×
Ad

Saat Kata Jadi Luka, Setop Perundungan Verbal!

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 19 Nov 2025 16:00 WIB
Ilustrasi perundungan siswa. Foto: iStock/StockPlanets
Jakarta -

Luka tak selalu berasal dari kekerasan fisik, tapi juga kata-kata. Meski tak berwujud, kekerasan verbal juga dapat menyebabkan luka bahkan trauma pada anak.

Kekerasan atau perundungan verbal ini memang jarang disorot publik, tak seperti kasus kekerasan fisik pada siswa di SMPN 19 Tangerang Selatan yang baru-baru ini viral. Namun, menurut ahli psikologi satu ini, perundungan verbal tetap memiliki dampak serius.

Winny Suryania M Psi, seorang Psikolog Klinis dan Konselor Anak dari Sekolah Cikal Amri Setu, Jakarta Timur menyebut setiap perundungan verbal pasti melukai korban.

"Sangat penting untuk menegaskan kepada masyarakat kita bahwa 'kata-kata' itu bisa menancapkan luka," ujar Winny dalam keterangan resminya, ditulis Rabu (18/11/2025).

Perundungan Verbal Bukan Perkara Remeh

Perundungan verbal tidak meninggalkan jejak fisik, tetapi tak berarti boleh disepelekan. Ia membeberkan berbagai dampak negatif dari perundungan verbal.

Winny menegaskan, perundungan verbal adalah bentuk kekerasan yang serius. Perundungan verbal ini bisa berbentuk menyerang atau merendahkan orang lain.

Ia mengajak masyarakat untuk lebih menyadari bahwa perundungan verbal tak boleh dianggap remeh. Jika dibiarkan, akan terbentuk lingkungan yang membiasakan perundungan tersebut.

"Sudah banyak fakta yang menunjukkan bahwa perundungan verbal terbukti memiliki dampak negatif yang nyata meskipun dianggap sepele. Lingkungan yang tidak mencegah hal ini pun berisiko menimbulkan perundungan yang lebih parah kedepannya," tegas Winny.

Gunakan Kata yang Baik-Bangun Empati

Jika sudah memahami bentuk perundungan verbal, Winny menyarankan siswa untuk mulai mengedukasi diri. Dengan memahaminya, siswa tidak akan melukai hati orang lain selama berucap.

Cara supaya terhindar dari perilaku perundungan verbal adalah dengan memilih penggunaan kata dan bahasa. Gunakanlah kata-kata yang baik.

Kemudian, bangun empati. Winny mengajak siswa untuk berani lebih peduli serta tanggap aksi jika di sekitarnya ada kasus perundungan verbal.

"Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, menyampaikan fakta dari data yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri (agar lebih dekat dan lebih relate dengan sekitar mereka)," sarannya.

Winny berpesan agar siswa tidak takut melapor jika ada tindakan perundungan verbal. Ia juga menyarankan siswa untuk memberi batasan diri dari orang yang sering merundung lewat kata-kata.

"Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan pemahaman kita, saling memberikan edukasi atau informasi yang tepat, jelas, dan mulai dari pengertian dasar perundungan itu sendiri," katanya.



Simak Video "Video: CISDI Ungkap Alasan Kesehatan Mental Masih Disepelekan"

(cyu/nwk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork