Siswa Kelas 4 SD Dipukul Guru hingga Pingsan, Pelaku Dipolisikan

Regional

Siswa Kelas 4 SD Dipukul Guru hingga Pingsan, Pelaku Dipolisikan

Ambrosius Ardinx - detikSumbagsel
Jumat, 21 Feb 2025 13:41 WIB
Ilustrasi kekerasan anak
Foto: Ilustrasi kekerasan anak (iStock)
Manggarai -

Seorang siswa kelas 4 SD di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) berinisial JJ melaporkan gurunya atas perkara dugaan penganiayaan. Anak berusia 11 tahun itu mengaku dipukul gurunya hingga pingsan.

Dilansir detikBali, korban didampingi keluarganya melaporkan oknum guru tersebut ke Polres Manggarai pada Kamis (20/2/2025) sore. Guru yang dilaporkan yakni berinisial AD (35).

"Pelapor/korban datang ke SPKT Polres Manggarai untuk melaporkan kejadian tersebut untuk diproses sesuai hukum yang berlaku," kata Kasi Humas Polres Manggarai Iptu I Made Budiarsa, Kamis (20/2/2025)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Made menjelaskan kasus dugaan tindak pidana penganiayaan terhadap anak di bawah umur itu terjadi di ruang kelas pada Selasa (18/5/2025) sekitar pukul 09.30 Wita.

Pelaku AD menuduh JJ telah membuat gaduh di dalam kelas sehingga langsung memukul korban dengan menggunakan kedua tangannya yang telah dikepal. Pukulan itu mengenai pelipis kiri dan kanan JJ.

ADVERTISEMENT

"Akibat perbuatan terlapor maka korban mengalami rasa sakit pada pelipis bagian kiri dan pelipis bagian kanan," kata Made.

Polisi menerangkan laporan itu akan ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA)Satreskrim PolresManggarai. Korban diketahui membuat laporan polisi usai menjalani rontgen bagian kepala di RSUD Ruteng.

Kasus penganiayaan oleh guru tersebut terungkap saat ibu korban memeriksa kesehatan anaknya. Ibu korban, Ester Dimut, mengungkapkan anaknya sempat tak sadarkan diri selama dua jam. Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Ruteng untuk menjalani rontgen.

"Poli pongga hitu langsung pingsan hia (Setelah dipukul, dia langsung pingsan)," ungkap Ester melalui sambungan telepon, Rabu (19/2/2025) sore.

Ester menceritakan bahwa anaknya itu terjatuh setelah diduga dipukul oleh gurunya di ruang kelas sekolah tersebut. Sontak, kepala JJ mengenai meja di belakangnya saat tersungkur.

Sebelum pemukulan itu, kata Ester, ruangan tersebut riuh lantaran sejumlah siswa bernyanyi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Pelaku AD rupanya sudah mendengar keriuhan para siswanya di ruang kelas itu. Tiba di dalam kelas, AD menanyakan siswa yang bernyanyi.

Ester mengatakan anaknya terus mengeluh pusing seusai dipukuli oleh gurunya. Ia pun membawa JJ ke RSUD Ruteng untuk rontgen kepalanya.

Sementara itu, pengakuan ibu korban, Ester, ternyata berbeda dengan penjelasan dari Kepala SDI Muwur, Ignasius Arifin. Pihak sekolah membantah pelaku AD memukul JJ hingga pingsan.

Menurut Ignasius, JJ mengaku mengalami pusing hingga istirahat di ruang kerjanya sebelum pulang ke rumah. Menurut Ignasius, AD hanya mencubit dan menjitak kepala JJ setelah sejumlah siswa di ruang kelas itu bernyanyi saat AD sedang mengajar mereka. Ia menyebut tindakan AD terhadap JJ dan siswa lainnya sebagai tanda kasih seorang guru kepada murid-muridnya.

"Namanya guru, seperti orang tua tidak mau kalau perilaku anak seperti itu. Kemarin itu bukan dipukul, itu cubit dengan kasih toki (ketok) sedikit kepala. Ya sentuhan kasih menurut kami guru, tidak ada benci. Bukan pingsan tapi pusing," jelas Ignasius.

Seusai dicubit oleh AD, korban JJ tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar. JJ disebutnya baru mengeluh pusing pada jam istirahat. Didampingi seorang guru, JJ kemudian berjalan kaki ke ruangan Ignasius.

Selama beristirahat di ruangan Ignasius, JJ masih terus mengeluh pusing hingga menangis.

Ignasius kemudian memanggil tenaga medis untuk mengukur tekanan darah JJ. Setelah diperiksa tenaga medis, tensinya normal. Karena masih mengeluh pusing, JJ diberikan obat antinyeri oleh tenaga medis tersebut.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads