Suka Makan Mi Pake Nasi? Ini Dampaknya Menurut Sains

ADVERTISEMENT

Suka Makan Mi Pake Nasi? Ini Dampaknya Menurut Sains

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 19 Agu 2025 07:00 WIB
mie instan
Potret Mi Instan. (Foto: Adriyani/Shutterstock)
Jakarta -

Menyantap mi instan dengan nasi merupakan hal yang cukup lumrah di Indonesia. Namun, ada dampak yang perlu diwaspadai. Apa itu?

Dosen gizi dari SekolahVokasiIPB University,RosydaDianah,SKM,MKM, mengingatkan bahwa ada dampak jangka panjang yang perlu diwaspadai ketika makan nasi dengan mi instan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kombinasi ini berisiko menimbulkan ketidakseimbangan gizi dan berbagai masalah kesehatan jika tidak diimbangi dengan asupan gizi lainnya," jelas Rosyda dalam laman IPB University, dikutip Jumat (15/8/2025).

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan kombinasi kedua sumber karbohidrat ini dapat meningkatkan asupan kalori dan karbohidrat secara signifikan. Tak hanya itu, perpaduan ini juga mengurangi keseimbangan zat gizi lain seperti protein dan lemak sehat.

"Jika nasi dan mi dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang, kandungan karbohidrat dapat mendominasi hingga 80% dari total asupan energi, sementara kadar protein dan lemaknya sangat rendah," tuturnya.

Komposisi Mi dan Nasi di Dalam Tubuh

Rosyda mencontohkan seseorang bisa mengonsumsi 150 gram nasi dan 100 gram mi menghasilkan energi sekitar Β±401 kkal, karbohidrat sekitar Β±82 gram, protein sekitar Β±7 gram, dan lemak sekitar Β±2 gram.

"Komposisi ini tidak seimbang dan jauh dari konsep 'Piringku' yang menargetkan 50 persen sayur dan buah, dan 50 persen sisanya kombinasi karbohidrat dan protein," jelasnya.

Makan Mi dan Nasi Secara Bersamaan Mengganggu Metabolisme

Dosen Program Studi Manajemen Industri Jasa Pangan dan Gizi itu menjelaskan jika mengonsumsi mi dan nasi secara bersamaan dalam jangka panjang berisiko memicu berbagai gangguan metabolisme seperti obesitas, resistensi insulin, dislipidemia, bahkan peradangan kronis.

"Kelebihan karbohidrat sederhana dari nasi putih dan mi instan dapat meningkatkan indeks glikemik dan mempercepat lonjakan gula darah. Jika tidak diimbangi dengan asupan protein dan serat yang cukup, efeknya bisa jangka panjang," jelasnya.

Asupan protein dan lemak sehat yang tidak mencukupi dapat menyebabkan rendahnya kadar hormon pengatur nafsu makan seperti leptin dan peptida YY. Akibatnya, rasa lapar yang berulang dapat menyebabkan makan berlebihan.

Alternatif Makan Mi dan Nasi

Untuk menghindari risiko ini, Rosyda menyarankan beberapa alternatif menu yang tetap mengenyangkan, seperti kombinasi setengah porsi nasi dengan lauk (hewani dan nabati) dan sayuran, ubi rebus dengan sumber protein hewani (misalnya telur), protein nabati (misalnya kacang-kacangan), dan sayuran, atau menu rendah karbohidrat seperti mi shirataki dengan sumber protein plus sayuran.

"Prinsipnya adalah menyeimbangkan porsi makan Anda sesuai panduan 'Isi Piringku'. Pastikan karbohidrat tidak melebihi seperempat porsi piring dan lengkapi dengan protein, lemak sehat, serta serat dari sayur dan buah," ujarnya.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads