Erupsi Merapi Bikin Suhu Udara Lebih Panas di Jogja? Ini Penjelasan Pakar UGM

ADVERTISEMENT

Erupsi Merapi Bikin Suhu Udara Lebih Panas di Jogja? Ini Penjelasan Pakar UGM

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 13 Mar 2023 16:30 WIB
Luncuran awan panas Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (12/3/2023). Menurut data BPPTKG pada 12 Maret 2023 pukul 07.04 - 07.56 WIB telah terjadi 3 awan panas guguran dengan jarak luncur antara 2.000 meter hingga 2.500 meter ke arah barat daya.
Foto: Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko/Erupsi Merapi
Jakarta -

Gunung Merapi mengalami erupsi pada Sabtu, 11 Maret 2023 siang. Erupsi Merapi mengakibatkan sejumlah wilayah Magelang hingga Wonosobo diguyur hujan abu vulkanik. Namun, apakah erupsi Merapi berpengaruh ke suhu udara di wilayah sekitarnya?

Terkait hal ini, pakar iklim dan bencana Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Emilya Nurjani, SSi, MSi, menjelaskan erupsi Gunung Merapi tidak memengaruhi suhu dan cuaca di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Erupsi Merapi dan suhu udara menjadi dikaitkan karena meski Yogyakarta tidak terdampak abu namun suhu udara di wilayah kota pelajar ini cukup panas dalam beberapa hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Emilya menegaskan bahwa suhu panas di daerah Yogyakarta karena fenomena Urban Heat Island bukan erupsi Gunung Merapi.

"Kenaikan suhu di wilayah Jogja ini bukan karena erupsi Merapi, tetap lebih karena fenomena urban heat island yang umum terjadi di wilayah perkotaan," ujarnya dikutip dari laman resmi UGM.

ADVERTISEMENT

Hubungan Erupsi Merapi dan Kenaikan Suhu

Emilya menjelaskan memang proses erupsi Merapi tidak memengaruhi suhu. Hal tersebut bisa dilihat dari ketinggian Gunung Merapi.

Diketahui, Gunung Merapi memiliki tinggi mencapai 2.900 Mdpl. Ketika erupsi, awan panas akan terbawa angin kencang dan berubah menjadi debu vulkanik yang tidak meningkatkan suhu secara signifikan.

Ia menambahkan bila pada dasarnya suhu bisa berubah karena faktor Aerosol dan angin.

"Proses erupsi Merapi tidak memengaruhi suhu. Namun, aerosol yang dihasilkan mungkin akan berpengaruh dalam menaikan maupun mengurangi suhu, tergantung angin," katanya.

Meski tak signifikan, erupsi Merapi juga sempat meningkatkan suhu. Tak menyeluruh hanya di kawasan lokal Gunung Merapi dalam waktu yang singkat.

Kenaikan suhu terjadi tidak lebih dari 1-2 jam sehingga tidak banyak memengaruhi suhu udara di DIY dan sekitarnya,

"Debu vulkanik dari erupsi Merapi menutupi radiasi ke bumi sehingga panas yang akan dilepaskan ke atmosfer terganggu. Kondisi itu menyebabkan peningkatan suhu, tetapi tidak lama hanya 1-2 jam dan sangat lokal," ujarnya.

Lebih lanjut, Emily menuturkan minimnya dampak peningkatan suhu erupsi Gunung Merapi, salah satunya dikarenakan Indonesia sebagai negara tropis. Faktor lainnya berhubungan dengan lapisan troposfer atau lapisan terendah atmosfer yang memiliki ketebalan 18 Km.

Hal ini menjadikan debu vulkanik di lapisan troposfer dapat langsung dilepaskan, karena tidak masuk ke lapisan stratosfer atau lapisan kedua atmosfer bumi.

Kondisi berbeda terjadi di negara-negara kawasan Eropa yang hanya memiliki lapisan troposfer hanya 6 Km.

Tipisnya lapisan troposfer dapat menyebabkan debu vulkanik yang dihasilkan erupsi gunung di wilayah Eropa tidak hanya masuk ke lapisan troposfer namun hingga lapisan stratosfer.

Emilya mencontohkan saat erupsi Gunung Eyjafjallajokull pada tahun 2010 silam. Debu vulkanik dari erupsi tersebut masuk hingga lapisan stratosfer yang berdampak pada iklim di kawasan Eropa.

"Debu vulkanik erupsi masuk sampai lapisan stratosfer dan terjerat disana. Dampaknya masih terasa sampai sekarang dimana musim dingin di Eropa lebih parah, begitupun saat musim panas menjadi sangat panas karena masih ada debu vulkanik di stratosfer. Kondisi ini berbeda dengan erupsi Merapi di tahun yang sama,"urainya.

Erupsi Gunung di Indonesia yang Pernah Mempengaruhi Suhu dan Iklim

Selain Gunung Eyjafjallajokull yang mampu mempengaruhi suhu dan iklim, erupsi Gunung Tambora pada tahun 1815 juga memiliki dampak yang luar biasa.

Bagaimana tidak, letusan Gunung Tambora berdampak sampai ke Eropa yang tidak mengalami musim panas pada tahun 1816 karena abu vulkanik Tambora.

Hal tersebut diamati Prof Dan Mitchell seorang profesor ilmu iklim di Universitas Bristol, Inggris seperti yang diberitakan detikEdu sebelumnya.

Menurutnya, peristiwa itu menyebabkan penurunan suhu daratan global sebesar 1 derajat Celcius. Letusannya begitu dahsyat sehingga gas vulkanik terlontar ke stratosfer yaitu lapisan atmosfer yang berjarak 10-50 di atas permukaan.

Karena hal tersebut, sinar matahari menjadi terhalang dan gagal mencapai permukaan bumi di daratan Eropa. Itulah yang menyebabkan Eropa tak mengalami musim panas pada tahun 1816.

Nah, begitu pemaparan Pakar UGM tentang erupsi Merapi yang tak terlalu mempengaruhi iklim. Semoga informasi ini bermanfaat ya detikers!




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads