Cerita Guru SD Rampungkan S2 dengan IPK 4, Sempat Bermimpi Jadi Kasir

ADVERTISEMENT

Cerita Guru SD Rampungkan S2 dengan IPK 4, Sempat Bermimpi Jadi Kasir

Pradito Rida Pertana - detikEdu
Selasa, 30 Nov 2021 08:30 WIB
Dita Ardwiyanti, guru SDIT di Bantul yang meraih IPK 4,00 di UNY Yogyakarta
Dita Ardwiyanti, guru SDIT di Bantul yang meraih IPK 4,00 di UNY Yogyakarta Foto: Pradito Rida

Rahasia Dita Lulus S2 dengan IPK 4,00

Terkait rahasianya meraih IPK sempurna saat menyelesaikan S2, Dita mengaku karena kemauannya yang kuat. Pasalnya dia menyandang label mahasiswa S2 dari beasiswa LPDP yang mendapat stigma selalu lebih hebat dari mahasiswa biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau S2 tuntutannya harus publish artikel ilmiah dan tidak di sembarang jurnal karena ada kriterianya. Apalagi penyandang beasiswa dapat stigma keren nih, jadi seperti tuntutan. Masak anak LPDP kok hanya begitu, nah itu juga yang membakar semangat kami untuk lebih dari yang lainnya," ucapnya.

Selain hal tersebut, Dita juga mengaku perfeksionis, sangat kompetitif dan rajin membaca. Namun, Dita mengaku sempat kesusahan mengembalikan niat belajarnya kembali saat mendapatkan beasiswa S2.

ADVERTISEMENT

"Kalau balik lagi ke pribadi perfeksionis dan dasarnya saya juga pribadi yang kompetitif. Ya yang penting publikasi itu dan rajin membaca," katanya.

"Apalagi saya tidak fresh graduate (baru lulus S1 langsung S2) dan ada jeda. Di jeda semangat belajar saya drop, tidak se-menggelora saat masuk lagi. Terus saat masuk lagi saya tekati harus disiplin baca hasil penelitian," imbuh Dita.

Dita mengungkapkan, bahwa berhasil menyelesaikan S2 dengan tesis terkait research and development. Di mana Dita mengembangkan perangkat pembelajaran Silabus RPP dengan lembar kerja siswa.

Menyoal rencana melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi lagi, perempuan 25 tahun ini mengaku ingin. Akan tetapi dia menunggu waktu yang tepat, karena saat ini kriteria untuk profesi yang dia cita-citakan semakin tinggi.

"Pingin sih (S3), karena saya cita-cita jadi dosen. Tapi kalau lulus S1 pertama kali lulus itu kan idealis sesuai jurusan, kerja sesuai jurusan. Seperti saya ini kan harusnya kalau S1 mengajar di SMP bukan di SD, tapi lowongan dapatnya SD ya sudahlah," ujarnya.

"Dan saat ini S2 tapi mengajari murid SD ya sudah realitasnya seperti itu. Tapi bukan saya tidak visioner lho, saya ingin jadi dosen tapi di waktu yang tepat. Karena tinggi ilmu kalau tanpa pengalaman kerja itu nol," lanjut Dita.

Terlepas dari hal tersebut, Dita ingin agar orang-orang yang terkendala biaya untuk melanjutkan agar tidak putus asa. Pasalnya Dita menilai kendala biaya bukan menjadi masalah selama memiliki kemauan yang kuat, dan Dita telah membuktikannya.

"Ekonomi jadi privilege atau hak istimewa orang tertentu (dalam menempuh jenjang pendidikan) memang iya, tapi jangan jadikan itu penghalang sih. Kalian bisa menginspirasi dengan kemauan, seperti saya cuma punya kemauan tapi tidak punya uang," ucap Dita.


(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads