Nama Greta Thunberg sebagai aktivis iklim barangkali tak lagi asing di telinga. Namun, siapa sangka Indonesia juga mempunyai sosok remaja peduli lingkungan seperti Greta. Dia adalah Aeshnina Azzahra Aqilani.
Nina, sapaan akrabnya, adalah siswa kelas 9 SMPN 12 Gresik yang tekun melakukan kegiatan peduli lingkungan sejak masih kecil. Nina menyatakan kedua orang tuanya mengajarkan bahaya penggunaan plastik berlebihan sejak masih kecil.
"Saya juga sangat sering ikut penelitian dan demo (bersama orang tua)," kata Nina pada detikedu pada Rabu (24/11/2021). Putri aktivis pelindung sungai Prigi Arisandi dan Daru Setyo Rini ini berujar, dirinya masih harus banyak belajar dari kedua orang tuanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernah Menulis Surat untuk Donald Trump & Minta Pertanggungjawaban
Sedari jenjang SD, Nina sudah giat menggencarkan perhatiannya terhadap isu lingkungan. Ketika masih kelas 5 SD, gurunya mengajak Nina dan teman-teman untuk menulis surat kepada Bupati Gresik saat itu, Sambari Halim Radianto. Isi surat mereka adalah tentang harapan akan adanya perubahan di Gresik, Jawa Timur.
Sejak dari situlah Nina berpikir bahwa menulis itu mudah dan semua orang bisa menulis. Juga berawal dari gagasannya di mana semua orang dapat menulis surat ke siapapun, Nina mengirimkan surat ke mantan Presiden Amerika Serikat DOnald Trump pada 2019 lalu.
"Pada 2019 (saat) mau masuk smp saya menulis surat ke (mantan) Presiden Amerika Donald Trump. Setelah mengetahui bahwa desa saya menjadi tempat sampah bagi negara maju, saya ingin mereka berhenti mengirim sampahnya ke Indonesia dan meminta tanggung jawabnya," papar Nina.
![]() |
Diundang dalam Rangkaian COP26
Pada forum tingkat tinggi yang membahas soal perubahan iklim, Conference of Parties ke-26 atau COP26 pada 1-12 November 2021 lalu, Nina turut diundang dalam acara sampingan penanyangan film dokumenter yang menceritakan soal dirinya.
Film dokumenter ini dibuat oleh seorang sutradara dan produser film dokumenter asal Jerman, Irja von Bernstorf. Suratnya kepada Trump dulu itulah yang membuat sutradara tersebut ingin membuat film tentang Nina dan tiga remaja perempuan lain dari India, Australia, dan Afrika. Judul film itu adalah Girls for Future.
Meski penayangan film tersebut tidak dilangsungkan di gedung COP26, Nina menyebutkan dirinya bertemu banyak aktivis iklim dunia lainnya seperti Luisa Neubauer. Dari kesempatan ini, Nina juga belajar bahwa pemerintah Indonesia sekarang ini tidak siap dan tidak serius dalam penanganan krisis iklim.
"Mereka nggak memprioritaskan masalah lingkungan karena mereka belum merasakan dampaknya. Sekarang lingkungannya dirusak, dampaknya nggak sekarang. Tapi besok di masa depan, generasi saya yg merasakan," jelas Nina pada Jumat (26/11/2021).
![]() |
Diundang ke Amsterdam, hingga Diliput Televisi Belanda
Nina memperoleh undangan dari Plastic Soup Foundation untuk berbicara pada Plastic Health Summit 2021 di Amsterdam, Belanda. Selain karena memang teman sendiri, Nina dan kawannya dari Plastic Soup Foundation juga tengah fokus membahas mikroplastik. Inilah yang membuat Nina diundang ke Belanda.
Di sana, Nina menjadi perwakilan organisasi Ecoton. Organisasi tersebut digagas oleh kedua orang tuanya sejak 2000 dan memiliki visi membebaskan sungai-sungai di Indonesia dari pencemaran.
Pasca menjadi pembicara dalam Plastic Health Summit 2021, sebuah media asal Jerman, Die Zeit, dan televisi asal Belanda, Pointer meliput dirinya. Selain itu, Nina juga menulis surat kepada Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Plastic Recycling Factory di Amsterdam.
Kini, Nina dan kakaknya yang tergabung dalam River Warrior melakukan pameran sampah plastik impor di sekolah-sekolah untuk mengedukasi para siswa soal bahaya plastik sekali pakai dan bagaimana Indonesia menjadi tempat sampah bagi negara-negara maju.
Setiap minggunya, aktivis remaja ini bersama timnya membersihkan bantaran sungai. Dia juga terus mengedukasi masyarakat melalui kampanye daring di Instagram river.warrior dan info.mistik.
(nah/row)