Ramai Kabar Penculikan Anak, Pakar UGM Bilang Begini

Ramai Kabar Penculikan Anak, Pakar UGM Bilang Begini

Niken Widya Yunita - detikEdu
Rabu, 01 Feb 2023 19:30 WIB
Stop Child Violence and Trafficking. Stop Violence Against Children, child bondage in angle image blur , Human Rights Day concept.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang/Ramai Kabar Penculikan Anak, Pakar UGM Bilang Begini
Jakarta -

Beberapa wilayah di Indonesia diviralkan dengan adanya kabar penculikan anak. Meski polisi menyebut kabar penculikan itu hoax, namun tidak ada salahnya para orang tua untuk mawas diri.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Kustiningsih, SSos, MA, menyebut, pentingnya membangun interaksi dan relasi sosial dengan lingkungan sekitar untuk mencegah penculikan anak. Hal tersebut perlu dilakukan orang tua selain meningkatkan pengawasan terhadap anak dan membekali dengan pendidikan dasar bagaimana menghadapi orang asing.

"Orang tua sebaiknya membangun relasi sosial dengan sekitarnya. Srawung (berinteraksi) ke sekitarnya ini supaya masyarakat sekitar juga tahu ini siapa, anaknya siapa. Dengan begitu lingkungan bisa ikut mengontrol jika ada penyimpangan perilaku sosial termasuk penculikan," ujar Wahyu dalam laman UGM.

Wahyu mengatakan bahwa relasi dan ikatan sosial di masyarakat saat ini telah mengalami perubahan. Terlebih dengan hadirnya teknologi yang berkembang dengan begitu pesat yang mengubah cara berpikir dan bekerja.

Individualisme, lanjut Wahyu, juga semakin menguat. Perubahan tersebut lebih banyak terlihat di daerah urban atau perkotaan dengan karakteristik masyarakat yang lebih beragam dan mobilitas tinggi.

"Melihat kasus penculikan di Jakarta yang merupakan wilayah urban, banyak pendatang, ini bisa terjadi karena masyarakatnya tidak aware, karena tidak saling mengenal. Kalau tinggal di desa atau wilayah yang masyarakatnya sangat komunal tentunya akan berbeda," paparnya.

Wahyu menyebutkan, informasi penculikan anak yang diunggah di media sosial yang kian marak di satu sisi menyebabkan ketakutan di masyarakat. Namun di sisi lain justru menjadi bahan refleksi bagi masyarakat untuk lebih waspada dan meningkatkan kesadaran jika menjaga keamanan lingkungan menjadi tanggungjawab bersama.

Ia menambahkan, sekolah juga memiliki peran dalam pengawasan dan menjamin keamanan anak di lingkungan sekolah. Misalnya menerapkan aturan penjemputan saat pulang, sekolah hanya mengizinkan anak dijemput oleh orang tua atau orang yang sebelumnya sudah dikonfirmasi orang tua untuk melakukan penjemputan. Selain itu juga melengkapi dengan fasilitas keamanan di lingkungan sekolah.

"Soal sekolah ini punya keamanan bagus atau tidak ini masih ada kesenjangan. Karenanya pemerintah perlu memperhatikan hal ini, sekolah mana yang membutuhkan bantuan ekstra untuk mengembangkan sistem pendidikan dan keamanan bagi siswa-siswanya," ucapnya.

Wahyu kembali menekankan bahwa menjaga keamanan anak dari tindak penculikan ini tidak bisa hanya dilakukan oleh orang tua atau lingkup keluarga saja. Namun, menjadi tanggung jawab bersama yang melibatkan banyak aktor seperti masyarakat, sekolah, hingga pemerintah.

"Isu penculikan anak ini tidak bisa hanya diserahkan ke keluarga tapi melibatkan semua pihak," pungkasnya.

Dalam video penculikan anak contohnya di Bekasi yang viral terlihat seorang anak sedang duduk di teras rumah. Kemudian seorang pria mendekati anak tersebut lalu membiusnya. Anak itu langsung tidak sadarkan diri dan dimasukkan pria tersebut ke dalam karung putih.

Kabar penculikan anak yang beredar di media sosial itu dipastikan polisi hoax. Hal itu ditegaskan oleh Kapolsek Bekasi Utara Kompol Arwan dikutip dari detiknews.



Simak Video "Akhir Kisah Pemulung Penculik Anak di Jakpus Berujung Jadi Tersangka"
[Gambas:Video 20detik]
(nwy/nwk)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia