Perjuangan Ihwal, Guru SD Terpencil di Sidoarjo Buat Siswa Berani Bermimpi

Perjuangan Ihwal, Guru SD Terpencil di Sidoarjo Buat Siswa Berani Bermimpi

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 23 Nov 2024 20:37 WIB
Potret perjuangan guru SD di daerah terpencil Sidoajo
Ihwal saat mengajar siswanya (Foto: Aprilia Devi)
Sidoarjo -

Kebanyakan orang memulai pagi harinya dengan bermacet-macetan di jalanan menuju kantor, sekolah, dan berbagai tempat mereka beraktivitas. Namun hal yang berbeda dirasakan oleh Ihwal Praja.

Tak berhenti menembus kemacetan jalanan di pagi hari, Ihwal juga harus menempuh perjalanan panjang melewati pematang tambak, jalan berlumpur, hingga kerap tergelincir dan terjatuh saat menuju sekolah tempatnya bekerja.

Ya, Ihwal sehari-hari bekerja sebagai seorang guru di Sekolah Dasar (SD). Tepatnya di SDN Gebang 2 Jalan Kampung Pucu'an, Sidoarjo yang rupanya merupakan satu dari beberapa sekolah di Kabupaten Sidoarjo dengan akses cukup sulit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk SDN Gebang 2 itu kan kita berada di kecamatan kota, tapi untuk menjangkaunya relatif sulit. Masuk sekolah yang sulit terjangkau, kita harus melewati beberapa kecamatan, Candi, Tanggulangin, dan kembali masuk Sidoarjo," tutur Ihwal kepada detikJatim, Sabtu (23/11/2024).

Sementara Ihwal sehari-hari lebih sering menggunakan sepeda motor. Ia menggunakan motor khusus offroad, lengkap dengan jaket dan sepatu karet atau boot untuk menerjang sulitnya perjalanan.

ADVERTISEMENT
Potret perjuangan guru SD di daerah terpencil SidoajoIhwal berbincang dengan muridnya (Foto: Aprilia Devi)

Ihwal tidak berangkat sendiri, ia selalu bersama dengan Rofianto dan Yopi Agusta yang juga merupakan guru di SDN Gebang 2.

detikJatim pun mencoba untuk mengikuti perjalanan Ihwal dan dua rekannya mengajar di sekolah terpencil itu.

"Perjalanan panjang kalau musim kemarau bisa 1 jam, atau bisa pakai perahu 1,5 jam (saat musim hujan)," katanya.

Mulai jalanan tanpa aspal, jalan cor yang kondisinya tak lagi mulus, hingga jalan licin berlumpur kami lalui. Bahkan tim detikJatim sempat terjatuh saat mengikuti perjalanan Ihwal bersama rekan-rekan gurunya menuju SDN Gebang 2.

Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan hamparan tambak yang begitu luas. Bahkan sebagian besar wilayahnya memang perairan tambak. Akses untuk jalan relatif sempit hanya untuk motor. Itu pun jika bersisipan, kami harus bergantian.

Potret perjuangan guru SD di daerah terpencil SidoajoPerjalanan Ihwal menuju SDN Gebang 2 (Foto: Aprilia Devi)

Belum lagi cuaca terik, tentu makin menguras energi di pagi hari. Namun senyuman anak-anak yang menyambut di SDN Gebang 2 seolah menghilangkan rasa lelah Ihwal dan rekan sesama gurunya usai menempuh perjalanan panjang.

"Pak Ihwal, Pak Rofi, Pak Yofi," teriak anak-anak berhamburan keluar dari kelas untuk menyambut kedatangan gurunya.

Anak-anak lalu bersalaman dan mulai melaksanakan pembelajaran yang dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga 12.00 WIB. Sama seperti SD lainnya.

Bedanya mereka belajar di atas bangunan panggung yang memang disesuaikan dengan kondisi banjir rob akibat pasang yang kerap terjadi. Namun ada pula ruang kelas bertembok dan berlantai seperti pada umumnya yang juga digunakan.

Kemudian jangan berharap akses internet lancar di sana, WiFi yang sempat terpasang nyatanya belum mampu membawa berselancar di internet. Sinyal HP pun susah muncul. Listrik baru masuk di SD itu tahun 2018.

Di SD yang dikepung oleh perairan tambak itu, hanya ada 15 murid yang terbagi dalam 5 kelas. Yakni kelas 1-6, kecuali kelas 3 yang kosong karena tidak ada muridnya. Maklum karena yang bersekolah di situ hanya anak-anak dari Kampung Pucu'an.

"Problemnya di sekolah seperti ini itu orang tua tidak fokus pendidikan, tapi lebih banyak ke ekonomi. Orang tua kurang memperhatikan anak di sekolah, itu tantangannya," tutur Ihwal.

Dengan sabar dan penuh senyuman, Ihwal mengajar anak-anak di kelas 6. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah guru spesialis kelas tinggi. Sementara kelas 1-5 diajar oleh 5 guru lainnya.

Di sana hanya ada satu kepala sekolah dengan 6 guru pengajar. Bahkan rupanya Ihwal sudah 15 tahun mengajar dan mengabdikan diri di SDN Gebang 2.

"Memang kita di sini tidak sedih lagi (karena akses sulit). Kita merasa nyaman, itu semua terbangun dari awal-awal. Akhirnya ada kesadaran kalau kita gak di sini, ada yg mau ganti gak. Ini tanggung jawab yang harus kita kerjakan untuk memberikan layanan ke masyarakat," ungkap Ihwal.

Pengabdian panjang itu ia lakukan untuk menyukseskan amanat mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Juga untuk menyukseskan program memeratakan pendidikan. Di sini kita memberikan motivasi kepada masyarakatnya, kepada orang tuanya bahwa pendidikan itu penting. Sehingga mereka meneruskan dan mendukung anaknya untuk bersekolah," beber Ihwal.

Perjuangan Ihwal dalam mengajar anak-anak di SD terpencil itu pun mulai membuahkan hasil. Jika dulu kebanyakan anak di Kampung Pucu'an pendidikannya hanya sampai SD, kini sudah banyak yang melanjutkan hingga tingkat SMP-SMA.

"Anak-anak menyebutnya kalau di luar (Kampung Pucu'an) itu darat. Sekarang sudah banyak yang lanjut sekolah ke darat. Mereka bisa ketemu banyak teman, ekstrakurikulernya banyak, dan bisa melihat dunia luar yang luas," tutur Ihwal.

Anak-anak pun kini berani memiliki cita-cita dan mimpi. Tidak lagi terbatas pada kehidupan perairan saja. Seperti Amel (12) yang bercita-cita jadi polisi.

"Senang belajar di sini. Cita-citanya pingin jadi polisi. Habis ini lanjut SMP di SMPN 2 Candi," kata Amel yang merupakan siswi kelas 6 SDN Gebang 2.

Di momen Hari Guru Nasional, Ihwal pun berharap agar semua pihak memahami kondisi masih adanya sekolah terpencil.

"Karena di Sidoarjo ada 6-8 sekolah yang begini, semoga dalam pengelolaannya bisa menyesuaikan (kondisi sekolah), artinya tidak disamaratakan (dengan sekolah negeri lainnya)," harap Ihwal.



Hide Ads