Kisah Mahasiswa RI Kuliah di Portugal: Para Warga Ramah dan Helpful

ADVERTISEMENT

Studi di Luar Negeri

Kisah Mahasiswa RI Kuliah di Portugal: Para Warga Ramah dan Helpful

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 21 Mei 2021 15:00 WIB
Mahasiswa di Portugal
Foto: Dok. Yulianti Suryawardhani Yudo
Jakarta -

Yulianti Suryawardhani Yudo, mahasiswa di Portugal, sebenarnya tidak berkuliah dalam bahasa Portugis. Kendati demikian, mahasiswa program European Master in Lexicography (EMLex) di Universidade do Minho ini tetap bersemangat belajar bahasa Portugis.

Penerima beasiswa https://www.detik.com/tag/beasiswa Erasmus Mundus ini menjalani perkuliahan dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman sebagai bahasa pengantar. Kendati demikian, ia gigih belajar bahasa Portugis di institut bahasa di fakultasnya sejak awal perkuliahan.

"Pendidikan dan pengembangan yang membantu seperti ini didukung koordinator jurusan. Dan dibayarin," cerita Yuli kepada detikEdu dalam Program Lipsus detikcom dengan PPID (PPI Dunia), ditulis Rabu (19/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan asal Jakarta ini menuturkan, ia juga tertarik bahasa Portugis karena sebelumnya sudah fasih bahasa Spanyol. Ia belajar bahasa Spanyol saat tinggal di Chile, Amerika Selatan. Kendati berbeda, bahasa Portugis dan bahasa Spanyol sama-sama bahasa Roman.

Menurut Yuli, kendati tidak wajib, mengerti bahasa setempat memudahkan kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kampus.

ADVERTISEMENT

Yuli menuturkan, ia menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan sesama mahasiswa di kampus. Namun penggunaan bahasa Inggris belum tentu bisa dilakukan di luar area kampus.

"Kalau ke toko belum tentu (bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris). Saya enggak terlalu fasih (bahasa Portugis), (masih) modal Google. Tetapi orang di sini (warga lokal) helpful, enggak akan pasang muka 'apa sih' (kalau belum fasih bahasa Portugis," tutur Yuli.

Yuli bercerita, ia mendapati kebiasaan orang Portugal tidak terlalu jauh berbeda dengan orang Indonesia.

"Mungkin karena punya sharing sejarah, orang Portugal itu senang ngobrol, senang kumpul. Sifatnya banyak yang sama dengan kita (orang Indonesia). Mereka bantu kalau kita enggak bisa bahasanya," kata Yuli.

Ia menuturkan, keramahan orang Portugal mendukung kenyamanannya hidup dan berkuliah di Braga. Terlebih, kota Braga merupakan kota pelajar kecil yang tenang dan aman.

"Secara statistik (Portugal) salah satu yang teraman di dunia. Hal ini terasa terutama di luar ibukota. Kita bisa jalan kemana aja, jam berapa aja dan tidak merasa terancam. Jadi saya pernah pulang dari luar kota jam 2-3 pagi dari stasiun. Jaraknya sekitar setengah jam (dari apartemen). Tidak akan ada yg mengganggu," kata Yuli.

Mahasiswa di PortugalMahasiswa di Portugal Foto: Dok. Yulianti Suryawardhani Yudo

Yuli menambahkan, biaya hidup Portugal yang relatif rendah juga mendukung kehidupan sebagai mahasiswa, terutama penerima beasiswa sepertinya. Ia sendiri mendapat beasiswa Erasmus Mundus full coverage, yang mencakup di antaranya dana transportasi, biaya hidup, uang kuliah, dan asuransi. "Jadi dana allowance-nya terasa besar untuk biaya hidup yang relatif rendah," kata Yuli.

Dengan dana beasiswa tersebut, Yuli menyewa apartemen 5 kamar bersama 5 mahasiswa dari negara lain. "Ada dari Brazil, Belgia. Enggak ngerasain diskriminasi di sini. Mungkin karena di sini kota pendidikan, ya," tuturnya.

Yuli bercerita, hingga minggu kedua puasa Ramadhan 2021, ia masih berkuliah online dari apartemen. Baru pada minggu ketiga, kampus kembali dibuka dengan prokes ketat. "Jalan kaki ke kampus, untuk kursus bahasa, dan ke perpustakaan," tutur mahasiswa tingkat akhir ini.

Tips Kuliah di Luar Negeri

Perempuan kelahiran 1982 ini tidak memungkiri homesick terkadang hinggap. Kendati demikian, voicecall dan kemudahan komunikasi mengobati sedikit rindunya.

"Yang nguatin itu karena saya seneng (kuliah di Portugal). Ini pilihan saya sendiri, saya usahakan (sendiri). Dan orang-orang di sini, mendukung sekali orangnya," kata Yuli.

Untuk mengobati rindu tanah air, Yuli juga senang bepergian ke kota tetangga, Porto. Ia bercerita, kota yang berjarak 1 jam naik kereta ini memiliki satu tempat perbelanjaan bumbu spesifik khas Indonesia.

"Jadi saya beberapa kali ke Porto hanya untuk ke sana membeli bumbu dan snack. Di Braga ada juga toko Asia, meskipun tidak sespesifik itu. Misalnya kecap di sini ada, mi instan ada," katanya.

Yuli juga bepergian ke Lisbon dan Coimbra, kota tetangga yang berjarak beberapa jam lebih jauh dari Porto. "Biasanya sekalian liburan, di sana juga bisa ketemu teman-teman PPI," tuturnya.

Ia menambahkan, berkomunikasi dengan teman-teman di PPI memudahkannya mengetahui informasi baik di negara tinggalnya maupun di negara lain.

Yuli mengatakan, tips kuliah di luar negeri salah satunya yaitu mencari tahu informasi tentang negara berkuliah nanti. Informasi ini bisa didapat dari website dan blog mahasiswa, alumni, dan sumber lainnya.

"Jangan sampai sudah dapat beasiswa, tiba di sana (negara tujuan) tidak tahu apa-apa. Rasa ingin tahu harus tinggi, cari ada apa aja tentang kuliah dan hidupnya. Kalau ada niat (studi di luar negeri) mulailah mencari tahu. Saat mencari tahu, kesempatan (studi di luar negeri) itu akan terbuka, cepat atau lambat," kata Yuli.

Ia menambahkan, salah satu pertimbangannya di berkuliah di benua Eropa yaitu kemudahan koneksi antarnegara. "Kesempatan pindah negara lebih mudah, baik untuk karier dan meneruskan kuliah," kata Yuli.

Nah, mau studi di negara mana nih, calon mahasiswa? Semangat berburu beasiswa, ya!


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads