International Student Mobility Awards atau IISMA adalah salah satu program unggulan Kampus Merdeka yang diselenggarakan lewat kerja sama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Kementerian Keuangan.
Melalui program IISMA ini, mahasiswa Indonesia memiliki kesempatan belajar di kampus luar negeri hingga menjalankan misi dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada WNA.
Kesempatan turut dirasakan oleh salah satu mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yakni Nadia Balqis Azzhara yang memperkenalkan batik di negara Italia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir laman resmi Unair, Nadia membagikan pengalamannya selama mengikuti program IISMA tersebut.
Mahasiswa dari Fakultas Hukum Unair tersebut berkesempatan melakukan studi di University of Padua dan mengambil mata kuliah English in Intercultural Settings, Psychology of Individual Differences dan Work and Organisational Psychology lewat IISMA.
Mengajarkan Warga Lokal Membatik
Menurut Nadia, warga lokal di sekitar tempat ia mengenyam studi memiliki antusiasme yang tinggi saat diajak membatik dalam kegiatan Challenges Indonesia Day Out.
Ia sempat terkejut akan hal tersebut, terlebih karena mereka menyukai salah satu makanan khas Indonesia yakni Indomie goreng.
"Aku kaget banget, kalau antusiasme warga lokal sangat tinggi. Mereka suka dengan indomie goreng dan semangat untuk membuat batik bersama. Hal ini yang nggak akan terlupakan," jelas Nadia.
Selain membatik, Nadia juga mengajarkan warga lokal menggunakan kain batik, mencoba makanan, dan mengajak mereka melakukan permainan tradisional khas Indonesia.
Sempat Mengalami Culture Shock
Nadia menilai bahwa fasilitas kesehatan di negara Eropa tersebut sangat responsif. Hal tersebut ia rasakan setelah sempat dilarikan ke rumah sakit akibat mengalami alergi.
Saat itu Nadia sedang dalam perjalanan ke Milan. Menurutnya, staf kesehatan di sana sangat cekatan dalam menjalankan pelayanan. Hal yang kembali membuat ia kaget adalah biaya penanganan kesehatannya yang gratis.
"Staf kesehatannya bener-bener cekatan, aku langsung dibantu untuk telepon ambulan dan penanganan alerginya serta semua penanganan kesehatannya gratis. Aku kaget karena aku mengira akan bayar dan sempat overthinking karena biaya kesehatan di Eropa cukup mahal," jelas Nadia.
Nadia menceritakan bahwa ia mengalami kesulitan dalam menemukan masjid. Menurutnya masjid di sana sulit dijangkau sehingga ia melakukan ibadah sholat di di ruang ganti sebuah departemen store.
Sebagai mahasiswa yang lolos IISMA, ia memberi pesan kepada para calon awardee IISMA 2023 untuk bersemangat dan tidak takut untuk mencoba.
Nadia berpesan kepada para calon awardee IISMA harus fokus dan melakukan yang terbaik selama seleksi dan jangan hanya fokus pada hasilnya.
(faz/faz)