasa daerah di Papua sudah berhasil diidentifikasi dengan hasil mulai kategori aman sejumlah 10 bahasa, rentan 7 bahasa, mengalami kemunduran 1 bahasa, terancam punah 10 bahasa, kritis 1 bahasa, dan punah sejumlah 2 bahasa," tutur Aminudin menjelaskan situasi kebahasaan di Papua, sebagaimana dikutip dari keterangan pers yang diterima detikEdu.

ADVERTISEMENT

Selain itu, ia juga menjelaskan tentang penyelenggaraan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di tingkat provinsi dan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional pada Februari 2023 sebagai upaya revitalisasi bahasa daerah di Papua.

Jumlah bahasa daerah yang menjadi objek revitalisasi di Papua tahun 2023 sejumlah 9 bahasa daerah. Bahasa yang tersebar di 5 provinsi, 9 kabupaten/kota ini meliputi bahasa Hatam, bahasa Kamoro, bahasa Moi, bahasa Tobati, bahasa Sentani, bahasa Biyekwok, bahasa Sobey, bahasa Biak, dan bahasa Imbuti/Marind.

Peta Kompetensi Literasi di Papua

Hasil Asesmen Kompetensi Mininum (AKM) dalam Asesmen Nasional (AN) 2021, menunjukkan bahwa Indonesia mengalami darurat literasi: 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Hasil tersebut sejalan dengan capaian PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia yang menunjukkan bahwa skor literasi membaca peserta didik RI

masih di bawah rata-rata peserta didik di negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). Lebih lanjut, skor PISA siswa Indonesia juga belum meningkat secara signifikan dalam 20 tahun terakhir.

Menurut dimensi indikator literasi dalam Indeks ALIBACA 2019 yang meliputi indeks dimensi kecakapan provinsi di Indonesia, indeks dimensi akses provinsi, indeks dimensi alternatif provinsi, dan indeks dimensi budaya provinsi, Provinsi Papua dan Papua Barat selalu berada pada tingkatan terendah.

Inisiatif Peningkatannya

Guna meningkatkan kompetensi literasi peserta didik Indonesia, Kemdikbud menilai bahwa perlu kualitas pembelajaran yang baik serta fasilitasi lewat ketersediaan dan pemanfaatan buku bacaan secara tepat.

Sebagai solusinya, Kemendikbudristek telah meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-23 Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Melalui program tersebut, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu. Sediaan buku ini disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.

Adapun penerima buku SD di wilayah 3T di provinsi Papua sejumlah 12 kota/kabupaten, sedangkan buku PAUD/TK di wilayah Provinsi Papua sejumlah 23 kota/kabupaten.


Sementara itu, data penerima buku SD di wilayah 3T di Provinsi Papua Barat sejumlah 9 kabupatan, dan penerima buku PAUD/TK sejumlah 8 kabupaten, dengan jumlah total 944.334 eksemplar buku yang terkirim ke 1.373 sekolah.

Kondisi geografis Papua yang begitu kompleks mengharuskan pengelolaan bahasa dan literasi di daerah tersebut digarap secara serius.

Sejauh ini di wilayah Papua hanya ada 1 Unit Pelaksana Teknis (UPT), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Dengan karakteristik geografis yang kompleks tersebut, seharusnya Papua memiliki lebih dari 1 UPT untuk membantu menangani masalah kebahasaan dan kesastraan di Papua. Sehubungan dengan hal tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek berencana akan membuka UPT di Papua Barat.

Urgensi Peningkatan Literasi di Papua

Mufti Makarim, Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan pada kesempatan pertemuan yang sama, menekankan urgensi upaya peningkatan literasi di Papua.

"Saya merasa banyak hal dari pertemuan ini yang sangat mendesak dan perlu ditangani secara serius karena bahasa ini merupakan way of life bagi masyarakat di Papua. Persoalan bahasa di Papua merupakan hal penting untuk ditangani bersama," paparnya.

"Kita memerlukan konsolidasi lebih lanjut dengan koordinasi yang intens terkait Papua. Papua perlu perhatian yang mendesak," imbuhnya.

Adanya SSP sebagai Inisiator Muda

Sementara itu, pertemuan KSP dan Badan Bahasa juga dihadiri sejumlah pelajar dari Sekolah Staf Presiden (SSP). SSP adalah inkubator pemimpin muda yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2022 oleh KSP.

Tujuan SSP adalah membekali para calon pemimpin bangsa dengan pengetahuan terkait kompleksitas pengelolaan negara, melalui kerja-kerja KSP bersama kementerian/lembaga terkait.

Peserta SSP diberikan kesempatan untuk magang mengikuti kerja-kerja KSP di seluruh kedeputian. Peserta juga terlibat dalam kelas dengan materi berkisar tentang membangun pemahaman tentang kebijakan, strategi, dan pemecahan masalah. Peserta SSP tahun 2023 sejumlah 35 orang terpilih dari 66.000 pelamar.

Dengan adanya pertemuan dan inisiator yang bekerja untuk program ini, Tiur sebagai perwakilan Kedeputian II KSP menyampaikan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pertemuan tersebut.

"Kami akan menindaklanjuti arahan ibu Deputi untuk berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga teknis terkait untuk menindaklanjuti rapat koordinasi. Program-program di K/L banyak mendukung terkait isu pendidikan dan kebudayaan. Ada Dana Indonesiana untuk program-program seni dan budaya yang telah diinisiasi Kemendikbudristek, dan itu bisa dimaksimalkan," ujarnya.

"Pemetaan yang dilakukan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sangat luar biasa, melampaui pemerintah daerah. Itu terlihat dari laman Pemprov Papua bahwa jumlah bahasa daerah hanya tertulis 225 bahasa, sementara data riset Badan Bahasa sudah mencapai 400-an bahasa. Terima kasih untuk perjuangan Badan Bahasa," pungkasnya.




(faz/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads