Makanan yang Bisa Kurangi Risiko Kanker Usus Besar Menurut Studi, Apa Itu?

ADVERTISEMENT

Makanan yang Bisa Kurangi Risiko Kanker Usus Besar Menurut Studi, Apa Itu?

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 11 Apr 2025 14:30 WIB
usus besar
Ilustrasi usus besar. Studi jelaskan bila ada makanan yang bisa kurangi risiko kanker usus besar. Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta -

Sebuah studi terbaru menilai mengonsumsi yogurt secara teratur dapat mengurangi risiko kanker usus besar jenis tertentu. Benarkah begitu?

Hal tersebut dijelaskan dalam penelitian yang telah terbit pada jurnal Gut Microbes. Disebutkan bahwa pengonsumsi yogurt memiliki tingkat kanker kolorektal proksimal yang lebih rendah.

Karena usus besar mereka memiliki bakteri bernama Bifidobacterium. Anggota divisi Gastroenterologi Cedars-Sinai Medical center, Peyton Berookim menanggapi hal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya yogurt memang sumber probiotik. Mengonsumsinya secara teratur dapat meningkatkan populasi bakteri baik.

"Yogurt merupakan sumber probiotik yang dapat secara langsung memengaruhi mikrobioma (kumpulan bakteri, jamur, atau virus yang hidup di tubuh manusia) usus. Konsumsi yogurt secara teratur dapat meningkatkan populasi bakteri baik," katanya dikutip dari Health, Jumat (11/4/2025).

ADVERTISEMENT

Hubungan Yogurt dan Risiko Kanker Usus Besar

Kanker kolorektal proksimal terjadi di sisi kanan usus besar. Sebagai catatan, kanker ini dinilai lebih mematikan daripada kanker usus besar distal yang ada di sisi kiri.

Penulis studi yang juga seorang profesor Departemen Epidemiologi Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard, Shuji Ogiono menjelaskan bakteri dalam yogurt memang telah lama dikenal bermanfaat bagi kesehatan.

Penelitian yang dilakukannya berfokus untuk memperjelas hubungan antara pola makan yogurt seseorang dan dampaknya terhadap kanker usus besar. Studi dimulai dengan informasi dari dua penelitian sebelumnya.

Yakni yang dilakukan Nurses' Health Study (NHS) dan Health Professionals Follow-up Study (HPFS) pada tahun 1970-an dan 1980-an. Kedua studi tersebut melacak kebiasaan diet lebih dari 150 ribu orang.

Data yang disampaikan mencakup asupan gula, alkohol, serat, total kalori, hingga pola konsumsi yogurt mereka secara umum. Dua penelitian terdahulu itu juga mengumpulkan sampel jaringan untuk mengidentifikasi partisipan yang mengidap kanker kolorektal.

Dari 150 ribu orang partisipan, penelitian yang dilakukan Ogiono menggunakan data 132 ribu partisipan. Hasilnya ditemukan bila orang yang mengidap kanker kolorektal, kasusnya 31% Bifidobacterium positif dan 69% lainnya Bifidobacterium negatif.

Tidak berhenti di situ, penulis studi kemudian mengukur rasio bahaya yang disesuaikan dengan multivariabel (ukuran statistik untuk mengevaluasi risiko). Tujuannya untuk menganalisis kemungkinan hubungan antara mengosumsi yogurt dan kanker.

Hasilnya dijelaskan konsumsi yogurt dua porsi per minggu atau lebih tidak berkaitan dengan menurunkan risiko kanker kolorektal secara umum. Tetapi yogurt dapat menurunkan risiko 20% lebih rendah dari jenis Bifidobacterium positif.

Perlu Penelitian Lebih Lanjut

Meskipun penelitian menunjukkan hasil yang menjanjikan, diperlukan studi lebih lanjut. Penelitian ini dinilai masih pada tahap awal dan memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan, seperti:

1. Sulit mengatakan secara pasti apakah penelitian tersebut mengidentifikasi sebab akibat atau sekadar hubungan yogurt dan kanker usus besar.

2. Penelitian ini mengandalkan kebiasaan diet yang dilaporkan sendiri, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadi kesalahan.

3. Studi NHS dan HPFS menyediakan data bagi pengikut profesional kesehatan. Sehingga populasinya tidak umum.

Penting Pilih Yogurt Tanpa Tambahan Gula

Walaupun begitu, kini semakin banyak penelitian yang menunjukan bila memakan yogurt atau makanan fermentasi lainnya yang mengandung probiotik, dapat memengaruhi usus secara positif. Makanan berprobiotik dapat menyeimbangkan mikrobima usus.

"Mikrobima yang seimbang berpotensi mengurangi peradangan atau dysbiosis yang diketahui berperan dalam perkembangan kanker usus besar," ungkap Berookim.

Sehingga hal tersebut bisa menjadi alasan positif agar seseorang menambahkan makanan kaya probiotik seperti yogurt dalam pola makan mereka. Ini bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat secara keseluruhan.

Tetapi satu hal yang perlu diingat konsumsi yogurt hanyalah salah satu faktor untuk mencegah kanker usus besar. Genetika, olahraga, konsumsi alkohol, berat badan, lingkungan, dan pengaruh lainnya masih jadi faktor yang dapat memengaruhi risiko.

Jika detikers ingin menambahkan yogurt ke pola makan sehat, para ahli sepakat menyarankan untuk memilih yogurt dengan gula tambahan paling rendah. Karena kini banyak yogurt berasa dengan gula tambahan besar yang justru menghilangkan manfaat kesehatan dari probiotik dan nutrisi lainnya.

"Gula berlebih dapat menyebabkan penambahan berat badan, peningkatan peradangan, dan risiko lebih tinggi terhadap kondisi metabolik. Semuanya terkait dengan peningkatan risiko kanker tertentu, termasuk kanker usus besar," tandas Berookim.




(det/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads