Pelan suara Raditia membaca di depan ruang kelas 3 SDN 008 Tanjung Timur, Desa Binai, Kab. Bulungan, Kalimantan Utara. Buku yang dipegangnya berjudul Udang Papai, buku bacaan anak kesukaannya.
Kini siswa yang akrab disapa Udit itu sudah bisa membaca. Tiga bulan belakangan, ia belajar mulai dari mengenal huruf, mengeja hingga memahami kalimat dengan bimbingan gurunya, Juliana dan Pranika Dian Dini.
Sebelumnya, murid berusia 11 ini pernah beberapa kali tinggal kelas. Saat itu, ia tercatat belum bisa menguasai kemampuan belajar seperti membaca.
Melihat Udit beberapa kali gagal naik kelas Yul, begitu Juliana dipanggil, memutuskan mengambil kebijakan khusus bagi salah satu muridnya itu.
Kalau dibiarkan Udit berpotensi putus sekolah karena terkendala usia untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah.
Akhirnya Udit diberi kesempatan masuk kelas 3 seraya para guru dengan sukarela memberikan bimbingan khusus untuk dirinya.
Kisah Udit Belajar Membaca
Mengenal Huruf sampai Kalimat
Yul menuturkan, Udit pergi ke kantor guru setiap jam istirahat khusus untuk belajar membaca. Siapa saja guru yang siap mendampinginya boleh bergabung.
"Guru agama juga saya minta tolong agar Udit didampingi khusus, gantian sama wali yang sedang tidak ada kelas," tuturnya.
Melihat kondisi kecakapan membaca Udit, Yul khusus membuatkan buku Panduan Membaca Kelas 3 dari kertas HVS berjilid. Isinya mulai dari alfabet hingga suku kata.
"Bacanya tidak sekali, kenal huruf dulu, ulang ABC sampai Z sampai tahu, diulang lagi ke A. Kenal huruf, ditanya lagi itu huruf apa. Berproses, dari beberapa huruf, sampai kenal semua," tuturnya.
Yul menuturkan, Udit juga sempat nge-camp di rumahnya selama 3 kali. Selama menginap di rumah gurunya itu, Udit diajak membaca sedikit-sedikit, termasuk saat subuh.
"Jam 4 subuh kasih bangun Udit, saya pikir mungkin subuh bisa masuk pelajaran. Jadi subuh kami dua bangun, ginilah perjalanan Udit. Saya ingat kata senior, belajar subuh bisa lengket di ingatan, jadi tiga kali dia ikut saya tidur, tiga kali menginap, Udit mulai bisa merangkai huruf jadi kata empat huruf," kata Yul.
"Di kelas, (buku pegangan) itu saja yang disampaikan, tidak materi lain. Pulang, sekolah, ini saja. 'Tidak usah Udit belajar lagi yang lain, nggak usah liat buku yang lain. Apa yang tadi dipesankan, itu yang dibawa pulang, itu lagi yang dipelajari. Ga usah terpengaruh lihat kawan lain, Ibu nggak akan marah kalau kau nggak bisa yang lain. Ini aja buku yang kau baca'," katanya menirukan nasihat ke Udit.
Di kelas, Udit duduk berkelompok sesuai hasil pengecekan kecakapan membaca atau asesmen diagnostik. Bagi murid yang sudah bisa membaca diminta tidak membantu Udit. Sang anak dibiarkan berusaha sendiri.
Selang tiga bulan, Udit mulai cakap membaca. "Adanya pembelajaran berbeda (berdiferensiasi) ini bisa memantau mereka, baik yang diajari dari yang sederhana, sedang, sampai lancar," kata Yul.
Selanjutnya Udit di Rumah dan Ladang>>>
(twu/pal)